Di kantor Aryo senyum-senyum sendiri, akhirnya berhasil membujuk Salsha. Kini dia bersiap-siap menemui kekasihnya di apartemen. Namun, sebelumnya ia harus mengirimkan pesan terlebih dahulu untuk Via, karena kalau Via yang ngambek urusannya akan jauh lebih sulit.
[Sayang, maaf ya aku akan pulang telat karena mendadak lembur lagi.]Pesan terkirim dan bercentang dua namun belum dibaca, Aryo segera menyimpan ponselnya ke dalam sakunya dan beranjak berjalan ke arah pintu untuk keluar. Ia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Salsha.Saat akan membuka pintu ketukan dari luar pun terdengar, Aryo langsung membukakan pintunya."Selamat siang pak, kami datang untuk mengantarkan surat tagihan," ucap seorang pria berseragam putih."Sepertinya kamu salah kantor, soalnya aku tidak pernah memesan apapun," jawab Aryo.Melihat Aryo yang kebingungan orang itu menyodorkan sebuah kertas.Seketika mata Aryo membulat sempurna setelah membaca isi kertas tersebut."Apa?! Via beli mobil baru."Mau tidak mau Aryo harus membayar mobil seharga tujuh ratus juta itu.Setelah orang itu pergi Aryo mengusap kepalanya dengan kasar, rencananya untuk ke apartemen Salsha diurungkan.Merasa ada yang tidak beres dengan Via, Aryo pun memilih pulang ke rumah.Sesampainya di rumah Aryo bertambah kesal melihat sebuah mobil berwarna putih berada di garasi rumahnya, dengan mempercepatkan langkahnya Ia pun masuk ke dalam."Via! Via!" Aryo terus berteriak memanggil Via."Ada apa sih Mas, kok udah pulang? Padahal aku baru saja membaca pesan yang kamu kirimkan," ucap Via nyerocos tanpa menghiraukan raut wajah Aryo yang tampak kusut."Itu tidak penting! Kamu kenapa beli mobil baru lagi?" tanya Aryo to the point."Mobilku sudah sering mogok, Mas.""Kan masih bisa dibawa ke bengkel," ucap Aryo. Sambil duduk di sofa ruang keluarga"Sudah Mas tapi tetap saja suka mogok di jalanan, emang salah aku beli mobil baru? Lagian aku ambil yang murah kok," jelas Via sembari mengikuti suaminya lalu duduk di sebelahnya"Murah?! Tadi aku bayar tujuh ratus juta loh."Via mendekat lalu melepaskan jas yang masih menempel di tubuh Aryo."Masih mending aku nggak kepincut yang harga 1M, jadi aku ambil yang murah aja."Aryo menoleh sebentar kearah Via lalu menghela napas berat, ia malas berdebat dengan Via, percuma saja toh dia tidak akan mengerti dan semuanya juga sudah terlanjur."Aku capek, kamu udah masak belum?" tanya Aryo mencoba mengalihkan pembicaraan."Sudah mas.""Aku mau mandi dulu, setelah itu kita makan.""Iya mas."Aryo pun beranjak dari tempat duduknya dan berlalu tanpa menghiraukan Via lagi, sementara Via yang berdiri sambil mengulum senyum, dia ingat betul bagaimana raut wajah Aryo saat marah padanya.Selesai makan Aryo langsung masuk ke kamar untuk mengecek ponselnya apakah sudah ada kabar dari Salsha.Via juga tak mau ketinggalan informasi, ia pun juga membuka ponselnya diruang keluarga sambil menikmati film Drakor.Via sekarang fokus ke ponselnya membaca pesan-pesan dari Aryo dan Salsha."Drama kalian jauh lebih menarik daripada Drakor," gumam Via kembali membaca pesannya.[Mas, kok kamu nggak jadi ke apartemen? Mana tidak bisa dihubungi lagi] kata Salsha di pesan singkatnya[Maaf sayang, ada urusan yang harus aku selesaikan dirumah, kamu yang sabar ya, besok aku akan temanin seharian.] balas Aryo"Sepertinya bakalan seru nih kalau pertemuan kalian aku gagalkan," Lagi-lagi rencananya membuat Via tersenyum.***Keesokan harinya Via sengaja tidak masak hari ini, karena ia akan mengajak Aryo untuk belanja dan makan diluar."Mau kemana kamu rapi banget?" tanya Aryo yang baru saja keluar dari kamar mandi."Kok nanyanya gitu, Mas? Jangan bilang kalau kamu lupa ataupun tidak bisa.""Maksudmu?" Aryo menaikkan satu alisnya."Hari ini kan, kamu udah janji mau temanin aku belanja," jawab Via tersenyum menampakkan gigi putihnya."Astaga sayang, maaf aku benar-benar lupa, tapi gimana ya....""Apanya, Mas?""Duh sorry banget nih sayang, soalnya aku belum bisa nemenin kamu hari ini, soalnya kemarin kan aku nggak jadi lembur, hari ini aku harus menyiapkan laporan."Via menundukkan kepalanya, "Kamu sekarang sudah berubah, Mas.""Sayang, bukan begitu, tapi—" belum lagi Aryo menyelesaikan bicaranya Via sudah berlalu keluar kamar, karena ia tahu kelemahan Aryo yang tidak akan membiarkannya ngambek.Via duduk di sofa dengan wajah sedihnya dan benar saja, dalam hitungan detik Aryo menghampirinya."Sayang, jangan ngambek dong. Iya deh hari ini aku temani kamu belanja." Seketika Via menoleh dan tersenyum kepada Aryo."Makasih mas," ucapnya pelan. Aryo pun langsung memeluknya'Seandainya saja kamu tidak sedang berpura-pura Mas, betapa bahagianya hati ini dapat perlakuan manja dan kasih sayangmu.' batin Via. Tapi segera ia tepis rasa bodoh itu.'Tidak! Aku tidak boleh lemah hanya karena begini saja.'Tidak punya pilihan lain, Aryo menghubungi Salsha dan berbohong kalau dirinya sedang ada pekerjaan mendadak di kantor.°Hampir seharian Aryo menemani Via berbelanja. Aryo juga merasa aneh, karena baru kali ini Via sangat banyak menghabiskan uangnya.Selesai belanja mereka memutuskan untuk pulang.Saat Aryo membukakan pintu mobil untuk Via, seketika itu juga dirinya merasa panik, kala melihat seorang wanita yang berdiri tak jauh dari mereka sambil menatapnya sinis.Setelah selesai belanja, mereka memutuskan untuk pulang Aryo pun membukakan pintu mobil untuk Via, Dan saat itu juga mata Aryo tertuju pada wanita yang menatap sinis kearah mereka. Seketika Aryo pun merasa sangat panik."Mas!" panggil Via yang sudah di dalam mobil"I—iya sayang," jawab Aryo dengan gugup"Loh, kamu kenapa sih, Mas?""Gini sayang, tadi tuh aku dapat telpon dari dari kantor kalau aku harus datang, kan belanjaannya udah jadi kamu pulang naik taksi aja ya,""Emangnya harus banget ya," ucap Via yang tayu kalau Aryo sedang berbohong"Iya sayang,""Ya udah kalau begitu Mas pergi aja," ujar Via langsung turun dari mobil"Benaran nggak apa-apa nih, Sayang?""Iya mas, nggak apa-apa kok," jawab Via sembari tersenyum. Ia sengaja menyuruh Aryo pergi karena ingin melihat apa yang akan terjadi'Aku akan menunggu beritanya, pasti seru,' batin ViaSaat Via sudah pulang dengan taksi, Aryo pun menghela napas dan langsung mencari dimana Salsha, karena tadi ia melihat raut wajah Salsha sa
Aryo terbangun dari tidurnya karena sinar matahari yang menelusuk masuk melalui celah gorden yang sedikit tersingkap. Dengan perlahan Ia membuka matanya, beberapa detik kemudian ia dikejutkan dengan pemandangan disampingnya.Selimut yang tersorot kebawah menampakkan pundak putih milik istrinya. Aryo melihat kedalam selimut badannya telanj***g b**at sedangkan istrinya hanya menggunakan celan* da**m."Apa yang telah aku lakukan," ucap Aryo panik. Karena tidak mengingat apa yang telah terjadi tadi malamIa pun bangun dan duduk bersandar di dinding ranjang, ia mengusap wajah dengan kasar karena telah kebablasan, semua terjadi pasti gara-gara ia terlalu banyak minum tadi malam."Ah, bodoh." ucapnya prustasi sambil mengacak-acak rambutnya.Tiba-tiba, Via menggeliat dalam tidurnya dan membuka matanya menatap Aryo sembari tersenyum dengan indahnya. Namun didalam hati seakan tertawa senang karena sebentar lagi ia akan membuat Aryo tidak punya pilihan lain."Apa yang telah aku lakukan semalam V
Tidak mau Salsha tahu tentang siapa yang mengirim pesan, Aryo segera menyimpan ponselnya kemudian kembali pokus ke Salsha."Sayang kamu cantik banget hari ini, kamu memang bisa membuatku berselera." Aryo memuji kecantikan Salsha, ia merasa Salsha sangat bisa menyenangkan hatinya tidak seperti Via yang kalau dandan bikin matanya menjadi sakit."Iya dong, Aku tidak sama seperti istri kumal mu itu," jawab Salsha yang seperti tahu apa yang Aryo pikirkan"Iya itu yang membuat aku betahnya sama kamu," ucap Aryo dengan satu ciuman mendarat di kening Salsha"Nanti malam ke apartemen ya, Mas. Seperti biasa aku sudah sediain obat supaya kita lebih semangat," ujar Salsha sembari tersenyum nakal.Aryo berpikir sejenak mendengar apa yang barusan Salsha katakan, sebenarnya ia sangat rindu dengan permainan ranjang Salsha. Tapi bagaimanapun ia harus pulang karena ia ingin melihat apa saja yang dilakukan oleh Via mengunakan ATM miliknya."Mas! Kok diam? Dari tadi aku perhatikan wajahmu kok seperti ora
Satu bulan berlalu, Aryo kini jadi sering dirumah ketimbang diluar. Entah mengapa ia jadi lebih betah barsama Via sekarang. Namun bagaimanapun ia juga sangat mencintai Salsha, jadi sekarang ia sudah bisa mengatur waktunya.Via rasa ini sudah saatnya ia menjalankan rencana selanjutnya. Via segera mengambil testpack positif yang ia dapatkan dari Intan, entah darimana Intan mendapatkannya.Melihat Aryo yang baru saja keluar dari kamar mandi, Via pun segera melakukan aktingnya."Hoekkk," Via langsung menutup mulutnya dan berlari ke kamar mandi dan menutup pintunya"Via, kamu kenapa?" tanya diluar pintu. Via tak menyahut ia terus berakting muntah-muntah."Via, kamu sakit?" tanya Aryo lagi mulai merasa khawatir.Tak lama kemudian Via keluar dengan wajah lemesnya. Aryo langsung menghampirinya"Kamu kenapa? Wajah mu sepertinya lemas sekali, kita harus kedokter sekarang." ucap Aryo dengan cepat ia raih dan memakai kaos berwarna putih"Aku sebenarnya nggak sakit, Mas. Aku cuma mau bicara sesuat
Setelah selesai makan malam, Aryo dan Via bersantai di ruang keluarga tengah menikmati sinetron di televisi dan sangat kebetulan sinetron yang mereka tonton tentang perselingkuhan.Via sibuk dengan cemilan yang ia belikan tadi siang, Aryo hanya bisa mengernyitkan dahinya melihat Via yang kini benar-benar rakus.Aryo merasa tenggorokan sedikit kering, ia juga tak enak hati kalau harus menyuruh Via mengambilkan air untuknya. "Mas mau kemana?" tanya Via saat melihat Aryo hendak beranjak"Aku haus, mau ke dapur ambilin minum. Kamu mau minum juga?""Iya, tapi aku maunya susu, Mas." ucap Via dengan manjanya"Mau rasa apa?" tanya Aryo tanpa protes"Coklat," jawab Via sembari tersenyum, Aryo pun mengangguk dan berjalan ke dapur"Enak juga pura-pura hamil, apa saja yang kita mau diturutin." gumam Via tertawa kecilBeberapa menit kemudian Aryo pun datang membawa segelas susu. Via menerimanya dengan senang hati, Namun seketika ia mengerutkan keningnya"Mas, kan aku minta rasa coklat. Ini kok ra
Pagi ini Via sengaja hanya masak nasi goreng untuk Aryo dan kini telah siap di atas meja makannya tinggal menunggu suaminya keluar kamar.Tak lama kemudian Aryo pun keluar kamar sambil mengancing lengan bajunya, ia pun terlihat sudah sangat rapi. Karena hari ini ia kemabali masuk kerja. Via secara diam-diam menatap suaminya.'Tampan sekali, tapi sayangnya hatimu tak seindah parasmu, Mas'"Selamat pagi, Mas," sapa Via."Pagi sayang!" Ucap Aryo yang segera duduk"Mas, maaf ya hanya nasi goreng. Soalnya aku merasa sangat malas bergerak," ucap Via saat mereka sedang sarapan"Nggak apa-apa kok, nasi gorengnya juga enak ."Via tersenyum mendengar, "Mas, sepertinya kita butuh pembantu untuk membantuku mengerjakan pekerjaan rumah.""Oh, iya nanti akan aku carikan ya." jawab Aryo tanpa protes karena ia merasa Via benar, mereka memang butuh pembantu apalagi saat ini Via sedang hamil.Usai makan Via mengantarkan suaminya kedepannya, "Hati-hati ya mas, jangan lupa makan siangnya." Aryo menghada
"Aku yang akan berperan sebagai pembantu dirumahmu, Mas.""Sha, semua itu tidak semudah apa yang kamu pikirin, emangnya kamu bisa bekerja sebagai pembantu? Semuanya hanya akan membuat Via curiga sama kita, Sha.""Ya ... Aku bisa kok, tapi kalau seandainya hubungan kita ketauan malah bagus dong, kita nggak perlu rahasia-rahasia lagi sama istrimu itu.""Salsha, tolong ngerti sedikit aja, aku akan menikahi kamu, aku juga sangat mencintaimu. Tapi kalau sekarang waktunya belum tepat, Sha.""Iya aku mengerti mas, tapi izinkan aku tinggal bersamamu.""Aku nggak yakin, kamu bisa mengerjakan semuanya, Sha.""Kamu percaya sama aku mas, demi kamu dan hubungan kita aku pasti bisa," ucap Salsha lalu memberi kecupan dipipi Aryo."Ya sudah terserah kamu aja. Tapi ingat jangan sampai membuat Via curiga.""Oke mas. Makasih." Salsha memeluk Aryo'Sebentar lagi aku akan menyingkirkanmu, Via," batin Salsha. Sembari tersenyum sinis"Ya sudah kamu tunggu sebentar, aku mau selesaikan pekerjaan ini dulu, set
Pagi ini Via sengaja bangun telat karena tidak perlu menyiapkan sarapan untuk Aryo karena mereka sudah ada pembantu baru dirumahnya. Tapi Via selalu bersikap waspada dengan kehadiran Salsha dirumanya.Via yang masih terpejam seketika menjadi kaget ketika sentuhan yang terasa sangat dingin diperutnya. Ia membulatkan matanya saat mendapatkan Aryo yang sedang bertelanjang dada dan hanya mengunakan handuk sebatas pinggang tengah tersenyum kepadanya dengan tangan masih menempel di perutnya."Mas Aryo," ucap Via pelan"Maafkan aku, Sayang. Aku hanya ingin membangunkan baby," jawabnya. lalu mencium perut Via yang masih rata. Via merasa sangat geli dengan perlakuan suaminya.Via tersenyum, "Nggak apa-apa. Mas." Via memegang tangan Aryo yang masih mengusap perutnya.Via pun bangun, dan berjalan menuju lemari untuk menyiapkan baju Aryo yang baru saja selesai mandi."Mas, ini bajunya.""Makasih, Sayang," jawab Aryo. Sambil berjalan ke arah Via lalu memeluknya dari belakang. Tentunya Via menjadi