Home / Rumah Tangga / MANTAN WITH BENEFIT / Tawanan Ranjang I 🔥

Share

Tawanan Ranjang I 🔥

Author: DityaR
last update Last Updated: 2025-06-03 18:01:04
୨ৎ H E K S A જ⁀➴

“Jadi, kita harus tidur di ranjang ini ... berdua?” tanyaku sambil menunjuk ranjang kecil di kamar pengantin kami.

Sebenarnya, ini bahkan enggak pantas disebut ranjang. Jelas-jelas hanya dua lembar matras yang ditumpuk di atas kerangka susun, lalu diberi tirai.

Kupikir kamar Fenya akan jauh lebih eksklusif daripada kamar asrama. Ternyata sama saja.

“Iya. Kamu lupa perjanjiannya?” sahut Fenya. Ia menjatuhkan tubuhnya ke ranjang, lalu melentingkan tangannya ke atas. Mungkin dia lelah menyalami perwira dan petinggi militer yang hadir malam ini.

“Oke. Tapi awas kalau kamu sampai buka baju,” ucapku sambil membuka kancing kemeja. Tapi Fenya tak berhenti menatapku.

“Hadeuh, hadap sana! Aku mau ganti baju!”

“Ini kamarku, harusnya aku yang berhak ngatur!”

“Kamu lupa, aku suamimu. Jadi aku juga berhak atas kamar ini,” balasku sambil melepaskan setelan pengantin ala militer dan melemparkannya ke lantai.

“Mana ada suami yang nggak ngizinin istrinya lihat badannya
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • MANTAN WITH BENEFIT   Waktunya Piknik 📸

    ୨ৎ A L Z I A Nજ⁀➴Jumat pagi, aku memutuskan buat mengajak Khalisa jalan-jalan naik ATV. Jadi, aku keluarkan trailer sama ATV-nya dari garasi. Sejak Senin kemarin pas kita mampir ke rumah orang tuaku, dia seperti melamun begitu. Padahal dia itu semangat banget pas mengingat hari pernikahan kita. Tapi entah kenapa ... ada saja yang berbeda dari caranya bersikap, waktu itu. Saat aku balik masuk ke rumah, Khalisa sudah siap, duduk di meja, memainkan HP-nya sambil diputar-putar. “Eh, ngapain kamu?” tanyaku. Dia angkat kepala, terus bangkit sambil mengambil HP-nya. “Enggak ngapa-ngapain, nungguin kamu aja.” “Kamu kayak lagi mikirin sesuatu.” “Mama aku,” jawabnya. Sudah, itu saja jawaban yang aku butuhkan. Mamanya Khalisa itu suka kirim chat atau menelepon tiap hari. Kadang Khalisa angkat, kadang kalau aku ada di ruang tamu, dia malah pura-pura enggak dengar. Aku kesal, sih. Kayak dia itu ingin menutupi kenyataan kalau kita lagi tinggal serumah lagi. Walaupun ya ... sumpah deh, eng

  • MANTAN WITH BENEFIT   Hari Pernikahan 🎀

    Tiga tahun yang lalu ....“Kamu cantik banget,” kata Hapsari sambil membenarkan Veil di kepalaku. “Ya enggak sih, girls?”Aku masih memperhatikan pantulanku pas Derrin menghampiri dengan senyum-senyum. “Kamu emang cantik. Alzian bakal pingsan ngelihat kamu. Semoga aja kamu beneran nyampe ke tempat resepsi.”“Derrin,” tegur Hapsari.“Mereka nikah, Ma. Jangan terlalu polos deh,” jawab Derrin sambil duduk di ranjang dan pakai high heels-nya.Gaun pengiring pengantinnya warna hijau kebiruan, tapi setiap cewek pakai model yang berbeda. Donna enggak mau bajunya seseksi Derrin, dan Sahar sempat ngamuk sama pilihan pertama Althaf, katanya belahan bajunya terlalu tinggi.Aku melihat mereka semua berdiri di belakangku, dan rasanya senang banget karena mereka bakal jadi keluargaku. Orang tuaku enggak mau datang, mereka ada di Jogja dan bilang kalau aku enggak seharusnya nikah sama orang dari keluarga Sunya. Katanya mereka itu tipe keluarga

  • MANTAN WITH BENEFIT   Gaun Pengantin 💐

    Alzian sibuk mengunyah sayuran, sedangkan Hapsari mengoceh soal aku.“Gila, kamu cantik banget sekarang,” katanya sambil membuka kulkas, mengeluarkan makanan. “Mereka tuh sengaja banget ngejauhin kamu dari Mama.” Dia menjulingkan mata, terus berkedip.Alzian cuma geleng-geleng dan lanjut mengunyah wortel pakai saus Ranch.“Mama bikinin semua makanan favoritmu, Sayang. Sandwich isi ayam ...” Dia taruh nampan di meja. “... Salad makaroni pakai saus Mayo andalan Mama ...” Mama menyodorkan mangkok ke perut Alzian, sampai dia panik menangkapnya karena wortelnya masih menyangkut di mulut. “... dan brownies isi karamel.” Mama menunjuk ke loyang di meja.“Khalisa sekarang suka eksperimen sama makanan,” kata Alzian.Aku langsung melempar tatapan maut. “Alzian!”“Eksperimen?” Hapsari mengernyit.“Cuma nyobain makanan baru aja, nyari yang cocok di lidah,” jelasku.“Oh, Mama mungkin harus bikin sesuatu. Berhubung dulu kamu

  • MANTAN WITH BENEFIT   Mama Mertua 🌹

    Satu jam kemudian .... Aku enggak mau menyetir. Kepalaku lagi penuh banget. Alzian mencoba menenangkanku, “Enggak usah dipikirin, lagian mereka juga anak-anak.” Aku melirik ke dia, “Tapi pelukan mereka ngangenin, sih. Aku suka banget di kelas bareng mereka.” Dia senyum dikit, terus menyalakan mobil. “Kamu emang selalu jadi guru yang keren.” Aku pun bertanya pelan, “Dulu aku emang kayak gitu, ya?” Dia mengangguk. “Iya. Kamu, tuh selalu pulang dan cerita soal kelakuan anak-anak itu. Kamu cinta banget sama kerjaan kamu.” Dia lihat aku sebentar sebelum masuk ke jalan utama. “Anak-anak itu ngomong apa adanya. Kamu enggak usah terlalu mikirin omongan mereka.” Aku mengangguk, tapi tetap saja merasa bersalah. “Kayaknya kalau aku tahu penyebab kenapa aku bisa pergi dulu, mungkin rasa bersalah aku enggak bakal separah ini ... Atau malah makin parah

  • MANTAN WITH BENEFIT   Muridku 🕊️

    ୨ৎ K H A L I S Aજ⁀➴ Begitu aku sampai di sekolah, Pak Wimbbie sama tim kantor menyambutku dengan pelukan, sambil mendoakan yang baik-baik. Setelah sesi salam-salaman, aku jalan bareng Pak Wimbbie menyusuri koridor sekolah. Alzian juga ikut, tapi dia enggak mau mengalah untuk beri aku ruang biar bisa merasakan lagi suasana duniaku yang lama ... dia malah sok-sokan ikut campur. “Jadi ya, murid-murid kamu yang dulu udah pada naik kelas dan ini kelas kamu yang lama. Sayangnya kita udah renovasi sedikit, semoga aja bisa bantu kamu ingat lagi,” katanya. Aku, sih mengerti maksud baiknya, tapi jujur saja, rasanya malah jadi tekanan baru. Alzian bersandar di dinding waktu Pak Wimbbie membukakan pintu kelas dan bilang kepada anak-anak kalau mereka bakal dapat kejutan. Anak-anak pun heboh tanya ini dan itu, "Kenapa balik ke kelas yang lama, siapa yang datang, terus makan siang gimana, masih bisa main di luar apa enggak?

  • MANTAN WITH BENEFIT   Balik ke Sekolah 💐

    "Kalau kamu menang, aku yang nyetir hari ini," kata dia. "Deal," jawabku, buru-buru mengusir bayanganku buat main sama dia di atas meja dapur sambil makan blueberry sama stroberi dari tubuh dia. "Oke deh, yang terakhir ya." Dia masukkan pancake rasa anggur ke mulutnya, mengunyahnya sekali, terus langsung jalan ke wastafel buat meludah. "Enggak bisa nih. Semua biji-biji kecilnya pahit banget di mulut aku." Aku senyum, terus menghabiskan pancakeku yang lain. "Jadi, bisa dibilang aku yang menang dong?" Dia balik badan, ambil tisu dari rak dan bersihkan mulutnya. "Aku dari dulu suka stroberi ya?" tanyanya, terlihat kecewa. Aku bikin dia tenang sedikit, aku geleng kepala dulu. "Terus dulu favorit aku apa?" Aku tunjuk pisang, dan dia tersenyum. Tapi senyumnya cerah banget, seperti dia bakal kecewa kalau ternyata masih suka buah yang sama, strawberry. Aku tahu, apa yang dibilang Derrin ke dia waktu di pesta itu keterlaluan. Sekarang Khalisa merasa bersalah, selalu punya p

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status