Share

5. KECELAKAAN

Author: QUEEN NIS CA
last update Last Updated: 2024-05-09 10:21:09

Pada malam di tengah hujan deras, Edward mengalami kecelakaan. Mobil yang dikendarainya menggelinding ke tebing. Untungnya, meskipun Edward terluka parah, toleransinya terhadap rasa sakit sangatlah kuat. Dia tak peduli dengan lukanya, asalkan dia dapat menyelamatkan nyawanya sendiri, ia takkan menyerah.

Tetes demi tetes darah mengalir di keningnya yang bocor. Meskipun demikian, ia masih memiliki cukup tenaga untuk menghancurkan kaca mobil untuk keluar dari sana. Bau asap mulai tercium, kemudian...

DUARRR!!!

Mobil milik Edward meledak dan terbakar.

"Halo. Saya sudah berhasil membunuhnya. Bagaimana dengan yang Anda janjikan?"

"Kerja bagus. Akan kukirimkan lewat rekeningmu. Setelah ini, pastikan kau segera meninggalkan Negara ini. Jangan pernah kembali."

Sekian obrolan yang terhubung antara supir track dengan partnernya.

***

'Bau obat yang menyengat. Di mana ini?' batin Edward.

Perlahan Edward membuka netranya. Entah mengapa, sekujur tubuhnya terasa berat dan kaku untuk digerakkan. Hanya jari jemarinya saja yang bereaksi.

"Edward, akhirnya kau sadar. Bagaimana perasaanmu sekarang? apakah sakit? apa kau merasa tidak nyaman?" cecar Rachel tatkala menyadari bahwa Edward akhirnya telah sadarkan diri.

Orang yang pertama kali dilihatnya saat membuka mata adalah Rachel. Sekitar 2 malam lebih dia setia menunggu di samping Edward hingga akhirnya Edward telah siuman.

"Kenapa itu kau? di mana aku?" Edward berusaha bangkit. "Arrgghhh." Mengerang sembari memegangi kepalanya yang terasa tak nyaman.

Rachel reflek mencegah Edward yang hendak bangun. Kedua tangannya mencengkram bahu Edward, lalu dia memeluknya dengan erat seraya berkata, "Tetap di posisimu. Syukurlah kau sudah sadar," ucapnya sembari menghela napas lega.

Kemudian, Rachel membantu agar Edward tetap berbaring di tempat tidur. Sejujurnya, Edward sangat tidak nyaman ketika Rachel terus melakukan kontak fisik kepadanya. Namun, kondisinya saat ini tak mendukung untuk menolaknya. Ia hanya bisa pasrah dan berbaring kembali.

Tatapan Edward mengedar ke sekelilingnya. Melihat selang infus terhubung di lengannya, akhirnya Edward menyadari bahwa posisinya saat ini tengah berada di rumah sakit. Di salah satu ruangan VVIP.

"Apa yang terjadi? kenapa aku bisa ada di sini?" tanyanya.

"Apa kau tidak mengingat apa pun? Edward, kau baru saja mengalami kecelakaan. Untung saja malam itu aku ... ." Reflek Rachel membungkam mulutnya rapat-rapat sebelum Edward mengetahui bahwa malam itu Rachel diam-diam menguntitnya di belakang dari jarak yang lumayan jauh, bahkan sempat kehilangan jejak mobil milik Edward.

Setelah mendengar penuturuan dari Rachel, Edward akhirnya teringat tentang kecelakaan yang menimpanya pada malam hujan deras. Dia mulai berasumsi bahwa kecelakaan itu jelas-jelas kecelakaan yang sengaja direncanakan. Sebuah truck yang berusaha menabraknya pasti disengaja dan seseorang telah mendalanginya.

'Siapakah yang ingin membunuhku kali ini?' Edward bertanya-tanya dalam batinnya.

Sekiranya, ini pertama kali ada seseorang yang ingin membunuh Edward. Sejak kecil, dia jelas merasa tak memiliki seorang pun musuh dalam hidupnya. Meskipun identitas lainnya adalah seorang Ketua organisasi Mafia terbesar, namun tak ada yang mengetahui siapa pemimpin yang sebenarnya. Organisasi kejahatan yang didirikan oleh Edward sangatlah ketat dan privat. Itulah sebabnya, di dunia permafiaan, ada banyak yang penasaran tentang siapa Ketua Black Devil yang sesungguhnya. Mereka hanya tahu bahwa organisasi Black Devil ada, tetapi mereka tidak tahu di mana dan bagaimana cara melacak informasinya.

Sebelum akhirnya, Edward mengungkap identitasnya di hari pengkhianatannya. Selain Rosy, Tesla dan beberapa anak buahnya, tak ada seorang pun yang tahu tentang identitasnya. Tidak mungkin itu Rosy, karena saat ini Rosy telah berada dalam kendalinya.

Jadi, mungkinkah itu Tesla?

Apa dia yang berusaha membunuh Edward?

"Edward, yaampun. Bagaimana bisa kau terluka seperti ini?" Datang lagi sekelompok orang heboh.

Siapa lagi jika bukan Nyonya Britsh yang memerankan drama, berpura-pura peduli terhadap kondisi Edward saat ini. Dan dia tidak datang sendiri, melainkan membawa keluarga Edward yang lainnya, yakni Paman dan Bibi, keluarga kandung lainnya yang dimiliki oleh Edward.

"Kenapa kalian datang?" tanya Edward.

"Dasar berandal! ucapanmu sangat tidak sopan. Bicaralah yang baik. Paman dan Bibimu ada di sini," tegur Nyonya Britsh. Dia masih menikmati perannya sebagai ibu yang baik.

Edward memalingkan bola matanya karena terlalu muak dengan ucapan Nyonya Britsh.

"Edward, bagaimana lukamu? apa sudah baikan?" tanya paman Edward yang bernama Ronan.

"Luka seperti ini bukan apa-apa," jawab Edward.

"Baguslah. Syukurlah kau tidak kenapa-napa." Ronan menghela napas lega.

Sikapnya tampak tulus. Namun, itu tak cukup menyentuh hati Edward gang dingin dan sekeras batu. Dalam hatinya telah menebak jika sikap pamannya yang tampak peduli itu hanya karena saat ini Edward masih berguna baginya. Ya, itu karena saat ini pamannya saat ini tengah menjabat menjadi CEO di perusahaan milik Edward. Sayangnya, menjadi CEO tidak cukup membuatnya bisa bersikap semena-mena, sebab pemegang saham terbesar masih dimenangkan oleh nama Edward.

Tatapan Edward tetap antusias menatap ke arah pintu, seolah berharap seseorang yang diharapkannya datang saat itu juga.

"Edward, apa yang kau cari?" tanya Rachel.

"Tidak, bukan apa-apa." Ucapan Edward terdengar agak kecewa.

'Jangan bilang... dia mengharap gadis kasar itu datang. Edward, tidak bisakah kau hanya melihatku saja? aku di sini, di depanmu. Orang yang selalu menunggumu dan berada di sisimu juga aku, bukan dia. Tapi kenapa... kenapa kau hanya memikirkan orang yang baru saja muncul di hidupmu?' Rachel sangat geram dan tidak Terima.

Walau Edward tak mengatakannya, namun matanya dapat bicara dengan jelas. Insting seorang wanita memang sangat kuat. Itulah mengapa sekilas saja Rachel dapat menyadari bahwa Edward tengah mengharapkan kedatangan wabita lain.

"Wanita itu tidak akan datang," ucap Rachel berterus terang.

"Ada apa ini? Edward, apa kau memiliki wanita lain?" tanya bibi Edward yang bernama Lona.

Satu lagi, Edward memiliki seorang bibi bernama Lona. Dia adalah adik kandung perempuan dari ayah Edward. Lona menikah dengan Ronan. Dengan kata lain, saat ini hanya bibinya yang memiliki keterikatan hubungan darah dengan Edward.

"Benar. Sekarang, aku sudah bertemu dengan wanita yang kucintai dan sebentar lagi kami akan menikah," ungkap Edward.

Begitu tiba-tiba. Hingga mengejutkan semua orang yang ada di sana.

"Edward, apa maksudmu? bukankah kau menyukai Rachel?" tanya Lona.

"Kapan aku pernah mengatakannya? aku dan dia tidak pernah memiliki hubungan apa pun. Ah, bisa dikatakan... Rachel yang selalu mengejarku. Hanya cinta sepihak. Bukankah memalukan? hahaha." Edward sengaja melukai harga diri Rachel dengan kata-kata kejamnya.

Rachel tak dapat berkata-kata karena harus menanggung rasa malu tatkala ditolak tegas di depan semua orang. Ia menundukkan kepalanya dengan tangan terkepal. Geram atas ucapan Edward yang baru saja mempermalukannya. Namun, cinta mengalahkan segalanya. Sudah seperti itu, Rachel tak menyalahkan Edward. Justru menyalahkan Rosy, wanita yang telah menerobos masuk ke dalam hati Edward.

'Hanya dengan beberapa kata saja, jangan harap kau akan membuatku menyerah. Edward, semakin kau menolak ku, aku semakin ingin mengejarmu mati-matian. Jika aku tidak bisa mendapatkanmu, maka tidak akan ada seorang pun yang akan mendapatkanmu! Aku akan menyingkirkan semua orang yang menghalangi cinta kita!' cetus Rachel dalam batinnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MANIPULASI CINTA MAFIA   55

    "Apa yang kamu lakukan?" tanya Edward, suaranya lembut dan penuh harapan. Edward menyadari ada yang salah dengan makanan yang telah ditelannya. "Makanan ini ... Kau ...." "Aku ingin kamu tahu bahwa aku tidak akan pernah mencintaimu," jawab Rosy, suaranya dingin dan tanpa emosi. "Kamu telah menghancurkan keluargaku, Edward. Kamu telah membuat kami menderita." Edward menggelengkan kepalanya, matanya memohon. "Aku tidak ingin menyakitimu, Rosy. Aku mencintaimu." Rosy tertawa, suaranya keras dan menusuk. "Cinta? Kamu tidak tahu apa itu cinta, Edward. Kamu hanya tahu bagaimana memanfaatkan orang lain untuk kepentinganmu sendiri." Edward mengambil langkah maju, tangannya terulur. "Rosy, tolong dengarkan aku. Aku tidak ingin kehilangan kamu." Rosy mundur, matanya menyipit. "Kamu tidak akan pernah memiliki aku, Edward. Dan sekarang, kamu akan membayar untuk apa yang telah kamu lakukan pada keluargaku." Dengan gerakan cepat, Rosy mengeluarkan pisau dari sakunya dan menusukkannya ke jantun

  • MANIPULASI CINTA MAFIA   54

    Mansion yang diledakkan oleh sindikat Victor tentu saja bukan satu-satunya rumah yang dimiliki Edward. Dia masih memiliki banyak rumah lain. Salah satunya yakni, rumah alami yang dia miliki dan menyatu dengan alam. Letaknya cukup esktream karena terletak di tebing pinggir pantai. Dari sana, siapa pun dapat menikmati sejuknya angin laut yang berhembus setiap kali membuka jendela kamar. Sayang sekali. Meskipun tinggal di tempat indah dan menenangkan, malam itu, Rosy tidak bisa tidur karena terus memikirkan rencana balas dendamnya. Ia berharap bisa terus bersandiwara, membuat Edward percaya bahwa ia adalah istri penurut yang jatuh cinta begitu dalam terhadap suaminya. Sementara itu, ia akan mencari kesempatan untuk membalas dendam. Rosy merasa hatinya terbakar oleh kemarahan dan kesedihan. Sementara di sisi lain, Edward merasa bersalah dan menyesal karena telah membunuh ayah Rosy. Ia berharap waktu dapat diputar kembali. Namun, meskipun mungkin, Edward pasti akan melakukan hal yang sama

  • MANIPULASI CINTA MAFIA   53

    "Rosy, apa kau yakin ingin kembali padanya? Edward tidak bisa dipercaya. Ia pembunuh ayahmu!" Davin berusaha mencegah Rosy. Davin mendekatkan langkahnya. Selangkah mendekati Rosy dengan langkah pelan, ekspresi serius memancar dari matanya. Cahaya sore yang lembut memancar melalui jendela, menciptakan suasana tegang. Rosy menatap Davin dengan tatapan sedingin es . "Aku tahu apa yang aku lakukan, Davin. Tenang saja. Aku tidak akan goyah. Demi membalaskan dendamku!" cetus Rosy tanpa gentar. Davin menggelengkan kepala. Dia menatap nanar wajah Rosy dengan tatapan mengasihani. Di masih belum rela membiarkan Rosy menerjang bahaya sendirian. "Terlalu berisiko! Apa kau tidak tahu Edward pria macam apa? Dia Ketua organisasi Black Devin. Jika dia tahu kau sedang mempermainkannya, Edward bisa membunuhmu kapan saja. Apa kau ingin menjadi korban berikutnya. Rosy, kembalilah bersamaku," bujuk Davin. Rosy merasa bimbang. Benar, Edward memang bukan orang yang bisa disinggung sembarangan. Apa lagi, d

  • MANIPULASI CINTA MAFIA   52

    Rosy memandang Edward dengan curiga, matanya seperti dua sumur air mata yang siap memancurkan air. "Katakan," titah Rosy. "Itu Pamanku, Victor. Dia selama ini mengincarku. Dia ingin membunuhku demi merebut semua aset yang kumiliki. Rosy, maafkan aku karena menempatkanmu dalam bahaya. Aku juga tidak mau melibatkanmu, tapi aku juga tidak bisa membuangmu begitu saja," jelas Edward. 'Andai itu dulu... Andaikan fakta tidak berubah. Andai kau bukan pembunuh ayahku, memilikimu pasti keberuntungan terbesar yang tidak dimiliki orang lain. Tapi, aku masih ragu. Sebenarnya, apa alasanmu ingin mempertahankanmu? Apa karena kau benar-benar mencintaiku, atau karena kau masih belum puas mempermainkan hidupku?' batin Rosy bertanya-tanya sembari menatap dalam kedua manik netra Edward yang berwarna kebiruan. "Tapi sebelum itu, bisakah kau memberitahuku sesuatu? Keluargaku... apa benar aku seorang yatim piatu?" tanya Rosy tiba-tiba. Dia mengungkit pernyataan yang pernah dikatakan Edward, mengatakan ba

  • MANIPULASI CINTA MAFIA   51

    Taman rumah sakit yang sepi dan sunyi menjadi saksi bisu pertemuan antara Rosy dan Edward. Setelah mencari ke mana-mana dan terlewat terlambat selangkah, akhirnya takdir mempertemukan mereka lagi. Tampaknya, takdir antara mereka belum waktunya usai. Cahaya senja yang lembut memancar dari langit, menciptakan suasana yang dramatis. Rosy duduk sendirian di bangku, memandang tanah dengan ekspresi sedih. Rambutnya yang panjang tergerai di bahu, seperti mahkota duka. Edward mendekati Rosy dengan hati-hati, langkahnya pelan seperti tak ingin mengganggu kesedihan Rosy. Matanya yang biru memandang Rosy dengan penuh penyesalan. "Rosy, aku mencarimu ke mana-mana. Ternyata kau ada di sini. Bagaimana kabarmu? Apa kau baik-baik saja? Aku merindukanmu," katanya lembut, suaranya seperti bisikan angin. Rosy menoleh, terkejut melihat Edward berdiri di depannya. Matanya yang merah karena tangis memandang Edward dengan campuran emosi: sedih, marah, dan kecewa. "Kau? Aku juga mencarimu ke mana-mana. Pol

  • MANIPULASI CINTA MAFIA   50

    Di antara anak buah Victor, di sana juga ada Tesla sang pemimpin pasukan. Tesla hanya berlutut di hadapan Victor dengan wajah tertunduk. Tidak berani angkat bicara, atau menghindar ketika Victor dengan sengaja melemparinya benda-benda di ruangan itu. Tangannya mengepal erat karena menahan rasa sakit tubuhnya, sekaligus harga diri yang terluka. "Tidak berguna! Kalian semua tidak berguna! Coba jelaskan, untuk apa aku mempertahankan kalian semua! Barang tidak berguna harus dibuang. Sedangkan manusia yang tidak berguna, coba kalian tebak... ." "Kami pantas mati!" cetus Tesla seraya membenturkan keningnya ke lantai. "Kami pantas mati!!!" seru semua anggota yang hadir di ruangan itu. Mengikuti intruksi Tesla dan serentak membenturkan keningnya ke pantai berkali-kali. Mereka tidak berhenti, meskipun kening mereka bocor dan mengucurkan darah segar. "Mati? Kalian pikir kalian bisa mati semudah itu? Kalian pikir membunuh kalian itu sulit, hah?! Kalian terlalu memandang tinggi nyawa kalian ya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status