Share

Pamit

last update Last Updated: 2025-03-04 15:51:30

"Jadi Kamu mau pindah bukan karena kejadian kemaren Mar?" Si Pemilik Kontrakan petakan yang selama ini Marni sewa memastikan bahwa kepindahan Marni bukan karena kejadian dilabrak oleh Istri dan Adik Joko.

"Bukan Bu. Saya mau jualan dipasar. Jadi biar sekalian tinggal disana." Marni sebetulnya malas menjelaskan. Toh apapun yang Marni katakan seperti angin lalu.

Warga sekitar petakan tempat Marni tinggal sudah terlanjur memiliki stigma negatif sebab kejadian kemarin.

"Ya sudah kalau begitu. Sudah Kamu rapikan lagi kan? Saya ga mau loh banyak sampah dan kotor. Soalnya sering banget yang ngontrak kalo pindah ninggalin sampah dan barang-barang rongsokan. Saya juga yang capek bersihinnya. Mana pada nunggak!"

"Ibu bisa cek sendiri. Kalau memang masih ada sampah tinggal kasih tahu Saya. Saya yang buang." Marni menyerahkan kunci rumah dan kartu token listrik kepada sang Pemilik.

"Oh ya, itu tokennya ga bunyi kan Kamu tinggalin?"

"Enggak Bu. Malah baru Saya isi dua hari lalu. Saya juga ga nunggak kan?" Marni geram kenapa sejak tadi seperti sedang di BAP oleh Polisi padahal semua kewajiban sudah Marni lakukan. Bahkan kepindahan Marni tidak membuat rugi sang Pemilik yang seminggu lalu baru menerima uang sewa dari Marni.

"Ya sudah. Semoga Kamu betah ya ditempat baru. Jangan bikin geger lagi disana. Ga enak, masa baru pindah udah dilabrak Istri orang lagi." Kembali Marni disindir dengan kalimat sarkas yang Marni sendiri sudah masa bodo.

Marni memilih segera pamit. Begitupun dengan tetangga kanan kirinya di rumah petakan.

"Kamu masih keliling jualan Jamu kan Mar?" Salah satu tetangga rumah petakan yang Marni tempati bertanya.

"Belum tahu, lihat nanti saja." Marni malas menceritakan detailnya lebih baik Mereka tahu saat sudah melihat langsung saja.

"Jangan bikin rusuh Mar ditempat baru."

Marni memilih mengabaikan saja, barang-barang yang Marni bawa tak banyak. Marni memilih pindahan dengan becak yang ia sewa.

Meski diiringi tatapan sinis dan menelisik dari mantan tetangganya, Marni tetap menganggukan kepala dan tersenyum saaf melewati Mereka.

"Udah ketahuan malu dia! Makanya pindah!"

"Tapi kemaren bukan begitu ah, Lakiannya korban judol!"

"Mana ada maling ngaku! Kalo ada ya penjara penuh! Sama aja, Mana ada pelakor ngaku."

Marni masih mampu mendengar tudingan miring soal dirinya.

"Sabar Mar! Anggap saja sedang transfer pahala!" Marni menentramkan hatinya sambil menatap jalan dari atas becak yang ia naiki.

Senyum Bude Sri menyambut kedatangan Marni yang baru saja turun dari becak.

"Barang-barangmu sudah semua Ndok dibawa? Disana sudah pamit kan? Tadi Bude minta orang pasangin bohlam. Soalnya bohlamnya pada mati."

Jika tadi Marni dibuat jengkel dengan ucapan dan perlakuan manusia, kini Marni dibuat terharu akan kebaikan Bude Sri.

"Marni ngerepotin Bude terus. Makasi Bude. Udah kasih Marni tempat tinggal sekaligus lapak jualan."

"Wes toh. Mau berapa kali lagi Kamu makasi terus ke Bude. Yuk mending sekarang Bude bantu Kamu beres-beres barang ya."

Marni dengan rasa syukur yang tiada terkira dan menatap wanita paruh baya yang bukan siapa-siapa namun berhati malaikat.

"Kenapa? Kok ngeliatin Bude segitunya?"

Marni menggeleng, "Marni lagi ngeliatin bidadari." Senyum Marni pada Bude Sri.

"La dalah, dimana? Lah Bude ga lihat?" Bude Sri celingak celinguk mencari apakah Marni sedang bercanda atau kenyataan.

"Ini bidadarinya." Marni mengambil kedua tangan Bude Sri dan menciumnya.

Hangat terasa menjalar direlung hati Bude Sri. Ia yang seumur hidup tak punya keturunan, merasakan juga perasaan memiliki anak wedok yang baik seperti Marni.

"Walah, moso bidadari keriput. Mana bau asem begini. Ada-ada saja Kamu Ndok."

"Buat Marni, Bude seperti bidadari. Disaat Marni ga punya siapa-siapa Bude mengangkat Marni dan kini memberikan Marni tempat tinggal yang layak. Marni ga tahu harus dengan apa membalas kebaikan Bude." Kali ini airmata Marni kembali bercucuran.

"Ndok, ini pertolongan dari Gusti Allah. Bude hanya sebagai perantara saja. Wes toh, ini ga selesai nanti. Ayuk beres-beres. Habis itu madang ditempat Bude. Tadi ada yang bawain Bude Jangan Melinjo. Kita makan sama-sama yo."

"Mbah, disaat Marni kesusahan ada Bude Sri teman Mbah yang membantu Marni selalu ingat jasa-jasa Bude Sri ya Mbah." Batin Marni.

"Makan yang banyak Ndok. Ini Telur Dadarnya ditambah. Biar kuat menghadapi hidup. Wes jangan sedih-sedih lagi. Kamu mau mulai jualan kapan Ndok?"

"Hari ini Marni mau buat Jamu, biar besok mau coba buka. Disini mulai rame jam berapa Bude orang kepasar?"

"Ya pasar ngak ada tutupnya Ndok. Tapi saran Bude Kamu buka saja pagi, kalau pagi kan pembeli banyak dan aman juga. Kalau malam riskan. Apalagi Kamu perempuan."

"Benar juga ya Bude. Besok Marni buka sebelum jam 6 bagaimana?"

"Bagus itu sama seperti Bude. Bude pulang Masjid baru buka lapak. Kalo memang mau mulai besok. Ambil bahan-bahan yang Kamu perlu toh. Sekarang enak kurang sedikit deket."

"Iya Nduk. Nanti kalau laris Bude minta pajak deh!" Canda Bude Sri saat melihat Marni kembali terharu dengan sudut matanya mulai menganak sungai.

"Sipp!" Marni memberikan kedua jempolnya sambil tertawa.

"Bude, siapa nih! Boleh kenalanlah!" Seorang Pemuda bisa dibilang keamanan pasar menyapa dengan genit saat melihat Marni keluar bersama Bude Sri dari lapak Bude Sri.

"Ini keponakan Bude. Awas yo macem-macem tak beri!" Bude Sri mengepalkan tangannya kearah keamanan pasar.

"Duh elah si Bude. Kenalinlah punya keponakan cakep begini. Sapa namanya Neng? Abang Udin. Panggil aja Bang Udin. Neng sapa namanya?"

"Wes, nanti juga kenal sendiri. Wes Ndok Kamu balik saja ke lapakmu. Mending siap-siap bikin dagangan."

"Jadi si Neng cantik dagang disini juga? Kalo gitu kudu lapor sama Abang Neng. Biar Abang jagain dari preman-preman pasar."

"Kamu ga takut sama Bojomu toh Din. Tak bilangin ke Leha Kamu ganjen ke ponakanku."

"De ilah si Bude. Kenalan doang. Kan biar enak nagih duit keamanannya. Biar dicatet begitu. Begono Neng!"

"Wes Mar, sana jangan ladenin so Udin. Din Kamu mending pergi sana. Katanya mau nagih yang lain. Nih buat hari ini dua ya, lapak Bude sama Marni."

"Oh jadi Neng cantik namanya Marni. Ok deh! Neng Marni besok Abang Udin dateng lagi ya. Babay!"

"Jangan diladenin ya Ndok. Si Udin emang begitu orangnya. Istrinya Si Leha juga dagang di pasar ini. Tapi si Imas udah tahu kalo Suaminya genit. Jadi Kamu ga usah takut kejadian kemaren bakal keulang."

"Iya Bude. Kalo begitu Marni ke lapak dulu ya. Biar sekalian beres-beres lagi dan mau langsung buat dagangan untuk besok."

"Iya Ndok. Semoga tempat baru, lancar dan banyak rezeki ya buat Kamu."

"Aamiin."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MBOK JAMU SEKSI   Urapan Bukan Kurapan

    Suara salam yang terdengar dari luar rumah segera dibalas oleh Bide Sri manakala melihat Marni dan Mpok Leha yang datang dengan wajah tersenyum."Kalian kok yo datengnya telat, Bude udah tunggu dari tadi. Lah kenala berdua saja? Mana lainnya? Bude sudah masak banyak.""Bude, tenang! Nanti Bang Jupri, Ian sama Babeh nyusul, lagi ada urusan bentar.""Iyo Bude, lah gak sabar bener, udah kangen kali nih sama Babeh Ali yo?""Wes Kalian berdua langsung makan saja, opo mau nunggu yang lain?""Lah itu! Pas berarti!" Mendengar suara salam diluar kembali Marni dan Mpok Leha membukakan pintu rupanya Babeh Ali, Mandor Jupri dan Ian yang datang."Silahkan, mau duduk dimana?" Bude Sri mempersilahkan tamu-tamunya yang baru saja datang duduk dulu."Bude, makannya di ruang tamu saja ya, lesehan gelaran diatas daun pisang, biar seru?" Mpok Leha usul, melihat lembaran daun pisang segar rasanya jiwa ngebotram terpanggil apalagi menu hari ini sangat cocok dimakan modelan begitu."Asik tuh! Sini Babeh bant

  • MBOK JAMU SEKSI   Curiga

    Marni berjalan dengan langkah cepat sambil menggendong bakul jamu miliknya, menuju pintu gerbang Pabrik."Bukannya itu Si Buldozer, Kok akrab banget sama Kakek Sol Sepatu.""Kek, sudah lama sampai?" Meski melihat Ian ada disana tak ada niat Marni menyapa Ian.Ian pun tak masalah, bagi Ian untung saja Ia sudah melihat kedatangan Marni dari jauh dan segera memberi kode pada Opa Arman agar menjaga jarak."Iya Nak Marni, ini mau menyerahkan sepatu dan sandal yang sudah selesai di sol." Kakek Sol Sepatu sambil menunjuk tumpukkan sepatu dan sandal yang sudah kembali rapi."Wah jadi kelihatan baru lagi sepatu dan sandalnya. Dijamin kuat ini.""Alhamdulillah semoga semuanya puas dengan hasil sol nya.""Kakek, ini Marni ada sesuatu untuk Kakek, mohon diterima.""Wah Kamu repot-repot segala Nak Marni, ini," Kakek Sol Sepatu melihat isi pemberian Marni, sebuah sarung baru."Terima kasih banyak Nak, semoga Allah berikan Kamu sehat dan banyak rezeki, berkah usiamu ya Nak.""Aamiin. Makasi doanya K

  • MBOK JAMU SEKSI   Fenomena Ani - Ani

    "Ndok, Kamu bawa sarung buat siapa?" Bude Sri memperhatikan Marni memasukan sarung baru ke dalam goody bag kemudian menyimpannya di sela antara botol-botol jamu."Marni mau kasihkan Kakek Sol Sepatu Bude. Memang sudah niat, cuma kemaren baru ketemu, nanti Kakeknya bakal ada di depan Pabrik antar sepatu dan sandal yang sudah selesai di sol." Marni menjelaskan."Ndok, nanti kalau ketemu sam Leha bilang, Bude hari ini masak urapan. Waktu itu bilang ke Bude kalau bikin urapan ngomong, ajak sekalian aja makan disini. Ramean juga boleh. Bude bikin banyak.""Ajak Babeh Ali boleh?""Siapa aja! Nguyu saja Kamu sama Bude! Nak Ian juga ajak kesini Bude malah senang hati!""Walah sudah bisa bales nih ceritanya!""Loh, Bude serius, Mandor Jupri, Nak Ian sopo meneh sing mau makan siang pake urapan yo ajak saja. Bude masak banyak lagi kepingin makan barengan. Si Jum sama Si Ratmi juga bilang siang ini mau kesini.""Walah iki makan besar toh Bude. Gak bilang dari kemaren Bude. Mendadak opo gimana?""

  • MBOK JAMU SEKSI   Praduga

    "Opa kenapa mesti nyuruh driver jemput Bian. Kalau ketahuan bagaimana." Bian yang masuk ruang kerja Opa Arman langsung protes saat melihat Opa Arman malah tersenyum."Kamu juga tadi sengaja kan gak keluar Pabrik, takut ketemu Opa?""Opa tahu, kenapa malah ngeyel!" Bian menjatuhkan bobot tubuhnya disofa.Opa Arman mengikuti duduk dihadapan Bian yang terlihat masih lelah."Capek? Kalah sama Opa yang habis ngesol banyak sepatu!" Opa Arman menyilangkan tangannya."Memang Bian tak tahu semua sepatu dan sandal yang Opa bawa Opa serahkan ke Tukang Sol Asli?"Opa Arman tertawa, "Ya Opa kan juga capek kalau ngerjain semua sendiri.""Makanya jangan gaya-gayaan jadi Tukang Sol Gadungan!""Opa sebenarnya manggil Bian ada apa sih? Kangen? Baru kemaren Kita ketemu masa sudah kangen!" Tampang jumawa Bian berbanding terbalik dengan raut Opa Arman yang berubah kembali teringat akan seseorang."Bian Kamu kenal dengan orang ini?" Opa Arman menyerahkan tangkapan layar yang berhasil Ia lakukan melalui kac

  • MBOK JAMU SEKSI   Wajah Itu

    "Opa telepon? Pasti kewalahan ini gara-gara banyak yang sol sepatu." Bian dengan senyum merekah menerima panggilan telepon dari Opa Arman."Assalamualaikum Opa.""Waalaikumsalam. Bian, Kamu jam berapa selesai?""Nanti jam 5 sore Opa. Opa mau minta bantuin apa nih?""Hari ini Kamu pulang ya. Ada yang mau Opa bicarakan.""Ok Opa, nanti Bian pulang.""Ya sudah, Opa matikan ya. Assalamualaikum.""Waalaikumsalam."Bian mengernyitkan dahinya, tak menyangka bukan seperti dugaannya, tapi ada apa dengan Opa."Kok kayaknya serius banget ya Opa, ada apa sih?"Pikiran Bian terpecah saat dipanggil oleh rekan sesama Buruh Pabrik dan kembali melanjutkan pekerjaannya.Sementara Dua Perempuan yang sudah kenyang menikmati semangkok Bakso, kini perut terasa begah, rupanya bakso beranak sukses membuat keduanya melambaikan tangan."Mpok, kayaknya sampai malam Marni gak makan, kenyang banget!""Iye Mar, Gua kebawa nafsu apalagi pedes enak dimakannya jadi lupa diri tahu-tahu begah!""Habis ini Lu mau kemana

  • MBOK JAMU SEKSI   Ngebakso

    "Cie yang nyamperin Ayangnya kerja. Sudah kangen lagi Mpok?" Tentu saja Marni tak membuang kesempatan menggoda saat Mpok Leha datang."Apaan sih. Gua tadi ke rumah Bude, mau ketemu Lu Mar, tapi Bude bilang Lu udah keliking, eh tahunya ada disini, kangen Lu sama Ian sampe keliling muter kesini?" Satu sama dong, diledek bales ngeledek."Loh ini lagi pada ngapain?" Mpok Leha heran karena ada Tukang Sol Sepatu diantara Mereka."Oh iya Mpok, Kalau Mpok mau sol sepatu atau sendal sama Kakeknya saja. Kek ini Mpok Leha, anak Babeh Ali yang punya Pabrik ini."Mpok Leha meraih tangan si Kakek menyalaminya."Yah, tahu gitu Gua bawa sendal lebaran Gua kemaren putus, dipake habis ngider-ngider.""Besok Kakek kesini lagi, sekalian mau antar sepatu dan sendal yang udah selesai disol.""Ya udah Kek, besok Leha kesini pagi deh, Leha mau bawa sepatu sama sendal Leha, eh punya Babeh juga perasaan ada beberapa deh yang putus. Kakek beneran kesini besok?""Iya, Insha Allah.""Loh, Abang juga ngesol?""Ala

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status