Home / Romansa / MANIPULASI CINTA MAFIA / 2. MUSUH JADI ISTRI

Share

2. MUSUH JADI ISTRI

Author: QUEEN NIS CA
last update Last Updated: 2024-05-09 10:18:56

Setelah meledakkan satu bangunan, Edward membawa Rosy keluar melalui rute bawah tanah. Dia sengaja membuat Rosy tak sadarkan diri, lalu membawanya menuju ke tempat yang telah dia janjikan bersama dengan bawahannya.

"Tuan, apa Anda baik-baik saja?" tanya Kelvin sekadar basa-basi, walaupun sebenarnya dia sangat mengenal siapa Edward. Ya, tidak mungkin sesuatu terjadi kepada seorang Edward yang cerdik dan licik.

"Omong kosong," celetuk Edward sembari menampilkan senyum miring. "Apa kau lupa siapa aku?" ujarnya percaya diri.

"Tentu saja tidak. Kalau begitu, silakan." Kelvin membukakan pintu mobil seraya mempersilakan agar Edward masuk ke dalam.

Tanpa menunda waktu, mereka pun masuk ke dalam mobil dan melajukannya dengan kecepatan gila di atas rata-rata.

"Tuan, apa kau jatuh cinta kepada sang Ratu?" goda Kelvin kala membuka pembicaraan.

"Kelvin, apa kau merasa sangat bosan?" ketusnya.

"Tidak, hanya saja ... aku merasa aneh. Bukankah seharusnya kau membunuhnya, tapi kenapa kau malah membawanya hidup-hidup?" Kelvin mengungkapkan rasa penasaran dalam batinnya.

"Kau seharusnya mengenalku. Aku hanya merasa, wanita ini cukup menarik. Aku ingin bermain-main lebih lama dengannya," kata Edward dengan sikap bersemangat. "Selain itu, ada yang membuatku penasaran. Kelvin, apa ku bisa menyelidili latar belakang wanita ini?" tanyanya.

"Latar belakangnya? bukankah sudah sangat jelas? dia putri dari orang yang telah ... ." Reflek Kelvin membungkam mulutnya. Hampir saja dia salah berucap. Untungnya, ia langsung sadar diri.

Siapa yang tidak tahu dengan Zanilia Rosyaliz? Dia adalah seorang Queen Mafia yang terkenal sangat arogan. Ia tak terlihat seperti seorang wanita. Bahkan, para pria pun banyak yang tunduk kepadanya. Dia memimpin organisasi mafia terbesar di Eropa. Namun, anehnya wajah Rosy tak terlihat seperti wanita Eropa, melainkan lebih identik seperti wanita Asia.

Rambutnya yang hitam dengan kulit putih mulus dan matanya yang gelap sebagai ciri khas wanita Asia. Banyak yang menduga jika dirinya memang berdarah campuran. Namun, semua itu hanyalah asumsi. Tak ada seorang pun yang berani menyelidiki latar belakangnya.

Sedangkan Edward Jesyleo selama ini berstatus sebagai bodyguard yang senantiasa mendampingi Rosy. Namun ternyata, identitas Edward justru sangat tidak biasa. Itu sebabnya terjadilah pengkhianatan besar yang mengacaukan organisasi milik Rosy.

***

"Queen Mafia. Hahaha. Rosy, kau pasti tidak menyangka jika pada akhirnya kau akan jatuh ke dalam dekapanku. Omong-omong, kau terlihat sangat menyedihkan. Memohonlah padaku. Siapa tahu, aku berubah pikiran dan menjadikanmu wanita milikku," goda Edward.

Samar-samar perkataan terdengar suara Edward yang mengatakan hal-hal menjijikan dan membuat telinga Rosy terasa sangat panas. Geram dan sangat ingin melubangi kepalanya saat itu juga.

"Lepaskan! Lepaskan aku!" Berusaha memberontak sekuat tenaga.

Tatkala ia tersadar, ternyata ia telah disekap di dalam ruangan kedap suara dengan kondisi tangan dan kaki terikat ke belakang. Namun, ia tetap berusaha terlihat tegar. Setelah mengalami banyak situasi hidup dan mati, ia tak ingin terlihat lemah di hadapan seorang pria bejat yang telah merendahkan harga dirinya dan melecehkannya sedemikian rupa.

"Jangan banyak omong kosong! bunuh jika ingin bunuh. Sini! cepat! Dasar bajingan!" tantang Rosy tanpa gentar sedikit pun.

Penampilan Rosy yang tampak berantakan justru terlihat sangat seksi di mata Edward. Apalagi ketika Rosy terus berontak dan mengumpatinya dengan kata-kata kasar.

"Bunuh aku, Berengsek! jika kau tidak membunuhku sekarang, hati-hati aku akan membunuhmu suatu hari nanti. Akan kupastikan kau mati dengan cara paling mengenaskan. Pada saat itu, aku akan mengadakan pesta di tempat pemakamanmu. Alangkah baiknya jika tubuhmu dimakan hewan buas!" cercanya habis-habisan. "Aku akan membunuhmu! Aku membunuhmu!" Rosy menghabiskan begitu banyak tenaga untuk mengumpat seorang Edward yang hanya menatapnya dengan wajah tersenyum. Sangat menyebalkan. Justru menjijikan seribu kali lipat. Bahkan jika membunuhnya dalam seribu kali kehidupan, Rosy takkan pernah puas dan takkan pernah memaafkan penghinaan yang telah dia terima hari ini.

Tap ...

Tap ...

Tap ...

Langkah kaki Edward terdengar elegant kala dia berjalan menghampiri Rosy dengan semirik senyum culas. Dia menurunkan tubuhnya, lalu mencengkram rahang Rosy yang mengerat seraya berkata, "Baiklah. Aku akan menunggu sampai hari itu. Bunuh aku dan adakan pesta di hari pemakamanku. Lakukan jika kau memiliki kemampuan sehebat itu. Tapi untuk sekarang ... Nona, kau adalah milikku. Aku yang lebih berkemampuan membunuhmu, ataupun mempermainkanmu," ucap Edward dengan intonasi suara yang tenang dan stabil.

Jarum suntik dikeluarkan dari saku pakaiannya. Di detik itu, Rosy tanpa kuasa melawan tatkala ujung jarum menembus urat lehernya. Entah obat macam apa yang digunakan Edward untuk Rosy.

"Nona Rosy, kau bisa membunuhku nanti. Tapi sebelum itu, biarkan aku bermain-main denganmu sampai puas," lanjutnya.

Usai jarum suntik menusuk urat nadi di leher Rosy, seketika tubuhnya mulai melemah dan berakhir tak sadarkan diri. Di momen itu, Edward dengan kasar merobek pakaian Rosy untuk memastikan sesuatu.

"Tanda lahir ini, kenapa sangat mirip seperti ... ." Jenak Edward menghentikan ucapannya, "Rosy, siapa kau sebenarnya?"

Kemudian, Edward menggendong Rosy dan membaringkan tubuhnya di sebuah kamar mewah dengan kasur yang empuk dan nyaman. Sejenak dia memperhatikan wajah Rosy dan bergumam dalam hati, 'Apa benar itu kau? kenapa sama sekali tidak mirip?' batinnya.

Edward akhirnya meninggalkan Rosy di dalam kamar, lalu memanggil beberapa bawahannya.

"Selidiki latar belakangnya sampai kalian menemukannya. Aku tidak mau tahu bagaimana cara kalian mendapatkannya. Aku hanya ingin hasil secepatnya. Ingat, jangan kembali sebelum kalian mendapatkan data akurat. Jika tidak, kalian tahu sendiri bagaimana caraku menghukum orang yang tidak kompeten," titah Edward. Lebih terdengar seperti ancaman besar kepada sekelompok anak buah yang ditugaskannya.

"Baik!" Tanpa banyak bicara, para bawahan Edward pun bubar guna melaksanakan tugas yang telah dibebankan.

Di sebuah Mansion yang sangat mewah, di sanalah tempat tinggal asli seorang Edward Jesyleo. Bahkan, Rosy sendiri tak menyangka jika pria yang telah lama menjadi bodyguardnya itu ternyata musuh terbesarnya dalam organsisasi kejahatan.

Selama ini, Edward sengaja menipu memalsukan identitasnya, menipu Rosy agar menjadikannya seorang Bodyguard. Padahal faktanya, Edward ternyata tengah melakukan penyamaran sebagai mata-mata untuk menghancurkan organisasi musuh terbesarnya yang selalu menghambat pekerjaannya.

Setelah semalaman tak sadarkan diri, akhirnya Rosy terbangun. Tatapannya mengedar ke sekeliling tempat yang terasa asing dalam ingatannya.

"Di mana aku? apa yang terjadi?" Rosy bertanya-tanya kebingungan.

"Istriku, akhirnya kau sudah sadar." Tatkala melihat Rosy akhirnya telah terbangun, Edward yang baru saja memasuki kamar gegas menghampiri Rosy seraya memasang wajah yang sangat ekspresif. Dia memang pantas mendapatkan penghargaan Oscar.

"Istri? Kau ... siapa?" Rosy tampak seperti orang yang ling-lung setelah sadarkan diri.

'Rupanya efek obat bekerja dengan baik. Sepertinya, sekarang dia tidak mengingat apa pun. Bagus sekali. Permainan terasa semakin menarik,' batin Edward dipenuhi permainan licik.

"Sayang, apa kau tidak mengenaliku? aku Edward, suamimu. Sayang, apa ada yang salah dengan kepalamu? coba ingat-ingat sekali lagi. Tatap wajahku dengan baik. Lihatlah, apa kau mengingat sesuatu?" cecar Edward sembari memasang ekspresi yang menyedihkan dengan linangan air mata yang berkaca-kaca.

Dengan sigap, Edward meraih telapak tangan Rosy seraya menariknya mendekati wajahnya. Semilir hembusan napas hangat terasa menyapu kulit mereka satu sama lain kala jarak mereka kini sangatlah dekat.

Rosy menatap wajah Edward dengan tatapannya yang polos. Netranya tak terpalingkan dari wajah tampan Edward yang maskulin. Menatap pria tampan dalam jarak sedekat itu sungguh membuat jantungnya berdebar kencang.

'Apa ini mimpi? Wajahnya sangat tidak nyata. Kenapa bisa ada pria setampan ini? Apa benar, pria ini suamiku? Kenapa aku tidak bisa mengingat apa pun tetangnya? Tidak, apa yang terjadi denganku? Kenapa aku tidak bisa mengingat apa pun?' Rosy bertanya-tanya dalam batinnya.

"Aku ... Aku tidak ingat apa pun. Bagaimana mungkin aku mempercayaimu? Jika memang benar kita adalah sepasang suami istri, lalu mana buktinya?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MANIPULASI CINTA MAFIA   55

    "Apa yang kamu lakukan?" tanya Edward, suaranya lembut dan penuh harapan. Edward menyadari ada yang salah dengan makanan yang telah ditelannya. "Makanan ini ... Kau ...." "Aku ingin kamu tahu bahwa aku tidak akan pernah mencintaimu," jawab Rosy, suaranya dingin dan tanpa emosi. "Kamu telah menghancurkan keluargaku, Edward. Kamu telah membuat kami menderita." Edward menggelengkan kepalanya, matanya memohon. "Aku tidak ingin menyakitimu, Rosy. Aku mencintaimu." Rosy tertawa, suaranya keras dan menusuk. "Cinta? Kamu tidak tahu apa itu cinta, Edward. Kamu hanya tahu bagaimana memanfaatkan orang lain untuk kepentinganmu sendiri." Edward mengambil langkah maju, tangannya terulur. "Rosy, tolong dengarkan aku. Aku tidak ingin kehilangan kamu." Rosy mundur, matanya menyipit. "Kamu tidak akan pernah memiliki aku, Edward. Dan sekarang, kamu akan membayar untuk apa yang telah kamu lakukan pada keluargaku." Dengan gerakan cepat, Rosy mengeluarkan pisau dari sakunya dan menusukkannya ke jantun

  • MANIPULASI CINTA MAFIA   54

    Mansion yang diledakkan oleh sindikat Victor tentu saja bukan satu-satunya rumah yang dimiliki Edward. Dia masih memiliki banyak rumah lain. Salah satunya yakni, rumah alami yang dia miliki dan menyatu dengan alam. Letaknya cukup esktream karena terletak di tebing pinggir pantai. Dari sana, siapa pun dapat menikmati sejuknya angin laut yang berhembus setiap kali membuka jendela kamar. Sayang sekali. Meskipun tinggal di tempat indah dan menenangkan, malam itu, Rosy tidak bisa tidur karena terus memikirkan rencana balas dendamnya. Ia berharap bisa terus bersandiwara, membuat Edward percaya bahwa ia adalah istri penurut yang jatuh cinta begitu dalam terhadap suaminya. Sementara itu, ia akan mencari kesempatan untuk membalas dendam. Rosy merasa hatinya terbakar oleh kemarahan dan kesedihan. Sementara di sisi lain, Edward merasa bersalah dan menyesal karena telah membunuh ayah Rosy. Ia berharap waktu dapat diputar kembali. Namun, meskipun mungkin, Edward pasti akan melakukan hal yang sama

  • MANIPULASI CINTA MAFIA   53

    "Rosy, apa kau yakin ingin kembali padanya? Edward tidak bisa dipercaya. Ia pembunuh ayahmu!" Davin berusaha mencegah Rosy. Davin mendekatkan langkahnya. Selangkah mendekati Rosy dengan langkah pelan, ekspresi serius memancar dari matanya. Cahaya sore yang lembut memancar melalui jendela, menciptakan suasana tegang. Rosy menatap Davin dengan tatapan sedingin es . "Aku tahu apa yang aku lakukan, Davin. Tenang saja. Aku tidak akan goyah. Demi membalaskan dendamku!" cetus Rosy tanpa gentar. Davin menggelengkan kepala. Dia menatap nanar wajah Rosy dengan tatapan mengasihani. Di masih belum rela membiarkan Rosy menerjang bahaya sendirian. "Terlalu berisiko! Apa kau tidak tahu Edward pria macam apa? Dia Ketua organisasi Black Devin. Jika dia tahu kau sedang mempermainkannya, Edward bisa membunuhmu kapan saja. Apa kau ingin menjadi korban berikutnya. Rosy, kembalilah bersamaku," bujuk Davin. Rosy merasa bimbang. Benar, Edward memang bukan orang yang bisa disinggung sembarangan. Apa lagi, d

  • MANIPULASI CINTA MAFIA   52

    Rosy memandang Edward dengan curiga, matanya seperti dua sumur air mata yang siap memancurkan air. "Katakan," titah Rosy. "Itu Pamanku, Victor. Dia selama ini mengincarku. Dia ingin membunuhku demi merebut semua aset yang kumiliki. Rosy, maafkan aku karena menempatkanmu dalam bahaya. Aku juga tidak mau melibatkanmu, tapi aku juga tidak bisa membuangmu begitu saja," jelas Edward. 'Andai itu dulu... Andaikan fakta tidak berubah. Andai kau bukan pembunuh ayahku, memilikimu pasti keberuntungan terbesar yang tidak dimiliki orang lain. Tapi, aku masih ragu. Sebenarnya, apa alasanmu ingin mempertahankanmu? Apa karena kau benar-benar mencintaiku, atau karena kau masih belum puas mempermainkan hidupku?' batin Rosy bertanya-tanya sembari menatap dalam kedua manik netra Edward yang berwarna kebiruan. "Tapi sebelum itu, bisakah kau memberitahuku sesuatu? Keluargaku... apa benar aku seorang yatim piatu?" tanya Rosy tiba-tiba. Dia mengungkit pernyataan yang pernah dikatakan Edward, mengatakan ba

  • MANIPULASI CINTA MAFIA   51

    Taman rumah sakit yang sepi dan sunyi menjadi saksi bisu pertemuan antara Rosy dan Edward. Setelah mencari ke mana-mana dan terlewat terlambat selangkah, akhirnya takdir mempertemukan mereka lagi. Tampaknya, takdir antara mereka belum waktunya usai. Cahaya senja yang lembut memancar dari langit, menciptakan suasana yang dramatis. Rosy duduk sendirian di bangku, memandang tanah dengan ekspresi sedih. Rambutnya yang panjang tergerai di bahu, seperti mahkota duka. Edward mendekati Rosy dengan hati-hati, langkahnya pelan seperti tak ingin mengganggu kesedihan Rosy. Matanya yang biru memandang Rosy dengan penuh penyesalan. "Rosy, aku mencarimu ke mana-mana. Ternyata kau ada di sini. Bagaimana kabarmu? Apa kau baik-baik saja? Aku merindukanmu," katanya lembut, suaranya seperti bisikan angin. Rosy menoleh, terkejut melihat Edward berdiri di depannya. Matanya yang merah karena tangis memandang Edward dengan campuran emosi: sedih, marah, dan kecewa. "Kau? Aku juga mencarimu ke mana-mana. Pol

  • MANIPULASI CINTA MAFIA   50

    Di antara anak buah Victor, di sana juga ada Tesla sang pemimpin pasukan. Tesla hanya berlutut di hadapan Victor dengan wajah tertunduk. Tidak berani angkat bicara, atau menghindar ketika Victor dengan sengaja melemparinya benda-benda di ruangan itu. Tangannya mengepal erat karena menahan rasa sakit tubuhnya, sekaligus harga diri yang terluka. "Tidak berguna! Kalian semua tidak berguna! Coba jelaskan, untuk apa aku mempertahankan kalian semua! Barang tidak berguna harus dibuang. Sedangkan manusia yang tidak berguna, coba kalian tebak... ." "Kami pantas mati!" cetus Tesla seraya membenturkan keningnya ke lantai. "Kami pantas mati!!!" seru semua anggota yang hadir di ruangan itu. Mengikuti intruksi Tesla dan serentak membenturkan keningnya ke pantai berkali-kali. Mereka tidak berhenti, meskipun kening mereka bocor dan mengucurkan darah segar. "Mati? Kalian pikir kalian bisa mati semudah itu? Kalian pikir membunuh kalian itu sulit, hah?! Kalian terlalu memandang tinggi nyawa kalian ya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status