แชร์

4. DRAMA MEMUAKKAN

ผู้เขียน: QUEEN NIS CA
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2024-05-09 10:20:30

"Edward! Eward! Di mana kau? Edward!” Nyonya Britsh berteriak mencari Edward saat ia akhirnya tiba di mansion milik Edward.

Nyonya Bristh tidak sendiri. Kali ini, dia datang bersama dengan Rachel. Sudah sering ia datang, tetapi tak pernah menjumpai anaknya. Tidak, lebih tepatnya anak sambungnya. Benar, Edward hanyalah anak sambung dari Nyonya Britsh. Sedangkan ibu kandung Edward telah lama meninggal. Mengenai ayahnya, ini cukup sensitif dalam pembahasan.

Ayah Edward dulunya adalah seorang CEO atau pengusaha dan memiliki seorang teman yang sangat dekat. Namun, temannya mengkhianatinya dan menjebloskannya ke penjara. Di dalam penjara, ia menderita penyakit parah dan meninggal dunia. Kini, Edward tak memiliki keluarga lagi selain ibu sambungnya yang tak pernah dia anggap sebagai keluarganya.

“Sepertinya, Edward sedang tidak di rumah. Tante, apa kita harus kembali lagi? ini sudah kesekian kalinya.” Ucapan Rachel terdengar kecewa.

“Berandalan itu memang sulit diatur. Sudahlah--,”

“Siapa kalian?” Rosy tiba-tiba muncul karena mendengar seseorang telah membuat keributan di lantai bawah.

Suasana hening sejenak tatkala Nyonya Britsh dan Rachel menatap Rosy dari ujung kepala hingga ke ujung kakinya.

“Seharusnya kami yang bertanya. Siapa kau?” Rachel balik bertanya.

“Benar. Bisa-bisanya gadis murahan sepertimu masuk ke rumah anakku. Apa yang kaulihat? Tidak keluar sekarang?” bentak Nyonya Britsh.

“Kenapa aku harus keluar?” balas Rosy dengan santainya sembari melipat lengan. Meskipun ingatan Rosy telah hilang sepenuhnya, namun sifat arogannya tetap tak dapat dihilangkan. Rosy menaikkan satu alisnya, menatap kedua wanita di hadapannya tanpa rasa takut sedikit pun.

“Gadis zaman sekarang memang kurang ajar. Dasar gadis murahan! Keluar dari sini –“

HAP!

Rosy menangkap lengan Nyonya Britsh yang hendak menampar wajahnya, lalu dia mendorongnya dengan kuat. Sementara Rachel yang berusaha menahan tubuh Nyonya Britsh kehilangan keseimbangan dan mereka jatuh tersungkur di hadapan Rosy. Mereka memandang murka ke arah Rosy. Geram karena tidak terima menerima perlakuan kasar darinya.

“Kau! Awas saja kau. Aku akan membunuhmu!” cetus Rachel seraya menghampiri Rosy dengan niat menjambak rambutnya. Namun, sebelum Rachel berhasil melakukannya, Rosy mengambil tindakan lebih dulu. Rosy menjambak rambut Rachel dengan kuat hingga dia merintih kesakitan.

“Ouchh … aw! Aw! Aw! Dasar gadis gila! Hei, lepaskan sekarang juga. Beraninya kau –“

“Kenapa tidak berani? menyingkirkan semut seperti kalian sangatlah mudah. Apa kalian pikir kalian hebat? Silakan saja jika bisa melawanku!” cetus Rosy, lalu dia mendorong Rachel hingga menabrak Nyonya Britsh. Lagi-lagi, mereka jatuh tersungkur di hadapan Rosy.

Senyum miring terluas di bibir tipis Rosy. Dia tak menyangka, ternyata memberi pelajaran kepada orang yang semena-mena sungguh menyenangkan. Ia merasa puas dan sepertinya dia memiliki kemampuan lebih daripada itu.

“Kenapa kalian masih di sini? Tidak pergi sekarang juga?” balas Rosy.

“Tunggu saja! aku pasti akan membalasmu nanti!” ancam Rachel. “Ouchh …,” rintihnya kesakitan, “apa Tante baik-baik saja?” tanyanya kepada Nyonya Britsh seraya membantunya bangkit.

“Apa yang terjadi?” tanya Edward yang baru saja pulang. Di depan pintu, ia sempat menyaksikan pertengkaran dari kejauhan. Kemudian, ia berjalan menghampiri mereka semua.

“Lihatlah! Dia hanyalah seorang gadis murahan, tapi dia sangat lancang. Beraninya dia memukul ibumu ini. Edward, kau harus mengusirnya sekarang juga!” Nyonya Britsh datang merangkul lengan Edward untuk mengadu, lalu disambung Rachel yang juga melakukan hal yang sama.

“Edward, lihatlah! Dia baru saja menjambak rambutku. Sangat menyakitkan. Kau harus memberinya pelajaran untukku,” tambahnya.

Menyaksikan drama yang mereka mainkan sungguh membuat Rosy merasa konyol. Dia sama sekali tak terkecoh dan masih tetap melipat lengannya. Ia menyeringai kecil tatkala menyaksikan momen yang begitu lucu menurutnya.

Hasilnya bertolak belakang. Edward sama sekali tak mempedulikan kedua wanita yang mengadu kepadanya. Dia bahkan dengan kasar melepaskan kedua wanita yang menempel padanya, lalu menghampiri Rosy.

“Sayang, apa kau terluka?” tanya Edward penuh perhatian.

“Kau bisa melihatnya dengan jelas. Bukankah sekarang, kau harusnya memperhatikan mereka?” balas Rosy.

“Mereka tidak penting. Aku hanya mengkhawatirkanmu,” tegasnya.

“Benarkah? Aku tidak tahu wanita di sebelahnya … tapi, dia bilang dia ibumu. Memang benar, aku baru saja memukulnya. Aku mengakuinya. Jika kau tidak terima, kau bisa menghukumku. Namun, aku tidak akan meminta maaf atas tindakanku.” Rosy berterus terang dengan sikap arogannya yang tak pernah berubah.

‘Inilah dirimu yang sesungguhnya. Bagaimana pun, kau tetaplah Queen Mafia. Sekali pun telah kehilangan ingatan, kau sama sekali tidak berubah. Tapi aku tetap menyukai sifatmu yang seperti ini.’ Edward bergumam dalam batinnya.

“Sayang, mana mungkin aku menghukummu. Aku bisa menebak apa yang telah mereka lakukan terhadapmu. Tindakanmu ini sudah benar.” Edward justru memberi dukungan untuk Rosy.

“Edward!” bentak Nyonya Britsh.

“Ah, satu hal lagi. Asal kau tahu, wanita itu bukanlah ibuku. Aku juga sudah lama muak padanya. Terimakasih karena telah memberinya pelajaran mewakilkanku,” lanjut Edward.

Situasi saat ini memang sulit dipahami dan membuat Rosy bertanya-tanya. Dari awal, Rosy sudah curiga. Edward bukan hanya pria aneh, tetapi sangat aneh. Aneh dan sulit untuk memahaminya. Rosy tak banyak bertanya dan hanya mengernyitkan kedua alisnya, menatap Edward penuh keheranan.

“Sayang, ayo pergi. Tidak ada gunanya kita berurusan dengan kedua wanita ini,” ajaknya sembari merangkul Rosy berjalan menjauh.

“Edward! Hei! Dasar anak berandal!” bentak Nyonya Britsh. “Sia-sia aku membesarkannya,” celetuknya.

“Tante, maafkan aku,” ucap Rachel sembari menundukkan kepalanya. Dia masih saja bersikap selayaknya gadis baik dan polos di hadapan Nyonya Britsh.

***

“Tanyakan saja. Sejak tadi kau selalu menatapku,” sergah Edward kala menyadari bahwa sejak tadi Rosy terus menatap wajahnya ketika dia melajukan mobilnya.

“Tidak, aku tidak penasaran sama sekali,” balas Rosy. Reflek dia meluruskan pandangannya ketika telah tertangkap basah.

Edward menyeringai kecil. Dia merasa tingkah Rosy cukup menggemaskan. Tentu saja, selama menjadi bodyguard di sisi Rosy, dia sama sekali tak pernah melihat sisi Rosy yang lunak sedikit pun. Rosy selalu bersikap dingin dan tegas.

Di matanya, Rosy bagaikan sosok wanita kuat tanpa memiliki kelembutan sedikit pun dalam hatinya. Dia sangat berbeda dengan wanita lain kebanyakan. Namun, setelah Edward berhasil membuatnya kehilangan semua ingatan masa lalu Rosy, sedikit demi sedikit Rosy mulai terlihat berbeda. Bahkan, ia tampak lebih lembut dari biasanya, walaupun sifat arogannya masih sangat kental.

“Benarkah? Sekali pun kau tidak penasaran, aku tetap akan menceritakannya,” ujarnya, “saat itu, usiaku masih 8 tahun. Ayahku selingkuh dengan wanita lain. Setelah ibuku mengetahuinya, dia sangat menderita hingga jatuh sakit. Dulu aku sangat membenci ayahku dan selalu menyalahkannya. Namun, setelah ayahku meninggal … aku baru tahu jika ternyata, semua ini bukan sepenuhnya kesalahannya. Satu-satunya orang yang bisa kusalahkan sepenuhnya adalah wanita itu. Dia yang menghancurkan segalanya!” Edward tampak geram.

‘Wanita yang dimaksud, dia pasti wanita paruh baya tadi. Ini aneh. Entah mengapa … aku merasa wajahnya familiar. Apa aku pernah bertemu dengannya di suatu tempat?’ batin Rosy.

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • MANIPULASI CINTA MAFIA   44

    "Siapa dia? apa murid baru lagi? kenapa akhir-akhir ini banyak sekali murid pindahan? wajahnya tidak asing.""Sepertinya, aku pernah melihatnya di suatu tempat. Tapi di mana, ya?" "Iya. Aku juga seperti pernah melihatnya. Tapi, di mana ya?"Melihat seorang gadis berpenampilan modis, makeup tipis yang menghiasi wajahnya, serta rambut panjangnya yang tergerai dan terawat, seketika membuat semua siswa terkesima. Mereka kira siapa, tatkala gadis itu duduk di bangku milik Elsa, serentak semua orang dibuat terhenyak karena perubahan penampilan Elsa yang jauh berbeda. Tak hanya penampilannya saja, tetapi aura yang terpancar dalam dirinya dominan kuat."Ada apa dengan anak itu?" Bukan hanya siswa lain saja, termasuk Yena pun merasa ada yang berubah dengan Elsa. Elsa yang biasanya berpenampilan cupu dan rambut kepang dua, serta kacamata yang tak pernah lepas dari wajahnya, kini tiba-tiba mengubah penampilannya menjadi seperti orang lain yang jauh berbeda."Aneh sekali. Apa anak itu sedang pub

  • MANIPULASI CINTA MAFIA   45

    Kali ini, sikap Rey benar-benar sangat serius dan terkesan menakutkan, seperti iblis yang tengah dipenuhi dengan dendam kesumatnya terhadap manusia bumi."Rey, aku mohon lepaskan aku! Aku sudah memohon kepadamu seperti ini. Punggungku sangat sakit, aku tidak bisa bernafas. Aku mohon ... ." Ucapan Hana terbata-bata karena nafasnya tak lega.Pada akhirnya, Hana menyerah kepada Rey. Ia merendahkan harga dirinya dan meminta Rey untuk segera melepaskannya. Akan tetapi, permohonan Hana tidak membuat Rey berbelas kasihan sedikit pun."Seorang curut hina sepertimu... ternyata berani memohon pengampunan dari kucing. Aku adalah kucing kelaparan. Pikirkan saja, apakah kucing yang kelaparan akan melepaskan tikus yang sudah ia terkam? Hana, kau tidak bisa lepas dari cengkramanku. Aku bisa menyakitimu, bahkan lebih dari ini," cetus Rey.Rey semakin menekan tubuh Hana di tembok dan membuat Hana semakin merasa kesakitan. Hana tak bisa lagi leluasa bergerak, dan kedua telapak tangannya mengepal. Kali

  • MANIPULASI CINTA MAFIA   44

    Mendengar perkataan Hana, Rey pun hanya mengernyitkan kedua alisnya dan memikirkan arti dari perkataan Hana."Kalian? Para lelaki?" Rey bertanya-tanya."Ya, kalian. Kalian para lelaki. Tapi aku sama sekali tidak berdebar karenamu. Kau hanyalah Rey, lelaki yang nantinya pasti akan terobsesi denganku," cetus Hana dengan percaya diri."Jangan bilang kau . . . dengan lelaki lain, Ah, benar! Gadis murahan sepertimu, tentu saja sering melakukannya dengan banyak pria. Sudah berapa banyak pria yang kau cicipi?" Rey malah balik menyindir dan menuduh Hana.Hana pun tidak terima dengan perkataan Rey yang terdengar seolah-olah meremehkannya dan menuduhnya secara acak. Hana semakin menatap tajam netra Rey yang juga tak berkedip."Dengar, Rey . . . berhenti merendahkanku! Apa kau pikir kau akan merasa tinggi, setelah terus merendahkanku seperti ini?" Hana semakin geram dan gentar. Kedua telapak tangan Hana pun mulai mengepal."Tentu saja tidak. Kita berbeda, aku tidak sepertimu yang sangat hina. Ak

  • MANIPULASI CINTA MAFIA   43

    Hana tidak sengaja melihat Rey yang sedang berada di tempat tongkrongan Rey biasanya. Tujuan Hana yaitu keluar dari halaman kampusnya. Namun, ketika melihat sosok Rey, Hana pun langsung memalingkan wajahnya."Kenapa bocah itu ada di sana? Aish! Merepotkan saja." Merasa dirinya ketimpa kesialan.Hana pun mendapat ide ketika melihat salah satu mahasiswi seumurannya, tengah berlalu melewatinya. Meski tidak mengenalnya, Hana tanpa malu meminta bantuannya."Kamu, siapa . . . tidak! siapa pun kamu, bantu aku dong!" Hana meminta bantuan kepada mahasiswi itu."...?"Mahasiswi itu awalnya merasa heran ketika Hana tiba-tiba menyaut lengannya yang tengah memegang buku. Hana menatap wajah mahasiswi itu dengan memelas, seperti isyarat memohon bantuan darinya.Mahasiswi itu pun tidak terlalu memperdulikannya, lalu ia membiarkan Hana berjalan di sampingnya. Hana melakukan hal itu agar seolah-olah dia adalah teman dekatnya, hanya untuk menghindari Rey.Hana berjalan di samping kirinya dan menutupi tu

  • MANIPULASI CINTA MAFIA   42

    "Jadi, kau ingin aku membayar berapa?" tanya Hana sekali lagi. Nada suara Hana terkesan menantang."Tidak seru jika membayarnya dengan uang. Aku adalah orang kaya, aku tidak membutuhkan sepeser pun uang dari orang lain," cetus Johandra dengan bangganya.Mendengar ucapan Johandra yang terkesan angkuh, Hana pun hanya tersenyum kecil. Kemudian, ia pun berkacak sebelah pinggang. Tangan kanannya ditempatkan di pinggangnya."Hufft ... ." Hana menghela nafasnya sekejap, lalu melanjutkan perkataannya, "Lalu? Kau ingin aku membayar kompensasi dengan cara apa? Kau ini pamrih ya? Hanya benturan kecil seperti itu saja kau minta ganti rugi." Hana memprotes tindakan Johandra."Tentu saja, permintaan maaf saja tidak akan cukup. Jika ada orang yang mencuri di rumahmu, lalu kau melepaskannya dan memaafkannya begitu saja, tentu saja pencuri itu akan datang kembali keesokan harinya. Pencuri datang bukan untuk berkunjung dan berganti status menjadi tamu. Pencuri tetaplah pencuri, karena mencuri adalah ke

  • MANIPULASI CINTA MAFIA   41

    Hana telah berhenti berlari menjauhi Rey. Kini, Hana tengah berjalan dengan santainya. Akan tetapi, Hana tiba-tiba ditabrak oleh seseorang dari arah samping.Orang tersebut menabrak Hana dari arah samping, dari balik samping tembok. Sedangkan Hana saat itu tengah berjalan lurus dengan santainya.Hana yang ditabrak olehnya pun sepontan terjatuh dan berteriak kesakitan. "Aaw!" pekiknya. "Siapa sih yang jalan nggak lihat-lihat?!!" protes Hana dengan lantang.Seketika buku-buku yang dibawa oleh Hana di lengannya pun terjatuh ke atas lantai. Buku-bukunya berantakan. Sedangkan Hana tengah sibuk mengusap lututnya yang terasa nyeri, karena membentur lantai keramik.Seseorang yang menabrak Hana pun membantu membereskan buku-buku milik Hana. Lalu, ia pun bertanya kepada Hana, "Apa kau baik-baik saja?" tanyanya."Baik-baik saja kepalamu! Aku yang ditabrak seperti ini masih ditanya apa aku baik-baik saja. Seharusnya kau tanya, 'apa aku terluka?' Seharusnya begi ... ." Hana sengaja menggantung uca

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status