Share

Bab 3 - Tamu Tak Diunduang.

Menyeret langkah memasuki rumah, pikiranku kalut berkelana tak tentu arah. Sundal itu, beraninya dia menusukku dari belakang. Datang padaku memohon belas kasih bagai pengemis, setelah aku berbaik hati dia malah menebar racun untuk keluargaku.

Benar-benar tidak bisa dimaafkan!

Ah ... memikirkan itu semua membuat otakku berdenyut nyeuri. Segera membersihkan diri, untuk menenangkan hati dan pikiran.

Memejamkan mata, saat ribuan air yang mengucur dari shower menerpa kulit kepala. Hatiku berangsur dingin seiring dengan aliran air yang mengalir lembut disetiap inci kulitku.

Memandangi diri dipantulan cermin, usiaku sudah memasuki angka 35 tahun. Namun aku merasa diri masih terlihat menarik, berkat polesan rutin yang aku pakai dipagi dan malam hari. Wajahku masih berseri dan cantik alami.

Jangan pernah bertanya tentang dosa atau kekurangan pada pasangan yang mendua. Itu hanya akan memperkecil harga dirimu, sudahlah cukup kau pahami dirinya memang serakah serta lemah iman dan pastinya sangat murahan. Tidak bermoral!

Merebahkan tubuh dipembaringan, mataku menatap lurus langit-langit diatas kamar. Perih, sungguh hatiku begitu sakit, mengingat kejadian hina itu.

Suami yang begitu aku cinta dan hormati, ternyata tak lebih dari seekor serigala berbulu domba. Menjengkelkan!

"Mas ... aku tak menyangka kau bisa sebejat itu. Kalau saja, aku tak datang ketoko. Mungkin aku masih terus dibohongi olehmu," ratapku pilu, layaknya orang bodoh.

Air mata berjatuhan tanpa kuminta, tubuhku bergetar menahan semua gejolak yang sudah meronta-ronta. Amarah kembali menguasai hati, segera aku mengambil koper yang ada didalam lemari, membukanya lebar-lebar dan memasukkan semua pakaian Mas Ronald kedalamnya.

Tidak akan aku biarkan dia kembali memasuki rumahku, dia tak pantas menerima pengampunan apa lagi kesempatan kedua.

Menarik nafas dalam-dalam, membuka jendela kamar setelah memastikan tidak ada orang diluar rumah. Aku menjatuhkan koper Mas Ronald dari lantai dua kamarku.

Pergi Mas ... jangan pernah berharap apapun dengan pernikahan ini. Sejatinya jika seseorang sudah berselingkuh, itu berarti dia sudah siap dengan segala konsekuensinya. Dan inilah akibatnya sudah berani bermain gila dibelakangku.

Rasa lelah membuat mata ini terpejam dengan sendirinya. Entah sudah berapa lama aku terlelap hingga tepukkan kecil membangunkanku.

"Mamah ..." suara gadis kecilku memenuhi telinga.

Dengan susah payah, aku mengejrapkan mata. "Naura ..." lirihku saat melihat wajah cantiknya.

Wajah cantik itu mengembangkan senyum, kubalas dengan renggangan tangan agar dia segera memelukku.

"Mah ... Ayah kok tidak ada, yang mengantar Naura sekolah siapa dong?" tanya Naura dengan kepala celingukkan.

"Ayah ..." hatiku kembali ngilu saat Naura bertanya tentang Ayahnya.

"Ayah, dia sedang ada pekerjaan diluar kota," jawabku sekenanya.

"Untuk sementara, biar Mamah saja yang mengantar, Naura." lanjutku dengan senyum yang merekah.

"Beneran, Mah?" tanya wajah lugu itu dengan mata yang berbinar.

"Bener dong, masa bohong." sahutku sambil menjawil hidungnya. Naura bersorak ria, lalu mencium pipi ini.

"Ya sudah, Naura sarapan dulu ya." ucapnya seraya beringsut dari ranjang dan keluar dari kamarku.

Aku tersenyum getir, aku harus terbiasa hidup tanpa Mas Ronald, begitu pun dengan Naura. Meski tidak mudah, aku yakin bisa mengatasinya.

Selesai membersihkan badan dan memoles wajah, aku segera menuruni tangga menuju meja makan. Aku tertegun sesaat mendapati meja makan hanya ada, Naura dan Bik Irah yang sibuk dengan pekerjaannya. Memang ada yang berbeda dirumah ini. Biasanya Mas Ronald ada disana, bercanda ria dengan putriku.

***ofd.

Menjalani hidup seperti biasa, meski sedikit kerepotan aku bahagia menjalaninya. Hari ini adalah hari ketiga aku tanpa Mas Ronald, entah bagaimana kabarnya saat ini aku pun tidak terlalu memikirkannya.

Suara ketukan pintu terdengar dari luar, setelahnya disusul suara Bik Irah memanggil namaku.

"Iya masuk saja, Bik ..." sahutku sedikit berteriak, pandanganku lurus menghadap layar 14inci. Aku menoleh sekilas, wajah Bik Irah menyembul dibalik pintu lalu membuka pintu dengan lebar.

"Ibu ... dibawah ada, Oma dan Mas Ronald." ucapnya.

Aku menghela nafas, kukira bajingan itu tidak berani menunjukkan wajahnya lagi disini. Rupanya aku salah, membawa Ibunya turut serta pula. Dengan malas aku bangkit dari ranjang dan melangkah menemui mertua serta suamiku.

Ibu mertua menatap sinis, sementara Mas Ronald menundukkan wajah saat melihat kedatanganku.

Pandanganku terhenti saat melihat perempuan sundal itu ada di sisi, Mas Ronald. Senyum mengejek dia sunggingkan, membuat amarah di dalam dada tersulut bara api seketika.

***Ofd

Jangan lupa subcribe ya kakak, biar lebih semangat ngetik. Trimakasih. 🙏

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Hafidz Nursalam04
kerennnnn bbj
goodnovel comment avatar
M Arkanudin
kereeeeeeeeeenn
goodnovel comment avatar
Nana Juliana
apa sih OFD?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status