Share

Menata Hati

last update Last Updated: 2025-02-09 11:25:50

Marni sudah mulai merasa tubuhnya lebih enak dan tidak sesakit kemarin. Lebam membiru masih ada namun tak nyeri jika ditekan.

"Kayaknya Aku balik Jualan Jamu lagi aja deh. Masa cuma karena kejadian kemaren jadi kapok. Padahal langganan yang lain masih banyak. Anggap aja kemarin lagi apes. Kan kata orang hari apes emang ga ada di kalender."

Marni menunaikan shalat subuh kemudian mandi. Rencananya Marni hari ini akan ke pasar membeli perabot seperti botol-botol untuk membuat Jamu, Bakul, Ember dan bahan-bahan membuat Jamu.

"Gusti, dosa apa Marni sampe boncos begini. Kayak baru mulai dagang beli perobot, botol-botol sampe ember buat cuci gelas rusak, ambyar gara-gara duo kunti." Mau diikhlasin tapi ya nyesek pas membayar perabotan Jamu yang baru saja Marni beli.

"Mar, itu beli botol-botol jamu lagi memang Kamu mau buka cabang?" Marni tak sengaja bertemu sesama pedangan jamu yang memang sama-sama langganan di toko itu.

"Wes toh, jangan banyak tanya." Marni sebenarnya tak suka dengan si Inem, sesama penjual Jamu yang hatinya ga baik. Lambenya Masha Allah kalo nyeritain orang sambil bakulan Jamu.

Meski Marni penjual jamu keliling, Marni tak pernah bergosip atau menyebarkan gosip pelanggannya, berbeda dengan si Inem yang setiap ada pembeli langsung deh bonusnya gosipan dari mulut ke mulut.

Si Inem memperhatikan barang belanjaan Marni. Matanya menelisik, bagai polisi yang sedang mem-BAP tersangka.

"Kamu ga kena razia satpol kan terus bakulan Jamumu di gondol petugas?"

"Emang situ, bakulan nyambi yang lain! Ups!" Marni sebetulnya sedikit mendengar kalo si Inem rekan sesama penjual Jamu ini memiliki pekerjaan sampingan. Ya tahu sendiri lah, tanpa harus Marni beberkan. Toh Marni ga mau ambil pusing. Yang penting dirinya tak seperti itu.

Selama ini Marni murni menjual Jamu. Tak ambil sampingan jadi L****e.

Tapi memang naas, "Yang L****e sopo yang di purag sopo, nasib-nasib." Gerutu Marni setelah si Inem Pamit duluan katanya orderan jadi lagi banyak.

Si Inem emang selalu kalah telak kalau sudah ada yang nyinggung soal kerja sampingannya, dan jurus terjitu Si Inem seperti tadi langsung pamit undur diri.

Marni tentu saja singgah ke lapak Bude Sri. Dan tentu saja Bude Sri menyambut dengan senyum merekah sambil melayani beberapa pembeli.

Marni membiarkan Bude Sri melayani pembelinya dulu. Banyak hal yang Marni ingin ceritakan. Marni tidak punya siapa-siap. Mengadu kepada yang Maha Kuasa ya sudah. Tapi sebagai manusia Marni butuh tempat menceritakan keluh kesahnya agar mendapat solusi dan sudut pandang lain.

Bude Sri bisa melihat sepertinya ada tang ingin Marni sampaikan kepadanya. Sudah lama Bude Sri mengenal Marni apalagi semenjak kepergian Si Mbah, Bude Sri berusaha menjadi tempat Marni bercerita.

"Ndok, habis belanja?" Bude Sri melihat beberapa kantong kresek hitam besar dan bakul Jamu baru sekaligus botol-botol Jamu.

Marni menyandarkan tubuhnya didinding yang sudah usang. Maklum saja lapak jualan Bude Sri juga sudah lama. Mau renovasi ya mana ada uangnya. Lebih baik untuk modal muterin dagangan.

"Ndok," Bude Sri kembali memanggil, pertanyaannya belum dijawab oleh Marni yang terlihat sedang menerawang.

Melihat Marni sedang melamun Bude Sri menepuk pelan bahu Marni, "Ono opo toh Ndok, cerita sama Bude."

Marni tak kuasa menahan airmatanya. Bude Sri tak mau orang memperhatikan, ia menuntun Marni agar lebih masuk ke dalam lapak jualan agar tidak mencolok perhatian.

Marni menceritakan semua yang kemarin ia alami kepada Bude Sri. Marni juga menunjukkan lebam birunya yang ada di balik kaos dan lengan yang tertutup kaos lengan panjang.

Berulang kali Bude Sri dibuat nyebut, tak habis pikir bisa-bisanya Mereka Main Hakim Sendiri dan membuat Marni mengalami kerugian yang tak sedikit, baik materi maupun moril.

"Marni ga sungguh ga pernah begitu. Ga pernah Marni bahkan berniatpun menggoda Suami orang. Tapi tanpa tanya dulu Mereka malah Main Hakim Sendiri. Sakit Bude."

Bude Sri membawa Marni ke dalam pelukannya. "Ndok, sabar. Mereka memang keterlaluan. Wes ga usah ditangisi lagi. Capek ati, nelongso meneh. Wes, sini lihat Bude."

Marni menarik diri dari pelukan Bude Sri. "Maaf Bude, Marni ga tahu lagi mesti cerita kesiapa. Cuma Bude yang Marni percaya."

"Iya. Bude percaya sama Kamu. Putune Si Mbah ga mungkin ngelakuin yang Mereka tuduhkan. Lah wong lanange yang amburadul kok yo Kamu jadi sasaran. Kebangeten! Dah sekarang rencana Kamu mau gimana? Mau jualan Jamu lagi?"

"Iya Mbok. Sayang pelanggan Marni banyak. Makanya Marni belanja lagi, tuh Mbok kayak mau mulai baru aja ya. Semua serba baru." Marni menunjuk kantong keresek besar berisi perabotan Jamu.

Bude Sri menatap Iba. Ia tahu bagaimana Marni menghemat. Tentu saja melihat semua perabotan Jamu dibeli baru tentu merogoh kocek Marni tak sedikit.

"Ndok, Kamu beli semua ini pakai uang simpenanmu? Terus buat bayar sewa bulan depan ada?"

"Ada Bude. Tapi," Marni ragu mengatakan bahwa untuk hari-harinya yang ga ada. Marni mengandalkan hasil jualan jamu jika Ia mulai berjualan lagi.

"Ndok, Bude sebetulnya mau nawarin Kamu. Jadi lapak Bude yang disewa orang itu sekarang kosong. Yang sewa ga ngelanjutin lagi sewanya soalnya balik Kampung mau tani katanya. Kalo Kamu mau Bude maunya Kamu nempati disana. Bude ga mungut sewa. Yang penting asal dirawat saja dan paling disana ada token Listrik. Kamu bisa juga tinggal disitu sekalian bisa jualan Jamu."

Marni menatap wajah keriput yang terlihat lelah berjualan demi sesuap nasi meski saat ini tersenyum menawarkan secercah harapan.

"Bude, serius?" Marni masih tak percaya dengan apa yang Ia dengar.

"Loh, tak pikir Bude bercanda? Bude serius. Kamu mau?"

"Aku ga enak merepotkan Bude."

"Ga ngerepotin Ndok. Kalau mau, Kamu bisa beresin aja. Langsung tinggal disitu juga gapapa. Ada kamar buat tidur. Sama seperti lapak ini. Wong sederetan. Beda cuma lima lapak dari sini." Bude Sri mengajak Marni keluar lapak dan menunjukkan lapak yang ia maksudkan.

Sejenak Marni berpikir. Toh kejadian kemarin membuktikan tetangganya tak ada yang membantu, hanya menonton saja saat ia dikeroyok oleh Sumi dan Ijah.

"Tapi Marni janji Bude kalau Marni sudah bisa kumpulin uang dari jualan Jamu, Marni mau bayar sewa ke Bude."

"Ga usah dipikirin Mar. Yang penting Kamu bisa jualan. Bude juga seneng ada yang nemenin. Ga jauh bisa saling ngawasi."

"Makasi ya Bude. Maaf Marni jadi ngerepotin Bude."

"Sama-sama. Kalo memang Kamu mau langsung pindahan juga gapapa. Ini kuncinya. Tapi jangan lupa pamitan sama yang nyewain rumah Kamu dan tetangga kiri kanan. Walau bagaimanapun, Kamu yang waras lebih baik punya sopan santun. Dan Bude harap rezekimu tambah lancar di lapak sekarang."

"Sekali lagi Marni Makasi Banyak Bude. Ya Allah Si Mbah seneng banget kalo lihat Marni sekarang deketan sama Bude Sri."

"Ya sama-sama Ndok."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MBOK JAMU SEKSI   Urapan Bukan Kurapan

    Suara salam yang terdengar dari luar rumah segera dibalas oleh Bide Sri manakala melihat Marni dan Mpok Leha yang datang dengan wajah tersenyum."Kalian kok yo datengnya telat, Bude udah tunggu dari tadi. Lah kenala berdua saja? Mana lainnya? Bude sudah masak banyak.""Bude, tenang! Nanti Bang Jupri, Ian sama Babeh nyusul, lagi ada urusan bentar.""Iyo Bude, lah gak sabar bener, udah kangen kali nih sama Babeh Ali yo?""Wes Kalian berdua langsung makan saja, opo mau nunggu yang lain?""Lah itu! Pas berarti!" Mendengar suara salam diluar kembali Marni dan Mpok Leha membukakan pintu rupanya Babeh Ali, Mandor Jupri dan Ian yang datang."Silahkan, mau duduk dimana?" Bude Sri mempersilahkan tamu-tamunya yang baru saja datang duduk dulu."Bude, makannya di ruang tamu saja ya, lesehan gelaran diatas daun pisang, biar seru?" Mpok Leha usul, melihat lembaran daun pisang segar rasanya jiwa ngebotram terpanggil apalagi menu hari ini sangat cocok dimakan modelan begitu."Asik tuh! Sini Babeh bant

  • MBOK JAMU SEKSI   Curiga

    Marni berjalan dengan langkah cepat sambil menggendong bakul jamu miliknya, menuju pintu gerbang Pabrik."Bukannya itu Si Buldozer, Kok akrab banget sama Kakek Sol Sepatu.""Kek, sudah lama sampai?" Meski melihat Ian ada disana tak ada niat Marni menyapa Ian.Ian pun tak masalah, bagi Ian untung saja Ia sudah melihat kedatangan Marni dari jauh dan segera memberi kode pada Opa Arman agar menjaga jarak."Iya Nak Marni, ini mau menyerahkan sepatu dan sandal yang sudah selesai di sol." Kakek Sol Sepatu sambil menunjuk tumpukkan sepatu dan sandal yang sudah kembali rapi."Wah jadi kelihatan baru lagi sepatu dan sandalnya. Dijamin kuat ini.""Alhamdulillah semoga semuanya puas dengan hasil sol nya.""Kakek, ini Marni ada sesuatu untuk Kakek, mohon diterima.""Wah Kamu repot-repot segala Nak Marni, ini," Kakek Sol Sepatu melihat isi pemberian Marni, sebuah sarung baru."Terima kasih banyak Nak, semoga Allah berikan Kamu sehat dan banyak rezeki, berkah usiamu ya Nak.""Aamiin. Makasi doanya K

  • MBOK JAMU SEKSI   Fenomena Ani - Ani

    "Ndok, Kamu bawa sarung buat siapa?" Bude Sri memperhatikan Marni memasukan sarung baru ke dalam goody bag kemudian menyimpannya di sela antara botol-botol jamu."Marni mau kasihkan Kakek Sol Sepatu Bude. Memang sudah niat, cuma kemaren baru ketemu, nanti Kakeknya bakal ada di depan Pabrik antar sepatu dan sandal yang sudah selesai di sol." Marni menjelaskan."Ndok, nanti kalau ketemu sam Leha bilang, Bude hari ini masak urapan. Waktu itu bilang ke Bude kalau bikin urapan ngomong, ajak sekalian aja makan disini. Ramean juga boleh. Bude bikin banyak.""Ajak Babeh Ali boleh?""Siapa aja! Nguyu saja Kamu sama Bude! Nak Ian juga ajak kesini Bude malah senang hati!""Walah sudah bisa bales nih ceritanya!""Loh, Bude serius, Mandor Jupri, Nak Ian sopo meneh sing mau makan siang pake urapan yo ajak saja. Bude masak banyak lagi kepingin makan barengan. Si Jum sama Si Ratmi juga bilang siang ini mau kesini.""Walah iki makan besar toh Bude. Gak bilang dari kemaren Bude. Mendadak opo gimana?""

  • MBOK JAMU SEKSI   Praduga

    "Opa kenapa mesti nyuruh driver jemput Bian. Kalau ketahuan bagaimana." Bian yang masuk ruang kerja Opa Arman langsung protes saat melihat Opa Arman malah tersenyum."Kamu juga tadi sengaja kan gak keluar Pabrik, takut ketemu Opa?""Opa tahu, kenapa malah ngeyel!" Bian menjatuhkan bobot tubuhnya disofa.Opa Arman mengikuti duduk dihadapan Bian yang terlihat masih lelah."Capek? Kalah sama Opa yang habis ngesol banyak sepatu!" Opa Arman menyilangkan tangannya."Memang Bian tak tahu semua sepatu dan sandal yang Opa bawa Opa serahkan ke Tukang Sol Asli?"Opa Arman tertawa, "Ya Opa kan juga capek kalau ngerjain semua sendiri.""Makanya jangan gaya-gayaan jadi Tukang Sol Gadungan!""Opa sebenarnya manggil Bian ada apa sih? Kangen? Baru kemaren Kita ketemu masa sudah kangen!" Tampang jumawa Bian berbanding terbalik dengan raut Opa Arman yang berubah kembali teringat akan seseorang."Bian Kamu kenal dengan orang ini?" Opa Arman menyerahkan tangkapan layar yang berhasil Ia lakukan melalui kac

  • MBOK JAMU SEKSI   Wajah Itu

    "Opa telepon? Pasti kewalahan ini gara-gara banyak yang sol sepatu." Bian dengan senyum merekah menerima panggilan telepon dari Opa Arman."Assalamualaikum Opa.""Waalaikumsalam. Bian, Kamu jam berapa selesai?""Nanti jam 5 sore Opa. Opa mau minta bantuin apa nih?""Hari ini Kamu pulang ya. Ada yang mau Opa bicarakan.""Ok Opa, nanti Bian pulang.""Ya sudah, Opa matikan ya. Assalamualaikum.""Waalaikumsalam."Bian mengernyitkan dahinya, tak menyangka bukan seperti dugaannya, tapi ada apa dengan Opa."Kok kayaknya serius banget ya Opa, ada apa sih?"Pikiran Bian terpecah saat dipanggil oleh rekan sesama Buruh Pabrik dan kembali melanjutkan pekerjaannya.Sementara Dua Perempuan yang sudah kenyang menikmati semangkok Bakso, kini perut terasa begah, rupanya bakso beranak sukses membuat keduanya melambaikan tangan."Mpok, kayaknya sampai malam Marni gak makan, kenyang banget!""Iye Mar, Gua kebawa nafsu apalagi pedes enak dimakannya jadi lupa diri tahu-tahu begah!""Habis ini Lu mau kemana

  • MBOK JAMU SEKSI   Ngebakso

    "Cie yang nyamperin Ayangnya kerja. Sudah kangen lagi Mpok?" Tentu saja Marni tak membuang kesempatan menggoda saat Mpok Leha datang."Apaan sih. Gua tadi ke rumah Bude, mau ketemu Lu Mar, tapi Bude bilang Lu udah keliking, eh tahunya ada disini, kangen Lu sama Ian sampe keliling muter kesini?" Satu sama dong, diledek bales ngeledek."Loh ini lagi pada ngapain?" Mpok Leha heran karena ada Tukang Sol Sepatu diantara Mereka."Oh iya Mpok, Kalau Mpok mau sol sepatu atau sendal sama Kakeknya saja. Kek ini Mpok Leha, anak Babeh Ali yang punya Pabrik ini."Mpok Leha meraih tangan si Kakek menyalaminya."Yah, tahu gitu Gua bawa sendal lebaran Gua kemaren putus, dipake habis ngider-ngider.""Besok Kakek kesini lagi, sekalian mau antar sepatu dan sendal yang udah selesai disol.""Ya udah Kek, besok Leha kesini pagi deh, Leha mau bawa sepatu sama sendal Leha, eh punya Babeh juga perasaan ada beberapa deh yang putus. Kakek beneran kesini besok?""Iya, Insha Allah.""Loh, Abang juga ngesol?""Ala

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status