Share

Awal Pertemuan

Tepat pukul 07.15, Farhan beserta assisten pribadinya bergerak menuju kediaman keluarga Aulya, sengaja dia pergi pagi sekali karena perjalanan ke sana cukup jauh. Hampir memakan waktu, sedangkan Farhan harus segera kembali ke Magelang untuk mengurus perusahaannya. Dalam perjalanannya raut wajah Farhan sama sekali tidak bersemangat ditambah pikirannya saat ini hanya tertuju pada kekasihnya Nadira. Yang saat ini sedang berada di luar negeri.

Mata Farhan hanya memandangi foto Nadira yang terpampang dalam aplikasi hijau di ponselnya berharap kekasihnya itu menelpon sekedar untuk memberi kabar.

"Sayang! Kamu kemana saja?" Lirihnya perlahan.

Saat Farhan tengah sibuk mengkhawatirkan Nadira, tiba-tiba ponsel itu berdering dengan nama pak Ilyas yang tertera di layar ponsel itu.

[Hallo? Assalamualaikum abi?] Sapanya dengan lemah lembut.

[Waalaikumsalam! Farhan kamu sudah sampai di mana?] Balas abi Ilyas senang dengan senyum melekat pada wajahnya.

[Hmmm, Farhan sedang menuju rumah abi, mungkin sekitar 2 jam lagi akan sampai bi!] Sahut Farhan dari sebrang telpon.

[Baiklah! Kami sekeluarga sangat menunggumu.]

[Iya bi!]

[Ya sudah, hati-hati di jalan! Assalamualaikum.] Jawab abi Ilyas.

[Waalaikumsalam]. 

Setelah Farhan menjawab salam dari abi Ilyas, telpon pun terputus. Farhan menghela nafas kasar seperti sedang ada beban dalam hidupnya, bagaimana tidak ia harus menikahi wanita yang sama sekali tidak pernah Farhan cintai jangankan untuk mencintai. Dia saja belum pernah bertemu dengan calon istrinya.

Yang ia tahu hanyalah Nadira kekasihnya Bahakan Farhan begitu tulus mencintai wanita itu, wanita yang menjadi cinta pertama Farhan sewaktu jaman SMP dulu. Sampai sekarang masih menjalin asmara bersamanya.

Disatu sisi keluarga Aulya kini tengah mempersiapkan untuk menyambut kedatangan Farhan, mulai dari makan siang untuk Farhan dan mempercantik penampilan Aulya. Hari ini bisa dikatakan sebagai hari spesial untuk Aulya karena ia akan bertemu dengan calon suaminya itu, akan tetapi Aulya tampak biasa saja bahkan tidak terlalu mencolok dalam riasannya. Ia hanya memakai gamis dengan warna gelap yang di pasangkan dengan Khimar panjang yang sederhana. Wajahnya hanya ia beri bedak tabur, sedikit lipgloss karna memang bibir itu sudah merah tanpa tambahan lipstik,.

"Sudahlah, begini aja sudah cukup aku enggak mau yang berlebihan!" Terang aulya sambil berdiri di depan cermin melihat pantulan dirinya sendiri.

"Tok! Tok! Tok!"

"Masuklah! Pintunya tidak terkunci." Pekiknya pada si pengetuk pintu.

"Kak, sudah siap? Perlu bantuanku tidak?" Tanya Nabil.

"Sudah kok! Bagaimana di dapur sudah beres?" Jawab aulya dengan kembali bertanya.

"Sudah kak, di sana sudah beres semua. Hmmm... gimana perasaan kakak? Deg-degan tidak?" Ucap Nabil penasaran.

"Enggak! Biasa aja sih, aku enggak ngerasain apapun!" Timpal Aulya santai.

"seriusan?" Ketus Nabil dengan sorot mata penasaran.

"Beneran Nabil, aku enggak ngerasain apapun! Udah deh jangan kepo! Ayo bantuin umi atau abi." Pinta Aulya sambil menarik tangan adiknya keluar kamar.

Di ruang tamu abi Ilyas dan umi Habibah telah duduk menunggu Farhan sambil berbincang dengan serius sesekali terdengar tawa-tawa kecil dari obrolan mereka, mereka saling melempar senyum, mata mereka pun tak berhenti saling menatap terkadang abi mengelus-elus kepala umi Habibah. Dan membawanya dalam pelukan. Sungguh ini adalah pemandangan begitu indah, meski tak lagi muda mereka selalu tampak harmonis juga romantis. 

Kedua putrinya diam-diam melihat keharmonisan pasangan itu, mereka tersenyum. Terutama Aulya yang berharap agar rumah tangganya bersama Farhan nanti dapat seperti kedua orang tuanya.

Tak terasa waktu cepat berlalu, dua jam sudah menunggu kini akhirnya Farhan telah ada didepan mata, pintu rumah keluarga Aulya telah terbuka lebar untuknya, mengendarai mobil sedan berwarna hitam metalik menambah kewibawaan Farhan yang saat itu mengenakan jubah biru tua dipadukan rompi hitam, warna itu sangat kontras di kulit putihnya. Segera abi Ilyas menyambut ia dengan hangat.

"Masya Allah, akhirnya sampai juga kamu nak, bagaimana perjalanan mu?" Sambut abi Ilyas dan memeluknya.

"Alhamdulillah abi! Perjalanan yah seperti biasanya bi melelahkan!" Jawabnya dengan menyunggingkan senyum.

"Ya sudah, mari kita masuk! Beristirahat lah dulu." Ajak abi Ilyas.

Farhan pun mengangguk menerima ajakan abi Ilyas. Mereka semua masuk kedalam rumah sederhana itu, meski sederhana tapi sangat nyaman tata ruangnya pun sangat rapi dan enak dipandang.

Saat pertama kali masuk ke rumah abi Ilyas mata Farhan langsung terfokus pada tirai yang membatasi antara ruang tamu dan ruang tengah rumah itu. Farhan beserta asistennya menjatuhkan b***ng di atas sofa usang yang warnanya sudah pudar.

"Sebentar ya, abi siapkan teh hangat!" Tutur abi Ilyas pada Farhan dan asisten pribadinya.

"Tidak perlu repot-repot bi!" Balas Farhan sangat santun.

Namun abi Ilyas tersenyum dan berlalu pergi meninggalkan mereka di ruang tamu. Menit kemudian ia datang dengan membawa nampan berisi dua gelas teh hangat, abi Ilyas menyuguhkan teh tersebut pada tamu istimewanya, Setelah memberikan minum ia pun duduk di sana bersama mereka. Mulai bercerita mengenai pernikahan Farhan dan Aulya.

Sambil menyeruput teh tadi, Farhan memberitahu bahwa ia ingin secepatnya melaksanakan niat baik itu.

"Kalau Aulya-nya tidak keberatan, saya ingin pernikahan ini segera dilakukan bi!" Tegasnya semakin meyakinkan abi Ilyas untuk melepaskan putri sulungnya.

"Abi setuju! Karena dari Magelang ke sini itu jauh, abi takut akan mengganggu pekerjaan kamu!" 

"Untuk resepsi pernikahannya, Aulya suka yang seperti apa ya bi?" Tanya Farhan antusias tapi tidak untuk hatinya.

"Aulya ingin yang sederhana saja Farhan! Dia tidak mau yang mewah, bahkan akad saja sudah cukup baginya dia sendiri yang bilang." 

"Baiklah bi, kalau Aulya ingin yang sederhana! Lalu untuk mahar? Apa yang Aulya pinta bi?" Kali ini Farhan benar-benar menghapus keraguan siapapun yang mendengarnya. Terutama abi Ilyas dan Aulya yang ternyata mendengar pembicaraan mereka.

"Aulya... Ingin seperangkat alat sholat saja sebagai mahar pernikahan kalian!" Jawab abi Ilyas yang sudah Aulya beritahu sejak kemarin.

Kemudian Farhan mengangguk, tanda bahwa ia menyanggupi permintaan Aulya. Dan gilirannya untuk meminta izin bertemu dan melihat wajah Aulya calon istrinya itu, 

"Bi, boleh...saya melihat Aulya?" Pintanya pada abi Ilyas.

"Mari, Abi antarkan." 

Farhan pun di tuntun menuju ruang tengah yang ada di balik tirai, disana sudah ada Nabil umi Habibah dan Aulya mereka semua menutupi wajahnya dengan cadar serba hitam, Abi Ilyas juga ada di sana menemani Farhan. Duduk lah Farhan di hadapan Aulya yang berjarak satu setengah meter dengannya, di satu sisi aulya merasakan darah mengalir kencang di tubuhnya jantung nya juga berdebar saat mata mereka saling bertatapan.

"Ya Allah, kenapa denganku!" Gumam Aulya dalam hatinya.

Tetapi disisi lain, Farhan tidak merasakan perasaan yang sama dengan Aulya, tidak dengan degup jantung atau perasaan yang berdebar, Ia terlihat biasa saja. 

"Lya...bukalah cadarmu nak!" Pinta abi Ilyas pada anaknya.

Aulya pun melaksanakan apa yang di pinta abinya, dia membuka cadar dan memperlihatkan wajah cantiknya pada Farhan, Pria itu termangu melihat kecantikan Aulya yang dia akui melebihi kecantikan Nadira kekasihnya.

"Hmmm... gadis ini sangat cantik, pantas ayah mewasiatkan nya padaku! Kalau begini kan aku tidak seperti membali kucing dalam karung!" Batin Farhan menyeru.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status