Miura tidak percaya, ia langsung mencoba mencicipi spageti milik Leila hasilnya ia hampir mati kepedasan dan segera mengoder air minum. pas melihat daftar harganya ia hampir muntah darah dan kini Miura percaya, kenapa Leila makan sambil menagis dan tidak protes piring kotor yang lupa di ambil sih pelayan. Karena beda status social. daripada membuang uang banyak, Miura Diamentri memilih minum air punya Leila.
“Sial, kenapa kau tidak bilang sih. Makanan di sini mahal,” gerutu Miura kesal, setelah rasa pedas di mulutnya sudah hilang.
“Kau sendiri yang tanya aku di mana, jadi aku kasih tahu di mana.”
“Bodoh, kenapa kau bisa nyasal di sini. Udah gitu harga apaan ini, masa satu gelas botol air minum biasa bisa 50rb. Rampok bank ini,” celoteh Miura Diametri dengan menunju harga yang tertera di buku menu.
Mata Leila menatapi Miura Diamentri yang berceloteh.
“Aku kira makanan di sini murah meriah, karena nuasanya keren gitu. Rencana mau selfie-selfie pakai baju bagus. Tak tahunya muntah darah,” dusta Leila yang berhasil menyakinkan Miura Diametri.
“Benar juga, dekornya ala westen sih. Bagus banget sesuai harganya,” balas Miura Diametri yang melihat sekeliling dekor restoran.
Leila yang sudah tak bernafsu makan. Ia segera meminum sisa air yang di habiskan setengah oleh Miura Diametri.
“Pulang yuk,” ajak Leila yang ingin segera pulang untuk istirahat karena kepalanya terasa pusing.
“Kau sudah bayar?” tanya Miura Diameteri yang tidak mau mengeluarkan biaya makan untuk Leila yang super mahal.
“Udah, bayar pakai kartu kredit. Bulan depan gantung diri untuk membayar cicilannya,” dusta Leila yang langsung berdiri dengan wajah pucat. Seolah-olah apa yang ia katakan benar-benar. Padahal Leila merasa perutnya sungguh sakit, selain rasa sakit di kepala.
“Ampes banget lo, lain kali teliti dulu. Jangan asal main masuk dan makan, yang ada malu sampai ke ubun-ubun. Lebih ampes di videoin,” nasehat Miura yang menerima kunci mobil Leila Valentina.
“Iya, makin mendengar celotehmu. Kepalaku terasa mau pecah deh,” balas Leila yang memijit-mijit kepalanya yang sakit.
Miura Diamentri terkekeh geli, ia pertama kalinya melihat Leila bisa seceroboh ini dalam urusan makan di tempat.
“Pasti tergoda oleh suasana tempatnya?” ucap Miura Diamentri yang mencibir.
“Kau benar,” balas Leila yang malas dan duduk di bagian samping driver.
“Berterima kasihlah padaku, aku tidak membuangmu di jalan karena syock berat atas biaya harga makanan ha ha ha,” tawa Miura Diamentri langsung tawa pecah mengingat harga makanan yang tidak manusia barusan yang di oder oleh Leila.
Leila hanya menatapi sahabatnya dengan tatapan malas, karena ini bukan pertama kalinya Miura Diamentri bersikap kurang ajar seperti ini dengan ketawa di atas penderitaanya.
“Aduh, tak terbayang deh. Gimana jika ada yang rekam dan langsung viral di medos?” ucap Miura Diametri dengan hayalan gilanya yang memojokkan Leila yang kini merasa mual karena rasa pedas pada perutnya. Demi menjaga perasaan Maria yang suka makanan pedas. Ia terpaksa memakan spageti pedas tersebut.
“Ura, aku pengen ke toilet!” perintah Leila dengan wajah bercucuran keringat yang membuat Miura Diametri terkaget-kaget.
“Serius lo,kita di jalan lo.”
“Serius, maka dari itu janga bercanda lagi deh. Perutku mulas nih kayak mau melahirkan anak,” ujar Leila lirih karena ia benar-benar mesti ke toilet untuk membuang spageti pedas di dalam perutnya.
Miura Diametri mempercepat laju kendaraan memasuki apertemen Ciputra Word yang di sewa oleh Leila. Leila bergegas keluar dari dalam mobil dan menekan lift dengan cepat.
Miura Diametri yang kasihan melihat Leila menderita langsung ketawa terbahak-bahak sampai memeluk perutnya. Tepatnya bukan karena kasihan tapi karena masih menyindir kebodohan Leila valentina untuk pertama kali.
Leila tidak perduli dengan apa yang di tawakan oleh Miura Diamentri. Ia langsung masuk ke dalam lift dan menekan tombol tujuh. Lift sampai lebih cepat, karena sepi penumpang. Leila langsung berjalan keluar dengan tergesah-gesah dan menekan tombol kunci pintu apertemen. Ia langsung masuk ke dalam toilet membiarkan Miura tertawa terkakak terkikik yang duduk di atas kursi makan.
Capek ketawa, Miura Diametri melihat sekeliling tempat tinggal Leila yang sudah rapi dan bersih. Beda dengan dulu yang tinggal di rumah susun yang tidak segar dan bersih. Hingga Leila sering kena di cibir karena orang tuanya tidak jelas kemana selama ini. Setelah membuang Leila dan sang mediang adik.
“Leila, kerjaan besok gimana? Siapa yang ambil ahli?” tanya Miura Diametri yang kini membahas pekerjaan.
“Jika kamu mau, ambil saja. Aku ambil bagian ke Kyoto saja. Bagian lain aku lagi tidak minat,” balas Leila dalam toilet. Tepatnya ia memang mau kasih job ke sahabat karibnya untuk bisa pergi keberbagai tempat dan tempat yang di tolak sahabatnya. Akan ia ambil untuk jadi pekerjaannya.
“Benaran nih? Aku berminat lo ke berapat tempat?” tanya Miura curiga, ia curiga Leila Valentina mengalah untuknya.
“Benaran kok, dari dulu aku ingin ke Kyoto melihat daun maple di musim gugur. Masa kamu lupa sih?” gerutu Leila berpura-pura kesal.
“Astajim Lei, kamu ini sok romantis banget. Suka sama daun Maple segitunya. Jika tak salah, dompet yang kau pakai ada logo daun maple kan. Masih kau pakai sampai sekarang dan gimana kabar cinta pertamamu? Apa pernah ketemu lagi?” tanya Miura dengan sederetan pertanyaannya.
“Tidak pernah, lagian ia mungkin sudah lupa dengan itik buruk rupa. Kau kan tahu sendiri, aku tidak menyerahkan dompet itu kepadanya.”
“Sialan tuh wanita bernama Cindy yang merebut kado yang kau …” Perkata Miura tergantung, ia lupa bagian ini yang akan melukai hati Miura kembali. mengingat seberapa kuat usaha Leila mengumpulkan uang dan usaha keras untuk menyerahkan kado tersebut kepada pria yang merupakan cinta pertama Leila.
“Lupakan saja, sudah jadi bagian masalalu. Sekarang pilih tempat mana?” tanya Leila Valentina yang sudah selesai mengeluarkan isi perutnya.
“Ke Tokyo, mau lihat kehidupan Tokyo seperti apa dan bagaimana rasanya.”
“Aku tak suka kota, kau ini memang cocok hidup di kota besar deh.”
“Darpada kau masih terikat dengan masa lalu,”
Leila hanya tersenyum tipis. Haruskah ia mengatakan pada Miura Diametri. Kalau ia di jodohkan oleh bos tempat mereka bekerja dengan anaknya. Yang ternyata adalah Jack Mikaela yang merupakan cinta pertamanya hingga kini.
“Kau ada masalah?” tanya Miura Diamentri dengan mata menyelidiknya. Ia langsung berdiri dan menarik Leila untuk duduk di pinggir ranjang. Karena apertemen yang di sewa oleh Leila adalah apertemen tipe studio yang murah meriah.
“Apakah utang budi itu sangat berat?” tanya Leila dengan pertanyaan amigunya.
"Aku harus minta maaf padanya," batin Alponso yang membulatkan tekatnya untuk menemui Miura Diamentri yang kini sedang belanja bersama Lala di salah satu mall. sebenarnya Alponso ingin juga menemui Leila di kediaman keluarga Mikaela. tetapi ia tidak berani pergi kesana, karena penjagaan yang luar biasa ketat sekali.Tidak ingin berlama-lama, Alponso segera pergi ke mall yang di kasih tahu oleh Lala.Kehadiran Alponso di sambut biasa saja oleh Miura Diamentri yang kini sudah tidak ada rasa lagi kepada Alponso."Kita cari tempat duduk," tawar Lala yang tidak ingin situasi tegang antara Miura Diamentri dengan Alponso.Keduanya langsung setuju dengan ide Lala.Ketiganya memasuki salah satu kafe yang menyediahkan makanan siap saji. Miura Diamentri hanya mengoder soda dan kentang goreng."Kenapa makannya sedikit?" tanya Alponso yang mengkritik makanan yang di oder oleh Miura Diamentri.Miura Diamentri yang sadar diri dengan berat tubu
Senruhan Miura Diamentri membangunkan Jim yang sedang tertidur lelap."Ura,"ujar Jim yang terbangun dari mimpi buruknya."Ya," balas Miura Diamentri dengan senyuman lembutnya. yang berusaha menyembunyikan wajah lelahnya dari Jim.Jim yang seperti anak kecil, memeluk Miura Diamentri dengan tangisan meraung-ranung. karena ia sungguh cemas dengan keandaan Miura Diamentri selama berhari-hari tidak sadarkan diri."Di mana anak kita?" tanya Miura Diamentri yang ingin melihat anaknya."Ada di rumah, Lala dan Leila yang merawat Loki. aku di sini menjagamu," balas Jim jujur."Aku ingin melihat anak kita," ucap Miura Diametri yang tidak sabaran."Aku akan memberitaukan kepada Leila dan Lala," balas Jim yang berusaha menghibur Miura Diamentri untuk tidak cemas atau berpikiran negatif.Mendengar apa yang di katakan oleh Jim, hati Miura mulai tenang. ia sempat berpikir bayinya sudah meninggal saat di lahirkan."Aku sudah berapa hari
"Tidak perlu Syock, Jim orangnya baik dan romantis banget. hanya saja expresi wajahnya itu menyevalkan. dulu pertama kali melihatnya saja pegen aku cakar dengan kedua tangan ini," timpal Miura Diamentri yang ingat masa lalu.Jack terkekeh renyah, ia mendudukkan Leo dan Rosa di atas pahanya."Benci jadi cintakan," balas Jack yang mengoda Miur Diamentri yang di balas dengan tatapan marah oleh Miura Diamentri dengan wajah kesalnya.Acara makan bersama-sama di mulai dengan canda tawa di taman belakang rumah keluarga Mikaela.Kyo Mikaela dan Maria Mikaela yang pulang dari acara melihat ke arah belakang rumah. keduanya tersenyum bahagia. karena rumah yang sebesar ini akhirnya di huni oleh para anak-anak kandung dan angkat.***Menjelang kelahiran Miura Diamentri, Jim memutuskan libur sehari. ia ingin menjaga istrinya di dalam ruangan bersalin.Di luar ruangan, sudah berkumpul satu keluarga besar yang merupakan keluarga Mikaela yang sedari w
Sepanjang perjalanan ke rumah keluarga Mikaela. Andre masih saja kepo dengan istri dari Jim. ia sungguh penasaran sekali."Jangan penasaran melulu, tidak baik buat jantung. lagian kau pasti kenal siapa istrinya," balas Jack yang masih duduk dengan santainya di dalam mobil.Mobil yang di kemudikan oleh Jim memasuki pakiran mobil di keluarga Mikaela. Andre keluar duluan. baru di susul oleh Jack."Tuan," saut Jim yang hendak membantu Jack untuk berjalan."Aku baik-baik saja, tidak perlu cemas. Jangan memanjakan aku!" perintah Jack kepada Jim."Baik," balas Jim yang melepaskan tangannya dari Jack."Jim, ini punyamu.""Oh iya," balas Jim yang mengambil salah satu kantong kresek dari tangan Jack. lalu menekan bel tanda bunyi.Bodyguard yang di dalam ruangan segera membuka pintu dan mempersilahkan ketiga pria masuk ke dalam."Daddy," sahut Leo yang berlari ke arah Jack."Daddy sudah pulang, mana Mom?" tanya Jack yang ber
Andre masuk ke dalam mobil dengan perasaan masih tidak tenang, lalu di susul oleh Jack."Jim, kita langsung pulang ke rumah atau kau ingin mampir ke suatu tempat lagi?" tanya Jack yang melihat jam di pergelangan tangannya."Tuan, apa anda tahu di mana tempat jual soto dan rujak?" tanya Jim yang tanpa menoleh ke arah belakang."Ya, kau mau makan di sana?" tanya Jack yang kaget, karena selama ini ia tidak pernah melihat Jim memakan jenis makanan tersebut."Tidak, istri mau makan. jadi saya harus beli untuknya," balas Jim yang mulai menjalankan mobilnya."ikuti saja gps ini," ucap Jack yang menyerahkan ponselnya kepada Jim.Jim segera menerima ponsel Jack dan menatapi gerakan Gps sembari menyetir mobil mewah.Andre menatapi Jack dengan tatapan kaget, karena ia baru tahu Jim bisa bahasa Indonesia. karena semalam Jim memperkenalkan diri dengan bahasa Inggris."Jim bisa mengunakan berapa bahasa," balas Jack dengan menahan tawa. ia ti
"Apakah ini perbuatan David?" ujar Cindy masih dengan wajah terkejut. "Ya, maka dari itu aku tidak bisa mengemudikan mobil. selalu memakai supir pribadi," balas Jack jujur. Cindy yang percaya, segera masuk ke dalam mobil dan bersamaan berapa pria lain juga masuk ke dalam. "Jack," pekik Cindy terkejut. Jack tersenyum lebar dan melambaikan tangan kepada Cindy. "Aku juga terpaksa melakukan ini padamu, aku juga di ancam oleh David. jadi kalian berdua selesaikan dulu," ucap Jack yang berjalan masuk ke dalam kafe. Jim segera menjalankan mobilnya, Cindy yang di himpit oleh kedua pria di sisi kanan dan kiri. tidak bisa melakukan apapun. termasuk melawan, ia hanya melototi kedua matanya kepada supir yang menjalankan mobil. Jim mengemudikan mobilnya kembali ke villa yang di mana ada David di sana. "Aku tidak mau kembali ke sana," pekik Cindy yang masih mencoba melepaskan diri. Jim menulikan telinganya, ia masih mengemudik