Setelah meledakkan satu bangunan, Edward membawa Rosy keluar melalui rute bawah tanah. Dia sengaja membuat Rosy tak sadarkan diri, lalu membawanya menuju ke tempat yang telah dia janjikan bersama dengan bawahannya.
"Tuan, apa Anda baik-baik saja?" tanya Kelvin sekadar basa-basi, walaupun sebenarnya dia sangat mengenal siapa Edward. Ya, tidak mungkin sesuatu terjadi kepada seorang Edward yang cerdik dan licik."Omong kosong," celetuk Edward sembari menampilkan senyum miring. "Apa kau lupa siapa aku?" ujarnya percaya diri."Tentu saja tidak. Kalau begitu, silakan." Kelvin membukakan pintu mobil seraya mempersilakan agar Edward masuk ke dalam.Tanpa menunda waktu, mereka pun masuk ke dalam mobil dan melajukannya dengan kecepatan gila di atas rata-rata."Tuan, apa kau jatuh cinta kepada sang Ratu?" goda Kelvin kala membuka pembicaraan."Kelvin, apa kau merasa sangat bosan?" ketusnya."Tidak, hanya saja ... aku merasa aneh. Bukankah seharusnya kau membunuhnya, tapi kenapa kau malah membawanya hidup-hidup?" Kelvin mengungkapkan rasa penasaran dalam batinnya."Kau seharusnya mengenalku. Aku hanya merasa, wanita ini cukup menarik. Aku ingin bermain-main lebih lama dengannya," kata Edward dengan sikap bersemangat. "Selain itu, ada yang membuatku penasaran. Kelvin, apa ku bisa menyelidili latar belakang wanita ini?" tanyanya."Latar belakangnya? bukankah sudah sangat jelas? dia putri dari orang yang telah ... ." Reflek Kelvin membungkam mulutnya. Hampir saja dia salah berucap. Untungnya, ia langsung sadar diri.Siapa yang tidak tahu dengan Zanilia Rosyaliz? Dia adalah seorang Queen Mafia yang terkenal sangat arogan. Ia tak terlihat seperti seorang wanita. Bahkan, para pria pun banyak yang tunduk kepadanya. Dia memimpin organisasi mafia terbesar di Eropa. Namun, anehnya wajah Rosy tak terlihat seperti wanita Eropa, melainkan lebih identik seperti wanita Asia.Rambutnya yang hitam dengan kulit putih mulus dan matanya yang gelap sebagai ciri khas wanita Asia. Banyak yang menduga jika dirinya memang berdarah campuran. Namun, semua itu hanyalah asumsi. Tak ada seorang pun yang berani menyelidiki latar belakangnya.Sedangkan Edward Jesyleo selama ini berstatus sebagai bodyguard yang senantiasa mendampingi Rosy. Namun ternyata, identitas Edward justru sangat tidak biasa. Itu sebabnya terjadilah pengkhianatan besar yang mengacaukan organisasi milik Rosy.***"Queen Mafia. Hahaha. Rosy, kau pasti tidak menyangka jika pada akhirnya kau akan jatuh ke dalam dekapanku. Omong-omong, kau terlihat sangat menyedihkan. Memohonlah padaku. Siapa tahu, aku berubah pikiran dan menjadikanmu wanita milikku," goda Edward.Samar-samar perkataan terdengar suara Edward yang mengatakan hal-hal menjijikan dan membuat telinga Rosy terasa sangat panas. Geram dan sangat ingin melubangi kepalanya saat itu juga."Lepaskan! Lepaskan aku!" Berusaha memberontak sekuat tenaga.Tatkala ia tersadar, ternyata ia telah disekap di dalam ruangan kedap suara dengan kondisi tangan dan kaki terikat ke belakang. Namun, ia tetap berusaha terlihat tegar. Setelah mengalami banyak situasi hidup dan mati, ia tak ingin terlihat lemah di hadapan seorang pria bejat yang telah merendahkan harga dirinya dan melecehkannya sedemikian rupa."Jangan banyak omong kosong! bunuh jika ingin bunuh. Sini! cepat! Dasar bajingan!" tantang Rosy tanpa gentar sedikit pun.Penampilan Rosy yang tampak berantakan justru terlihat sangat seksi di mata Edward. Apalagi ketika Rosy terus berontak dan mengumpatinya dengan kata-kata kasar."Bunuh aku, Berengsek! jika kau tidak membunuhku sekarang, hati-hati aku akan membunuhmu suatu hari nanti. Akan kupastikan kau mati dengan cara paling mengenaskan. Pada saat itu, aku akan mengadakan pesta di tempat pemakamanmu. Alangkah baiknya jika tubuhmu dimakan hewan buas!" cercanya habis-habisan. "Aku akan membunuhmu! Aku membunuhmu!" Rosy menghabiskan begitu banyak tenaga untuk mengumpat seorang Edward yang hanya menatapnya dengan wajah tersenyum. Sangat menyebalkan. Justru menjijikan seribu kali lipat. Bahkan jika membunuhnya dalam seribu kali kehidupan, Rosy takkan pernah puas dan takkan pernah memaafkan penghinaan yang telah dia terima hari ini.Tap ...Tap ...Tap ...Langkah kaki Edward terdengar elegant kala dia berjalan menghampiri Rosy dengan semirik senyum culas. Dia menurunkan tubuhnya, lalu mencengkram rahang Rosy yang mengerat seraya berkata, "Baiklah. Aku akan menunggu sampai hari itu. Bunuh aku dan adakan pesta di hari pemakamanku. Lakukan jika kau memiliki kemampuan sehebat itu. Tapi untuk sekarang ... Nona, kau adalah milikku. Aku yang lebih berkemampuan membunuhmu, ataupun mempermainkanmu," ucap Edward dengan intonasi suara yang tenang dan stabil.Jarum suntik dikeluarkan dari saku pakaiannya. Di detik itu, Rosy tanpa kuasa melawan tatkala ujung jarum menembus urat lehernya. Entah obat macam apa yang digunakan Edward untuk Rosy."Nona Rosy, kau bisa membunuhku nanti. Tapi sebelum itu, biarkan aku bermain-main denganmu sampai puas," lanjutnya.Usai jarum suntik menusuk urat nadi di leher Rosy, seketika tubuhnya mulai melemah dan berakhir tak sadarkan diri. Di momen itu, Edward dengan kasar merobek pakaian Rosy untuk memastikan sesuatu."Tanda lahir ini, kenapa sangat mirip seperti ... ." Jenak Edward menghentikan ucapannya, "Rosy, siapa kau sebenarnya?"Kemudian, Edward menggendong Rosy dan membaringkan tubuhnya di sebuah kamar mewah dengan kasur yang empuk dan nyaman. Sejenak dia memperhatikan wajah Rosy dan bergumam dalam hati, 'Apa benar itu kau? kenapa sama sekali tidak mirip?' batinnya.Edward akhirnya meninggalkan Rosy di dalam kamar, lalu memanggil beberapa bawahannya."Selidiki latar belakangnya sampai kalian menemukannya. Aku tidak mau tahu bagaimana cara kalian mendapatkannya. Aku hanya ingin hasil secepatnya. Ingat, jangan kembali sebelum kalian mendapatkan data akurat. Jika tidak, kalian tahu sendiri bagaimana caraku menghukum orang yang tidak kompeten," titah Edward. Lebih terdengar seperti ancaman besar kepada sekelompok anak buah yang ditugaskannya."Baik!" Tanpa banyak bicara, para bawahan Edward pun bubar guna melaksanakan tugas yang telah dibebankan.Di sebuah Mansion yang sangat mewah, di sanalah tempat tinggal asli seorang Edward Jesyleo. Bahkan, Rosy sendiri tak menyangka jika pria yang telah lama menjadi bodyguardnya itu ternyata musuh terbesarnya dalam organsisasi kejahatan.Selama ini, Edward sengaja menipu memalsukan identitasnya, menipu Rosy agar menjadikannya seorang Bodyguard. Padahal faktanya, Edward ternyata tengah melakukan penyamaran sebagai mata-mata untuk menghancurkan organisasi musuh terbesarnya yang selalu menghambat pekerjaannya.Setelah semalaman tak sadarkan diri, akhirnya Rosy terbangun. Tatapannya mengedar ke sekeliling tempat yang terasa asing dalam ingatannya."Di mana aku? apa yang terjadi?" Rosy bertanya-tanya kebingungan."Istriku, akhirnya kau sudah sadar." Tatkala melihat Rosy akhirnya telah terbangun, Edward yang baru saja memasuki kamar gegas menghampiri Rosy seraya memasang wajah yang sangat ekspresif. Dia memang pantas mendapatkan penghargaan Oscar."Istri? Kau ... siapa?" Rosy tampak seperti orang yang ling-lung setelah sadarkan diri.'Rupanya efek obat bekerja dengan baik. Sepertinya, sekarang dia tidak mengingat apa pun. Bagus sekali. Permainan terasa semakin menarik,' batin Edward dipenuhi permainan licik."Sayang, apa kau tidak mengenaliku? aku Edward, suamimu. Sayang, apa ada yang salah dengan kepalamu? coba ingat-ingat sekali lagi. Tatap wajahku dengan baik. Lihatlah, apa kau mengingat sesuatu?" cecar Edward sembari memasang ekspresi yang menyedihkan dengan linangan air mata yang berkaca-kaca.Dengan sigap, Edward meraih telapak tangan Rosy seraya menariknya mendekati wajahnya. Semilir hembusan napas hangat terasa menyapu kulit mereka satu sama lain kala jarak mereka kini sangatlah dekat.Rosy menatap wajah Edward dengan tatapannya yang polos. Netranya tak terpalingkan dari wajah tampan Edward yang maskulin. Menatap pria tampan dalam jarak sedekat itu sungguh membuat jantungnya berdebar kencang.'Apa ini mimpi? Wajahnya sangat tidak nyata. Kenapa bisa ada pria setampan ini? Apa benar, pria ini suamiku? Kenapa aku tidak bisa mengingat apa pun tetangnya? Tidak, apa yang terjadi denganku? Kenapa aku tidak bisa mengingat apa pun?' Rosy bertanya-tanya dalam batinnya."Aku ... Aku tidak ingat apa pun. Bagaimana mungkin aku mempercayaimu? Jika memang benar kita adalah sepasang suami istri, lalu mana buktinya?""Siapa dia? apa murid baru lagi? kenapa akhir-akhir ini banyak sekali murid pindahan? wajahnya tidak asing.""Sepertinya, aku pernah melihatnya di suatu tempat. Tapi di mana, ya?" "Iya. Aku juga seperti pernah melihatnya. Tapi, di mana ya?"Melihat seorang gadis berpenampilan modis, makeup tipis yang menghiasi wajahnya, serta rambut panjangnya yang tergerai dan terawat, seketika membuat semua siswa terkesima. Mereka kira siapa, tatkala gadis itu duduk di bangku milik Elsa, serentak semua orang dibuat terhenyak karena perubahan penampilan Elsa yang jauh berbeda. Tak hanya penampilannya saja, tetapi aura yang terpancar dalam dirinya dominan kuat."Ada apa dengan anak itu?" Bukan hanya siswa lain saja, termasuk Yena pun merasa ada yang berubah dengan Elsa. Elsa yang biasanya berpenampilan cupu dan rambut kepang dua, serta kacamata yang tak pernah lepas dari wajahnya, kini tiba-tiba mengubah penampilannya menjadi seperti orang lain yang jauh berbeda."Aneh sekali. Apa anak itu sedang pub
Kali ini, sikap Rey benar-benar sangat serius dan terkesan menakutkan, seperti iblis yang tengah dipenuhi dengan dendam kesumatnya terhadap manusia bumi."Rey, aku mohon lepaskan aku! Aku sudah memohon kepadamu seperti ini. Punggungku sangat sakit, aku tidak bisa bernafas. Aku mohon ... ." Ucapan Hana terbata-bata karena nafasnya tak lega.Pada akhirnya, Hana menyerah kepada Rey. Ia merendahkan harga dirinya dan meminta Rey untuk segera melepaskannya. Akan tetapi, permohonan Hana tidak membuat Rey berbelas kasihan sedikit pun."Seorang curut hina sepertimu... ternyata berani memohon pengampunan dari kucing. Aku adalah kucing kelaparan. Pikirkan saja, apakah kucing yang kelaparan akan melepaskan tikus yang sudah ia terkam? Hana, kau tidak bisa lepas dari cengkramanku. Aku bisa menyakitimu, bahkan lebih dari ini," cetus Rey.Rey semakin menekan tubuh Hana di tembok dan membuat Hana semakin merasa kesakitan. Hana tak bisa lagi leluasa bergerak, dan kedua telapak tangannya mengepal. Kali
Mendengar perkataan Hana, Rey pun hanya mengernyitkan kedua alisnya dan memikirkan arti dari perkataan Hana."Kalian? Para lelaki?" Rey bertanya-tanya."Ya, kalian. Kalian para lelaki. Tapi aku sama sekali tidak berdebar karenamu. Kau hanyalah Rey, lelaki yang nantinya pasti akan terobsesi denganku," cetus Hana dengan percaya diri."Jangan bilang kau . . . dengan lelaki lain, Ah, benar! Gadis murahan sepertimu, tentu saja sering melakukannya dengan banyak pria. Sudah berapa banyak pria yang kau cicipi?" Rey malah balik menyindir dan menuduh Hana.Hana pun tidak terima dengan perkataan Rey yang terdengar seolah-olah meremehkannya dan menuduhnya secara acak. Hana semakin menatap tajam netra Rey yang juga tak berkedip."Dengar, Rey . . . berhenti merendahkanku! Apa kau pikir kau akan merasa tinggi, setelah terus merendahkanku seperti ini?" Hana semakin geram dan gentar. Kedua telapak tangan Hana pun mulai mengepal."Tentu saja tidak. Kita berbeda, aku tidak sepertimu yang sangat hina. Ak
Hana tidak sengaja melihat Rey yang sedang berada di tempat tongkrongan Rey biasanya. Tujuan Hana yaitu keluar dari halaman kampusnya. Namun, ketika melihat sosok Rey, Hana pun langsung memalingkan wajahnya."Kenapa bocah itu ada di sana? Aish! Merepotkan saja." Merasa dirinya ketimpa kesialan.Hana pun mendapat ide ketika melihat salah satu mahasiswi seumurannya, tengah berlalu melewatinya. Meski tidak mengenalnya, Hana tanpa malu meminta bantuannya."Kamu, siapa . . . tidak! siapa pun kamu, bantu aku dong!" Hana meminta bantuan kepada mahasiswi itu."...?"Mahasiswi itu awalnya merasa heran ketika Hana tiba-tiba menyaut lengannya yang tengah memegang buku. Hana menatap wajah mahasiswi itu dengan memelas, seperti isyarat memohon bantuan darinya.Mahasiswi itu pun tidak terlalu memperdulikannya, lalu ia membiarkan Hana berjalan di sampingnya. Hana melakukan hal itu agar seolah-olah dia adalah teman dekatnya, hanya untuk menghindari Rey.Hana berjalan di samping kirinya dan menutupi tu
"Jadi, kau ingin aku membayar berapa?" tanya Hana sekali lagi. Nada suara Hana terkesan menantang."Tidak seru jika membayarnya dengan uang. Aku adalah orang kaya, aku tidak membutuhkan sepeser pun uang dari orang lain," cetus Johandra dengan bangganya.Mendengar ucapan Johandra yang terkesan angkuh, Hana pun hanya tersenyum kecil. Kemudian, ia pun berkacak sebelah pinggang. Tangan kanannya ditempatkan di pinggangnya."Hufft ... ." Hana menghela nafasnya sekejap, lalu melanjutkan perkataannya, "Lalu? Kau ingin aku membayar kompensasi dengan cara apa? Kau ini pamrih ya? Hanya benturan kecil seperti itu saja kau minta ganti rugi." Hana memprotes tindakan Johandra."Tentu saja, permintaan maaf saja tidak akan cukup. Jika ada orang yang mencuri di rumahmu, lalu kau melepaskannya dan memaafkannya begitu saja, tentu saja pencuri itu akan datang kembali keesokan harinya. Pencuri datang bukan untuk berkunjung dan berganti status menjadi tamu. Pencuri tetaplah pencuri, karena mencuri adalah ke
Hana telah berhenti berlari menjauhi Rey. Kini, Hana tengah berjalan dengan santainya. Akan tetapi, Hana tiba-tiba ditabrak oleh seseorang dari arah samping.Orang tersebut menabrak Hana dari arah samping, dari balik samping tembok. Sedangkan Hana saat itu tengah berjalan lurus dengan santainya.Hana yang ditabrak olehnya pun sepontan terjatuh dan berteriak kesakitan. "Aaw!" pekiknya. "Siapa sih yang jalan nggak lihat-lihat?!!" protes Hana dengan lantang.Seketika buku-buku yang dibawa oleh Hana di lengannya pun terjatuh ke atas lantai. Buku-bukunya berantakan. Sedangkan Hana tengah sibuk mengusap lututnya yang terasa nyeri, karena membentur lantai keramik.Seseorang yang menabrak Hana pun membantu membereskan buku-buku milik Hana. Lalu, ia pun bertanya kepada Hana, "Apa kau baik-baik saja?" tanyanya."Baik-baik saja kepalamu! Aku yang ditabrak seperti ini masih ditanya apa aku baik-baik saja. Seharusnya kau tanya, 'apa aku terluka?' Seharusnya begi ... ." Hana sengaja menggantung uca