Home / Romansa / MBOK JAMU SEKSI / Maun Hakim Sendiri

Share

Maun Hakim Sendiri

last update Last Updated: 2025-02-09 11:25:26

"Saya bukan L****e! Dan Saya gak pernah morotin siapapun!" Teriak Marni yang sejak tadi belum memiliki kesempatan karena terus diserang oleh kedua wanita yang sudah kesetanan mengamuk.

"Mana ada L****e ngaku!" Nyolot si Wanita masih akan menyerang Marni namun ditahan beberapa warga yang memisahkan.

"Ya Allah Gusti! Dek! Kamu ngapain disini! Walah ini kok banyak orang!" Joko segera menerobos kerumunan warga yang mengerubungi Marni dan dua wanita pengeroyoknya.

"Lah Kamu juga kenapa ada disini Sum! Mbakmu kenapa ga ditahan." Joko melirik Adiknya yang sudah dalam keadaan acak-acakan sama dengan Ijah istrinya Joko.

"Kamu ga usah belain si L****e Mas! Sini Kamu! Duit Kamu nguli Kamu kasih sama nih L****e kan?" Ijah melotot tatapan mata merah begitupun raut wajahnya melampiaskan kemarahan.

"Loh,Loh, Dek. Kamu jangan asal nuduh! Mas ga ada kasih uang apa-apa sama Marni. Mas paling langganan Jamu aja. Ya kan Mar?" Joko menenangkan Istrinya yang tak mau disentuh. Tangan Joko di gubris saat akan merangkul Ijah Istrinya.

Marni menatap nyalang kepada Mereka. Tak sedikitpun Marni gentar. Ia tak salah. Kenapa harus Ia di sudutkan seperti ini. Main Hakim Sendiri.

"Sampeyan datang langsung ngereog, ngelabrak Saya padahal Saya tidak tahu apa-apa! Sekarang tanya langsung sama bojo koe! Kemana uangnya ga disetor ke Kamu! Jangan asal nuduh!" Kali ini ucapan Marni terdengar penuh kemarahan.

Sorot mata Ijah melirik tajam pada Joko, "Uangnya betul kok ga Mas kasih Marni, ga dikasih ke siapa-siapa juga," Joko menjawab hati-hati, yakin kalau jujur Ijah akan semakin mengamuk.

Saat ketegangan menyelimuti Ijah dan Joko, ponsel Joko berdering, namun Joko mendiamkannya.

"Jangan-jangan itu selingkuhannya! Angkat coba!" Salah satu warga memprovokasi.

Ijah yang sudah naik pitam meraih ponsel Joko yang berada di saku celana Suaminya. Beberapa warga yang melihat ikut penasaran siapa yang menelepon Joko.

Ijah segera menekan tombol di ponsel menerima panggilan yang diabaikan Joko.

"Eh A****g! Lu udah berani ya ga angkat telepon Gue! Bayar utang Lu T****L! Jangan kabur Lo!"

Ijah terkejut setengah mati, bukannya suara perempuan seperti yang ada dalam pikirannya malah makian dari laki-laki yang terdengar marah dan membahas perihal hutang piutang.

"Sampeyan siapa ya?"Ijah dengan terbata menjawab.

"Oh, Lo bininya! Bilang tih sama Laki Lo! Kalo punya utang bayar! Jangan minjemnya doang! Makanya kalo ga punya duit ga usah main Judol! Laki Lo tuh kecanduan Judol! Dimana Laki Lo! Bilang sama Gw! Jangan kayak B****i ngumpet dibawah ketek bini!"

Ijah segera memutus panggilan tersebut. Mata Ijah sudah membulat sempurna. Rasanya tanduk dan khodam Ijah mau keluar mengetahui rupanya Joko malah masih terjerat Judol.

Padahal Ijah sudah sering bilang, berhenti karena sudah habis barang-barang Mereka di jual Joko.

Tanpa banyak cincong dan tak ada kata maaf pada Marni, Ijah dan Sumi sang Ipar segera menyeret Joko dari hadapan semua warga yang menyaksikan.

"Dek, ampun, Dek. Jangan ngono toh! Sakit ini kuping Mas!" Joko memegangi telinganya yang diseret Ijah dan Sumi pulang.

"Sudah, yang lain bubar. Marni sebaiknya Kamu beresin itu pecahan botol-botol Jamumu." Pak RT meminta bubar dan segera meninggalkan rumah petak Marni.

Tak ada seorangpun yang mau membantu Marni. Senyum getir tersungging di bibir Marni.

Marni menatap nanar botol Jamu yang berserakan di tanah. Semua pecah. Hancur. Bahkan bakul Jamu miliknya rusak tak berbentuk.

Kalo sudah begini, siapa yang harus disalahkan. Marni memunguti sisa-sisa kerusuhan dan membereskannya.

Hati Marni sakit. Hanya Si Mbah yang terlintas di kepalanya.

"Mbah, Mereka jahat sama Marni. Marni harus bagaimana?"

Langit seakan tahu kesedihan dan rasa pilu yang kini menyelimuti relung hati Marni.

Seketika rintik gerimis menyapa Bumi. Meredakan amarah di hati Marni yang masih berkobar tak terima perlakuan Istri Joko yang Main Hakim Sendiri.

Marni bingung, malu juga dengan kejadian hari ini. Seharian Marni tak keluar rumah kontrakannya. Tubuhnya sakit-sakit paska diserang dua wanita laknat yang main asal tuduh.

"Ish," Marni membersihkan luka dibeberapa tangannya dan sudut bibirnya yang sempat kena tamparan Ijah dan Sumi.

"Begini banget nasibku, bukan untung malah buntung. Enak saja Mereka habis rusak semuanya dan Aku sampe luka begini malah kabur! Dasar laki-laki kerjanya ngapusi wanita. Ngebohongi Istri malah Aku yang kena sasaran."

Malam semakin larut, Marni terduduk lemas di sudut ruangannya, ruangan yang biasanya dipenuhi dengan aroma rempah-rempah sekarang hanya tercium bau pesakitan dan kesedihan. Tubuhnya masih memar, bekas hujan pukulan yang dilepaskan Ijah dan Sumi atas tuduhan yang tidak berdasar. Dengan mata sembab, dia menatap panci-panci yang biasa digunakannya untuk menyeduh jamu. Kini, mereka hanya seonggok logam yang menyimpan cerita pahit.

Di sudut lain, pecahan kaca botol jamu berserakan, seperti hatinya yang remuk. Ijah dan Sumi, dengan marah, telah menghancurkan segala yang ia bangun dengan tangan dinginnya. Marni perlahan membuka kaleng kecil tempat ia menyimpan uang hasil penjualan jamu. Lembar demi lembar ia hitung dengan hati yang gundah, mempertimbangkan masa depan yang kini serba tidak pasti.

Haruskah ia melanjutkan usaha jamu yang telah membesarkan namanya atau mencari pekerjaan baru yang mungkin lebih stabil di pabrik? Marni menghela napas panjang, keputusan besar menanti di malam yang sunyi, keputusan yang akan menentukan arah hidupnya setelah tragedi ini.

Marni terbangun. Merasakan sekujur tubuhnya nyeri semua. Biasanya sepagi ini Marni sudah sibuk menggodok Jamu untuk jualan, hari ini malah Marni merasakan seluruh tubuhnya sakit bahkan beberapa luka mulai membiru.

"Ya Allah Gusti, ini badanku panas sekali." Marni mengusap peluh disudut dahinya.

Meski berat dan terasa nyeri disana sini, Marni memaksakan bangun, tenggorokannya merasa haus.

"Alhamdulillah." Marni memejamkan mata, lumayan segelas air membasahi tenggorokannya yang kering.

"Gusti, badanku remuk rasanya." Marni perlahan mendudukan tubuhnya.

Sedikit menyingkap kausnya, Marni terkejut rupanya di perutnya ada legam memar.

"Ya Allah Gusti, paringi sehat. Marni ga mau mati konyol Gusti!" Marni menutup kembali kaus yang ia kenakan.

Marni berjalan perlahan, mencari kaleng tempat ia menyimpan obat. "Coba minum ini deh. Siapa tahu sakitku hilang. Kok ya apes bener Marni, badan sakit semua yang pekakas dagang juga ambyar semua. Sudah jatuh Marni ketiban tangga ini sih." Awalnya tak mengeluh tapi lama-lama diingat-ingat ya nelangsa juga Marni rasakan.

Suara perut Marni menandakan lapar. "Baru inget dari kemaren Marni ga makan. Ya Allah Gusti, yo urip nelongso tenan! Sabar! SABAR!" Marni mengusap dadanya menentramkan amarah yang masih terasa bila teringat kejadian kemarin.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MBOK JAMU SEKSI   Menolong

    "Bude beneran gak ada yang dititip, nanti diinget lagi saja ya, kalau ada yang kelupaan telepon Marni saja." Marni bersiap memakai tas selempangnya memastikan dompetnya tak tertinggal karena bahan-bahan Jamu sudah kosong dan akan berbelanja untuk pesanan luluran manten juga."Iyo, wes berangkat, keburu siang, panas.""Ya sudah Bude, Marni pamit dulu ya. Oh iya Bude, tadi Mbak Ratmi bilang mau ke Puskesmas dulu, mau suntik KB, badu kesini setelahnya.""Iya kemaren juga udah ijin."Marni mencium tangan dan salam sebelum akhirnya keluar rumah menuju tempat belanja segala bahan-bahan yang Ia perlukan."Astagfirullah." Marni yang baru saja turun dari angkot melihat seorang Kakek terjatuh dari sepeda dan bergegas menolong."Kakek, gapapa?" Marni membantu Kakek bangkit kemudian sepeda dan barang-barang milik Si Kakek Marni punguti karena berceceran di jalan."Gapapa Nak, Kakek baik-baik saja. Makasi sudah nolongin dan bantu Kakek.""Sama-sama Kek, Kakek mau kemana?" Marni memperhatikan pakai

  • MBOK JAMU SEKSI   Juminten Gak Ada Lawan

    "Jadi kemaren Bang Udin dipukulin toh sama Mandor Jupri?" Juminten yang baru mendengar cerita Ratmi dengan penasaran menanyakan kembali dihadapan Marni san Bude Sri."Kamu itu Jum, semangat banget kalau soal begitu? Bojomu udah sembuh?""Ah Bude, lah nanya opo dijawab opo," Gerutu Juminten."Bude Marni mau bungkusi Ayam Kecapnya ya," Marni memilih pindah saja keruang tamu tak mau ikut kena semprot seperti Mbak Jum dan Mbak Ratmi.Ponsel Marni berdering, "Sopo iki, nomernya gak Aku kenal," Marni mengangkatnya."Sopo toh Nduk?" Rupanya Bude Sri membawa nasi yang siang dicetak untuk dimasukkan ke dalam kotak nasi."Iki loh Bude, pelanggan Jamu Marni, dia bilang gak pernah lihat Marni lagi keliling, nungguin beli Jamu gak lewat-lewat. Jadi tadi pesen besok minta sekalian dianter."Juminten dan Ratmi kini ikut bergabung, masing-masing punya tugas sambil dibawa serta."Wah Kamu itu memang berbakat Mar, Jamumu enak, Bedo sama Jamu-Jamu yang dijual Mbakyu Jamu gendong lain." Juminten sambil m

  • MBOK JAMU SEKSI   Cinta Lama Belum Kelar

    Mpok Leha memandang keluar area pabrik dari balik jendela kantor Babeh Ali.Setelah mengabarkan kejadian yang baru saja terjadi pada Babeh Ali, Mpok Leha berdiri mematung sambil menimbang-nimbang langkah yang harus Ia ambil.Tok! Tok! Tok!Suara ketukan pintu terdengar, "Masuk."Tatapan keduanya bertemu. Mandor Jupri berdiri diambang pintu menatap teduh pada wanita yang kini berpenampilan berbeda dengan tatanan rambut barunya.Tak bisa dipungkiri, rasa itu masuh sama. Nama Siti Zulaikha masih bertahta di relung hati Jupriantono yang biasa dikenal sebagai Mandor Jupri."Duduk, Bang, pintunya biarkan saja terbuka biar tidak jadi fitnah." Tentu saja Mpok Leha tidak mau menciptakan gosip apalagi kini walau belum resmi semua orang tahu seperti apa status dirinya.Janda Bodong. Ya Mpok Leha sudah melabeli dirinya sebagai Janda Bodong. Tak mau lagi menoleh kebelakang apalagi menjilat kudahnya sendiri. Cukup sekian dan terima kasih. Kata yang tepat untuk menyatakan akhir dari hubungannya deng

  • MBOK JAMU SEKSI   Baku Hantam

    "Neng diluar ada anak-anak Pabrik." Bibi yang bekerja di rumah Babeh Ali dengan langkah tergopoh-gopoh menghampiri Mpok Leha yang sedang duduk di halaman belakang."Emang ada ape Bi? Tumbenan anak-anak Pabrik kesini?" Mpok Leha bangkit dari duduk sambil berjalan ke luar menemui pegawai pabrik yang sudah ramai berada di halaman depan.Si Bibi mengiringi langkah Mpok Leha penasaran juga apa gerangan yang membuat sore hari tiba-tiba gaduh."Mpok, gawat! Pabrik kebakaran!""Hah! Terus Lu ngapain pada kesini! Bukan panggil Damkar! Aduh, mana Babeh belum pulang!""Udah padam Mpok, cuma sedikit dibagian belakang gudang deket nyimpen stok. Tapi sekarang masalahnya Bang Udin sama Mandor Jupri,""Lu ngomong yang jelas! Jadi kebakaran apa gimane? Terus kenape sekarang ada Udin sama Mandor Jupri. Jangan bingung Gue penasaran!""Sebaiknya Mpok Ikut Kita ke Pabrik, Biar Mpok tang lihat sendiri."Mpok Leha menarik nafas kasar, rasanya masalah datang bertubi-tubi. Belum selesai satu sudah ada lagi sa

  • MBOK JAMU SEKSI   Sawang Sinawang

    "Jadi tadi Kamu amprokan sama Udin dan selingkuhannya?" Sambil mengaduk Bubur Mutiara Bude Sri memperhatikan cerita Marni yang juga tak kalah sibuk melipat ikan pepes yang sudah dibungkus daun pisang siap masuk langseng untuk dikukus."Iyo Bude, Marni gak habis pikir Bude, mau-maunya Bang Udin sama modelan ondel-ondel begitu. Cakep Mpok Leha kemana-mana." Marni dengan semangat empat Lima menceritakan pertemuan antara Mpok Leha, Bang Udin dan Selingkuhannya di Salon."Yo sudah biasanya begitu Ndok. Selingkuh itu kan landasannya nafsu. Banyak kejadian Istri sahnya malah lebih segala-galanya dibanding si selingkuhan. Tapi yo ada juga yang selingkuhannya lebih muda dan alasan klise para lelaki kalau selingkuh, Ngakunya Istri sudah tak menarik dan tidak perhatian.""Mana Bude tahu ndak, Bang Udin sekarang dekil, kucel gak keurus begitu. Beda banget waktu masih sama Mpok Leha, dandanannya perlente kemana-mana naik mobil bagus. Sekarang semenjak sama Si Gayung Lope walah, amburadul Bude!" Ik

  • MBOK JAMU SEKSI   Bentrok

    "Wah cantik banget Mpok! Seger! Fresh banget dipotong model begini! Tambah Ayu tapi kok yo seksi keliatannya." Marni tak henti-hentinya memuji tampilan rambut Mpok Leha dengan model baru sebahu membuat wajah cantik calon janda dihadapannya semakin mempesona."Tuh bener kan eike bilang Shay! Ye lebih cucok meong potongan pendek begindang! Lebih hot!" Jeni alias Jono dengan senyuman centik sambil menatap rambut Mpok Leha."Masa sih, Lu bedua kagak lagi perez kan? Gua jadi geer nih!" Mpok Leha mematut diri memperhatikan style rambut bob nungging yang kini membuat dirinya terlihat segar."Ye kalo eike kasih teong nurut aja sih. Udah cantik, seksi begindang cocok, persiapan buat jadi jendes! UPS! Maafin ye Nek." Jeni menutup mulutnya yang terlalu lancar."Pada songong Lu ye, tapi bener sih, Gue udah gak vakal balik lagi sama si Pea!""Cakep!" Dua jempol diberikan Jeni."Ye kenapose gak mau potong rambut? Padahal kalau dipotong sedikit aja pasti tambah cucok meong deh! Atau di color, biar a

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status