Share

Bab 3 SUMPAH

Author: Siti Auliya
last update Last Updated: 2022-01-24 10:30:17

Sumpah terlanjur terpatri, mengakar ke dalam dadanya. Semakin kuat saat Kamilia setiap hari menerima pelecehan-pelecehan terhadap raganya.

Rupanya Tuan Heru mempunyai istri dan anak. Itu diketahui Kamilia saat tidak sengaja menguping pembicaraan mereka di telpon. Istrinya tahu keberadaannya.

"Pelacur mana lagi yang kau simpan di rumah itu, hah?" tanya istri Tuan Heru di telpon.

"Aku tidak menyembunyikan siapa pun," jawab Tuan Heru mencoba berkilah.

"Aku pastikan ia akan babak belur di tanganku!" ancam istri Tuan Heru.

Kamilia yang mendengar suara sayup-sayup itu meremang bulu kuduknya. Terus terang dirinya takut mati, apalagi keadaannya kini tengah berlumur dosa. Sekuat apa pun dirinya menekan kecemasannya, tak urung mukanya pucat pasi membayangkan hal yang mungkin terjadi kepadanya. Dikepalkan tangannya, memastikan ilmu bela diri yang tidak sepenuhnya dia kuasai, masih ada kekuatannya.

Saat ini Kamilia menemani makan tuannya di rumah. Tentu saja setelah tuannya puas menjungkir-balikkan tubuhnya di ranjang. Seperti mainan baru bagi Tuan Heru, gadis itu disentuhnya dari berbagai arah.

Kamilia makan dalam diam, sejak dirinya bekerja pada Tuan Heru, nafsu bicaranya lenyap. Berganti dengan hatinya yang kini ramai berteriak. Ya, Kamilia menyebutnya bekerja karena upahnya sudah diambil oleh Harso, si keparat.

"Cepat makannya, Mila!" perintah Tuan Heru.

"Ya, Tuan," jawabnya pelan.

"Sudah berapa kali aku ingatkan, jangan panggil Tuan!" bentak Tuan Heru.

Gadis itu hanya diam, dia memang tidak mau menciptakan kedekatan terhadap tuannya itu, dengan hanya memanggil nama. Bentakan-bentakan yang sudah mulai biasa dia terima, dihadapi dengan sabar. Seperti binatang peliharaan, dirinya tidak perlu melawan sampai tiba waktunya balas dendam.

Tuan Heru pergi setelah puas segalanya. Puas perutnya dan juga bawah perutnya. Kamilia tidak tahu ada masalah apa tuannya dengan istrinya itu, sehingga dirinya harus turut andil memuaskan hasratnya. 

Tepat dua bulan menjadi penghuni rumah ini. Kamilia menghitung lembaran-lembaran merah yang berserakan di kasur. Tuan Heru memang selalu memberi dirinya uang setiap hari. Ditambah dengan sisa harga kegadisannya dulu, lembaran itu semakin banyak. Ada sekitar seratus lembar. Gemetar Kamilia memegangnya, ibunya pasti senang kalau nanti dia pulang. Separuh dari lembaran itu dia simpan di bawah kasur. Separuh lagi akan dia simpan di lemari.

Suara ketukan pintu yang teramat keras, mengurungkan niatnya. Dia bergegas lari ke arah pintu, berpikir kalau Tuan Heru kembali lagi.

Satu tamparan menghadiahi mukanya begitu pintu terbuka. Kamilia limbung, matanya berkunang-kunang. Terlihat olehnya dua orang wanita cantik.

"Rupanya kau orangnya, Wanita Jalang!" Seorang perempuan cantik memakinya. 

Kamilia mengerti kini, kalau wanita di hadapannya adalah istri Tuan Heru. Kembali tamparan harus dia terima. Pipinya perih, terlebih lagi hatinya.

Merasa tidak mendapat perlawanan, wanita itu kian beringas. Dia bermaksud menjambak rambut panjang Kamilia. Kali ini gadis itu melawan. Tangan kanannya melindungi kepalanya, tangan kiri mengambil tangan wanita tersebut. Dipelintirnya kemudian didorong ke arah tembok.

Dukkk.

Punggung wanita itu menghantam tembok, matanya kian menyala geram. 

"Sinta!" Wanita satunya lagi memburu ke arah istrinya Tuan Heru. Rupanya nama istri Tuan Heru adalah Sinta.

Sinta kalap, dia menepis tangan sahabatnya. Dia maju menabrakkan tubuhnya ke arah Kamilia. Begitu mudah Kamilia menghindar, sehingga Sinta kembali menabrak tembok. Kali ini tubuh Sinta ambruk.

Kamilia menatapnya tanpa ekspresi, kali ini dia akan melawan. Harga dirinya tidak akan dibiarkan diinjak-injak istri Tuan Heru. Namun, tiba-tiba pandangan matanya gelap. Kamila ambruk diantara kursi tamu yang mewah.

"Mengapa dia kau bunuh?" Samar-samar masih terdengar oleh Kamilia suara istrinya Tuan Heru. Selanjutnya gelap dan dingin.

***

Suara orang memaki menyadarkan Kamilia. Dia mendapati dirinya di kasur dalam kamarnya. Lembaran yang tadi hendak dia simpan, raib entah ke mana.

"Bodoh! Mengapa kau melawan?" bentak Tuan Heru. Dia sangat marah saat tahu Kamilia melawan Sinta.

Gadis itu terbit amarahnya. Diam-diam dia mengumpulkan kekuatan untuk melawan Tuan Heru. Biarlah mati berkalang tanah, daripada hidup berkubang nista.

Tuan Heru masih saja memaki-maki Kamilia, panas kuping wanita muda itu mendengar cercaan ditujukan padanya. Kamilia bangkit sambil menendang selimut. 

Dukkk. 

Sebuah tonjokan yang dilayangkan Kamilia berhasil membungkam mulut Tuan Heru.

"Kau ... kau, berani sekali!" serunya tak percaya. Saat itu pula Tuan Heru mengambil sabuk dan melecutkannya ke tubuh Kamilia.

"Aw sakit ... ampun ... ampun!" Jeritan gadis itu tidak meredakan amarah Tuan Heru. Pecutannya berhenti, saat gadis itu terkapar tak berdaya dengan bilur-bilur merah di sekujur tubuhnya.

Tuan Heru pergi meninggalkan Kamilia yang sekarat. Secuil tenaga penghabisan berhasil membawa gadis itu ke tempat tidur. Dirinya bergelung di bawah hangatnya selimut, antara sadar dan tidak.

***

Sinar matahari membangunkan Kamilia dari tidurnya yang gelisah. Rasa sakit di sekujur tubuh menyongsongnya. Dia mencoba bangkit, di benaknya tergambar satu siasat. Dia akan melarikan diri.

Uang di bawah kasur yang dia sembunyikan, membawanya duduk melamun kini di sebuah bis. Perjalanan yang akan membawanya ke desa kembali. Di sepanjang jalan terlihat pohon-pohon yang meranggas. Telanjang tanpa daun menyelimuti. Terpaksa berlaku seperti itu karena batang ingin tetap tumbuh.

Ibunya menangis saat Kamilia pulang. Dia membaluri tubuh gadis itu dengan beras kencur. Perih sekali Kamilia rasakan, namun hatinya lebih perih lagi. Membusuk dan tak mungkin sembuh lagi.

Uang dari Harso rupanya sudah habis di meja judi oleh bapaknya. Dengan tidak ada belas kasihnya, bapaknya meminta uang kepada Kamilia.

"Mana uangmu, Kartika? Sini Bapak minta!"

"Uang apa? Bukankah uangnya sudah Bapak ambil dari Harso, Si Bedebah itu. Dia sudah menjualku seharga lima puluh juta, apa masih kurang Bapak dapat!?" Kamilia berteriak sambil menangis.

"Bangsat, dia cuma memberiku lima juta!" Bapaknya mengamuk. Sebuah kursi reot menjadi sasarannya, dibandingkan ke lantai. Hancur seperti hati Kamilia saat ini. "Besok kau harus pergi lagi ke kota, cari duit yang banyak, kalau perlu jual lagi dirimu I...."

"Pak! Nyebut Pak ... Nyebut!" teriak istrinya memotong perkataan lelaki itu.

"Aaah!" Dengan membanting lagi kursi, bapak Kamilia pergi.

Kamilia keluar rumah sambil menangis. Berjalan membawa sakit hatinya. Entah ke mana harus membawanya. Pundaknya ternyata terlalu lemah untuk memikulnya.

Kamilia duduk dalam kegelapan, menengadah memandang bintang. Badannya terasa remuk redam dan dia mengadukannya kepada malam. Kembali kantung matanya dipenuhi air. Bulir-bulir bening membentuk anak sungai di pipinya. Sakit raga dan jiwa seperti menyentuh langit rasanya. 

Dia pulang berharap sebuah perlindungan dari bapaknya. Orang yang seharusnya paling depan membela. Namun, dia malah memintanya untuk menjual diri kembali.

"Aaah, aku benci!" Tiba-tiba Kamilia berteriak. Suaranya keras seperti menembus langit, mengadukan segala keluh kesahnya.

"Kartika ... Kartika, kaukah itu? Kami kehilanganmu selama ini." 

Kamilia seperti tersambar petir, mendengar suara yang begitu dikenalnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MELACUR KARENA TERPAKSA    Bab 115. JAGOAN LAHIR

    "Selamat, Bu Kamilia, aduh jagoannya ganteng sekali!" Teman Kamilia setengah berteriak melihat keelokan buah hatinya."Ya, Allah, ini sih ketampanan yang hakiki!" Amira histeris, dasar cerewet.Harus diakui anaknya memang terlahir sangat rupawan, alhamdulillah. Bukan karena pujian ibunya, tapi setiap orang yang datang menengok semua rata-rata terpesona melihatnya. Mungkin karena ibu bapaknya juga memiliki wajah yang cantik dan tampan, namanya juga seorang model.Namun, di balik puja puji tersebut terdapat cerita yang mengiris hati. Kejadian yang hampir merenggut nyawa Kamilia, karunia Allah yang tak terhingga, wanita itu masih bisa bernafas hari ini.Si tampan ini adalah anak Kamilia yang pertama, usia menjelang empat puluh. Kehamilannya memang agak bermasalah, ketika USG, terlihat ari-ari bayi dibawah menghalangi jalan lahir. Namun, Kamilia bersikukuh untuk lahiran normal.Saat lahiran pun tiba, siang Kamilia sudah pergi ke rumah sakit ditemani suaminya, Saiful. Ternyata pembukaan tid

  • MELACUR KARENA TERPAKSA    Bab 114. PERNIKAHAN KAMILIA

    Suasana hening menunggu aksi Saiful selanjutnya. Menerka-nerka apa sebenarnya yang akan terjadi.Lelaki itu berlutut di depan Kamilia. Tangannya mengeluarkan kotak segi empat kecil berwarna merah. Kamilia terpaku melihat tingkah laki-laki itu. Semua yang hadir juga tidak ada yang bersuara. Suasana hening dan syahdu. Seiring musik mengalunkan nada cinta. "Maukah kau menikah denganku?" Bergetar suara Saiful saat menyatakan keinginannya.Suara tepuk tangan gemuruh disertai suitan. Mereka berharap agar Kamilia juga menerima lamaran Saiful. Berkaca-kaca mata Kamilia, tanpa diduga laki-laki yang dicintainya melamarnya kini."Terima … terima!"Hadirin ramai berteriak. Mereka menyemangati Kamilia agar segera menerima cincin itu. Kamilia memandang ayah dan ibunya. Mereka mengangguk tanda setuju.Perlahan-lahan Kamilia menyodorkan tangannya. Saiful menyambutnya, lalu lelaki itu berdiri. Dia mengambil cincin dari kotaknya dan menyematkannya di jari manis Kamilia.Gemuruh tepuk tangan kembali mem

  • MELACUR KARENA TERPAKSA    Bab 113. PERTUNANGAN AMIRA

    Sore yang cerah membawa Kamilia serta Amira dan Rinai sampai ke sebuah pelataran rumah sederhana. Kamilia dan Amira pergi menemui orang tua Amira. Untuk pertama kalinya Amira pulang setelah pergi selama bertahun-tahun.Tadinya Amira tidak mau tapi Amira memaksanya untuk meminta restu dari orang tuanya. Mereka pergi bertiga dengan Rinai ke rumah Amira."Ini rumahmu?" tanya Kamilia.Gadis itu hanya mengangguk. Dia menatap lekat rumah yang sudah lama ditinggalkannya. Ribuan kenangan berlompatan dalam benaknya. "Aku tidak mau!" seru Amira."Anak durhaka, ikuti dia! Dia akan memberimu pekerjaan." bentak bapak Amira –Zulfikar."Aku masih ingin sekolah, Pak," ratap Amira."Pergilah! Ikuti dia." Suara Zulfikar semakin lemah. Hatinya juga hancur harus merelakan anaknya menjadi pelacur."Mak!" Amira mencoba memohon pertolongan kepada ibunya.Ibunya hanya menggeleng sambil menangis. Matanya sudah bengkak karena menahan tangis sejak tadi. Kini, air matanya tumpah tidak dapat dibendung lagi. Pupu

  • MELACUR KARENA TERPAKSA    Bab 112. MAU, KAN?

    Kamilia mengusap air matanya. Bersaing dengan hujan yang semakin deras. Lamunan Kamilia semakin dalam. Tok tok tok.Suara ketukan di pintu kembali membuyarkan lamunannya. Rupanya Saiful sudah berada di ambang pintu."Pulang," ajak Saiful."Masih hujan," ujar Kamilia. "Kayak jalan kaki saja, ayo!"Dengan malas Kamilia beranjak dan mengikuti pria itu. Wanita itu tidak ingin membantahnya. Hujan masih mengguyur Jakarta saat mereka menyusuri jalan yang basah. Tampak sepasang laki-laki dan perempuan berjalan dalam hujan. Tangan wanita itu merangkul erat pinggang laki-laki itu. Kamilia membayangkan itu adalah Garganif. Sukar diterima akal, jika dirinya kini telah berpisah. Entah mengapa sakit sekali hati Kamilia membayangkan Garganif dengan wanita lain."Kenapa?" tanya Saiful demi dilihatnya Kamilia hanya duduk mematung. Lelaki itu mengikuti arah pandang Kamilia. Dia melihat sepasang manusia berjalan sambil berangkulan. "Teringat siapa?""Tidak ada, kenapa?" "Enggak, lain dari biasanya.

  • MELACUR KARENA TERPAKSA    Bab 111. DIMANAKAH GERANGAN?

    Kamilia merasa curiga melihat Amira dan Bintang berbisik-bisik sambil melirik ke arahnya. "Ngapain mereka?" pikir Kamilia. Dia melirik ke arah Saiful. Sama juga, lelaki itu tampak tersenyum misterius.Rinai yang sudah selesai berbelanja mengajak Kamilia untuk segera pulang. Namun, Saiful memberi kode bahwa dirinya masih ada tempat yang dituju."Oom masih ada urusan lain. Jangan dulu pulang, ya!" bujuk Saiful."Mungkin dia ada urusan mendadak," pikir Kamilia.Berlima mereka menaiki mobil mewah keluaran terbaru. Bintang dan Amira duduk bersebelahan di belakang. Rinai dipangku oleh Kamilia. Terlihat sebagai keluarga yang sangat bahagia. Kamila tersenyum bahagia, begitu pula Saiful. Lelaki itu selalu menyunggingkan senyum."Apa ih, senyam-senyum?" tanya Kamilia."Tidak apa-apa. Sebaiknya kamu tutup mata deh," jawab Saiful."Kenapa? Kalian pada kenapa, sih? Kok mencurigakan?" Kamilia bertanya."Tidak ada apa-apa?" Saiful tersenyum penuh misteri."Apa, sih?" Kamilia menggerutu. "Sok mister

  • MELACUR KARENA TERPAKSA    Bab 110. BELANJA DI MALL

    Hari ini Kamilia berniat untuk pergi ditemani oleh Saiful dan Rinai. Bintang dan Amira juga merengek ingin ikut. Dasar, ada-ada saja mereka ini. "Ayolah, Kak, cuma ikut saja nggak minta digendong, kok," kata Amira dengan wajah merajuk. Mau tak mau membuat Saiful dan Kamilia tersenyum dan mengangguk ke arah mereka berdua. Kubiarkan mereka asik menikmati permainan di mall itu, saat Kamilia sendiri memilih masuk pada sebuah salon kecantikan terkenal di tempat itu. Sekarang saatnya dia memanjakan diri, sedikit melupakan hal-hal yang membuat otak dan pikiran lelah dan stress.Saiful dan yang lainnya juga seperti tak keberatan meluangkan waktu hanya untuk menunggui Kamilia yang membutuhkan waktu hingga dua jam lebih itu.Setelahnya, mereka berjalan beriringan. Menyusuri satu demi satu toko yang menjual aneka barang dagangannya, lalu berhenti di sebuah toko baju yang menyediakan perlengkapan kebutuhan anak-anak. Selain desain yang menarik, harganya juga masih ramah dikantong dengan model ya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status