Meminta Kepastian
Prolog ...
"Kita sudah 11 tahun pacaran secara diam-diam (backstreet). Sampai kapan kamu mau seperti ini? Aku sudah berhasrat ingin menikah. Aku ingin kamu jadi kekasih hidupku. Boleh aku temui orangtuamu sekarang? Selalu begitu ... tiap kali aku minta kepastian kamu selalu diam membisu. Waktu terus berputar. Sekarang usiaku sudah 26 tahun. Orangtuaku selalu bertanya "kapan nikah?" mereka sudah tidak sabar ingin menimang cucu."
***
Di suatu taman. Ada sepasang kekasih yang duduk berdua di bangku taman. Di payungi pohon-pohon rindang. Serta tiupan angin yang berhembus menerbangkan dedauanan yang berjatuhan. Gerimis pun datang. Seperti tahu suasana hati mereka yang sedang pilu. Hari ini, Tomi akan meminta kepastian dari wanita yang ia pacari selama belasan tahun ini.
Meminta kepastian. Ini bukan pertama kalinya. Mungkin sudah ribuan kali. Bahkan tak terhingga. Tomi lelaki yang sabar dan sangat setia. Tapi ia bukan terlahir dari keluarga yang kaya. Juga bukan sarjana seperti Tiara, sang kekasih hatinya. Karena itu Tiara memintanya untuk menjalin hubungan secara diam-diam. Karena Tiara tahu orang tuanya pasti tidak akan merestui hubungan mereka.
"Kalian tidak sederajat!!!"
Kalimat itu selalu terngiang di telinga Tiara. Itu kata-kata yang diucapkan oleh ibu Tiara. Sa'at ibunya murka karena tahu anak gadisnya diam-diam menjalin hubungan dengan lelaki biasa.
Tomi sudah menduga dari awal. Tapi rasa sayangnya yang tulus pada Tiara membuatnya terus bertahan.Tomi bertanya pada tiara dengan nada yang serius tidak seperti hari-hari sebelumnya.
"Aku butuh kepastian. Kamu serius ngga sama aku? mau nikah ngga sama aku?"
"Ia tentu saja aku serius. Aku mau kok nikah sama kamu," jawab Tiara datar sama seperti hari-hari lalu.
"Oke ... kalau gitu besok ijinkan aku main kerumah kamu!" Tomi meminta ijin karena 11 tahun ini selalu saja Tiara melarangnya untuk menginjakkan kaki kerumahnya.
"Haduh ... jangan sekarang. Orang tuaku pasti tanya yang ngga-ngga. Aku ngga mau kamu sakit hati. Nanti yah kalau kamu sudah mapan," sama seperti hari-hari sebelumnya, Tiara selalu takut dan melarang Tomi kerumah menemui orangtuanya.
"Aku sudah berusaha sabar belasan tahun ini. Menuruti semua keinginan kamu. Mengerti keadaan kamu. Mengerti perasaan kamu. Mengerti apa yang kamu mau. Aku mohon. Sekali saja, kamu tolong mengerti perasaanku. Kamu mungkin tidak tahu. Bahkan tidak sadar. Kalau banyak cacian yang menerpaku dan keluargaku. Belasan tahun kita menjalin hubungan, Tapi belum juga menikah. Ma'af!!! kali ini aku harus tegas. Aku tidak bisa lagi seperti kemarin, yang selalu pasrah dan menuruti semua permainan kehidupan seperti yang kamu mau. Kalau hari ini kamu tidak memberi kepastian. Aku mundur. Bukan karena tidak sayang. Karena orangtuaku sudah sepuh dan ingin segera menimang cucu. Umur mana tahu. Aku tidak ingin menyesal dikemudian hari. Tidak ingin melihat orangtuaku pergi untuk selamanya sebelum memiliki cucu," Tomi mengeluh panjang lebar, berharap Tiara mengerti keadaanya.
Tiara seketika mengeluarkan air mata. Suara tangisannya yang terisak, disambut mesra oleh hujan yang sangat deras. Suara petir sesekali menyambar. Namun tidak membuatnya takut. Karena kenyataan hidup Tiara lebih menakutkan dibanding suara petir. Tiara berfikir sangat dalam. Logikanya terus bermain. Rasanya mereka tidak mungkin bersatu. Ia sangat tahu watak keras ayah dan ibunya. Sampaikapan pun pasti mereka tidak akan mendapat restu.
***
Tiara masih membisu. Tomi hanya bisa memberi waktu. Sebulan. Tomi akan bersabar kembali menunggu kepastian itu. Sementara Tiara hanya bisa pasrah. Bagai buah si malakama. Ia sangat dilema. Harus memilih orangtua atau kekasih hatinya.
Mereka pulang. Menembus hujan deras. Membiarkan air yang jatuh dari langit itu membasahi tubuh mereka. Basah kuyup. Dingin. Sakit seperti menusuk tulang. Namun mereka berdua hanya bisa melamun. Berharap ini mimpi buruk dan mereka berharap bisa cepat terbangun.
Diatas motor butut milik Tomi. Tiara memeluk erat. Seperti tidak ingin kehilangan. Ia hanya diberi waktu satu bulan untuk memberi kepastian. Pilih Tomi atau orang tua? hanya kata-kata itu yang menari-nari dioataknya, dibenaknya, dipikirannya, dihidupnya. Tiara berharap masa-masa sulit ini akan segera terlewati.
Tidak terasa sudah sampai didepan gank, menuju arah rumah Tiara. Tomi sengaja menurunkannya disini. Karena itu permintaan Tiara sebelas tahun ini. Tomi hanya boleh mengantar dan menjemput Tiara di gank ini. Tiara tidak mau kalau Tomi mampir kerumahnya. Alasannya sama. Karena takut ia dicaci maki oleh orangtuanya. ia takut Tomi sakit hati dan akhirnya meninggalkan Tiara.
Padahal berulang kali Tomi meyakinkan. Bahwa dirinya tidak akan ambil hati dan tidak akan pergi meninggalkannya. Tetap saja Tiara kekeh pada prinsipnya. Ia hanya ingin menjalin hubungan secara diam-diam. Backstreet. Karena ia lebih nyaman sperti itu. Memang egois. Tapi ia nyaman.
"Makasih yah sudah antar. Aku pulang. Kamu juga hati-hati dijalan. Jangan ngebut karena jalanan licin dan masih hujan deras! aku mencintaimu," ucap Tiara pada kekasihnya.
Tomi hanya manggut. Sedetik kemudian motor bututnya melaju pergi meninggalkan Tiara.
***
Tiara adalah cinta pertama dan pacar pertama bagi Tomi. Mereka dipertemukan Tuhan sa'at masih menggunakan seragam putih merah. Tepat diruang pendaftaran sekolah menengah pertama. Sa'at itu orang tua mereka sedang sibuk mendaftarkan anak-anaknya. Sementara Tiara dan Tomi duduk diruang tunggu. Mereka berkenalan. Tersenyum satu sama lain. Dan mulai akrab.
"Perkenalkan ... nama aku Tomi. Aku baru lulus dari SDN 3. Nama kamu siapa?"
"Namaku Tiara. Aku dari SDN 1."
Tomi yang masih ingusan itu, langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Tentu saja. Tiara yang memiliki paras imut dan putih. Serta matanya yang sipit kecil seperti artis korea. Mampu membuat Tomi jatuh cinta pada pandangan pertama.
Mereka berdua berbincang seru. Satu sama lain saling bertanya. Seputar keluarga. Rupanya Tiara adalah anak semata wayang. Penampilannya yang mewah, terlihat dari tas, sepatu, jam tangan dan aksesoris branded yang dikenakannya. Dia orang kaya!!!
Keseruan perbincangan mereka terpotong. Ibu Tiara menarik tangan kanannya dan berkata,
"Ayo pulang!!! jangan bergaul dengan orang miskin. Setelah aktif pembelajaran. Kamu harus pandai-pandai memilih teman yah!"
Memang benar. Baju yang dikenakan Tomi sangat lusu, seperti baju bekas. Pantas saja ibu Tiara langsung mengklaim kalau Tomi orang miskin. Tiara sangat tidak enak hati pada Tomi atas ucapan ibunya. Dia langsung meminta ma'af dan pamit pulang.
Satu hari kemudian. Sa'at Tomi melihat papan informasi. Matanya terbelalak. Melihat namanya dan nama Tiara berurutan.
Takdir begitu indah. Tidak disangka Tuhan menakdirkan mereka dalam satu kelas. Tomi merasa sangat bahagia. Itu artinya ia bisa setiap hari memandangi wajah imut Tiara.
Disinilah kisah cinta pertama Tomi dimulai. Semakin hari bocah ingusan ini, malah makin jatuh cinta pada Tiara.
***
NostalgiaTiara berjalan menuju rumahnya, ditemani rintik hujan. Badannya sudah mulai lemah, mungkin ia akan sakit. Ditambah beban pikiran yang ada dalam benaknya. Membuat ia semakin drop.Lima menit kemudian. Tiara sampai rumah. Para penjaga rumah membukakan gerbang untuknya. Gerbang yang menjulang tinggi sekitar 3 meter. Ibu dan ayahnya sudah menanti didepan pintu istananya."Sudah ayah bilang, kalau kemana-mana diantar saja pakai mobil. Sekarang kamu jadi basah kuyup kan."Tiara hanya diam dan masuk kedalam rumah. Masuk ke kamar mandi dan berendam air hangat di bedtubenya. Kegiatan ini bisa menghilangan penat dalam hidupnya. Meringankan beban pikirannya dan menghilangan rasa linu karena terkena air hujan.Setelah selesai mandi. Dia langsung masuk kamar dab tidak keluar lagi. Ayah dan ibunya panik. Mereka pun menggedor kamar Tiara."Tok ... tok ... tok""Sayang ... buka pintunya!"Tanpa sahutan. Orang tuanya
"Ayo bawa aku pergi!!! aku ingin selalu bersama kamu."***Dua hari kemudian. Setelah Tiara merasa membaik dan sehat kembali. Dia menemui Tomi. Sebelas tahun bukan waktu yang singkat. Hampir tiap hari Tiara berkunjung kerumah Tomi, karena memang rumah mereka lumayan dekat. Hanya beda kecamatan. Perjalanan dari rumahnya menuju rumah Tomi sekitar 15 menit.Tentu saja keluarga besar Tomi sudah tahu dan hafal dengan problem mereka. Hanya saja mereka tidak berani menegur. Hanya bisa diam menyaksikan hubungan terlarang mereka. Sebagai keluarga hanya bisa mendukung keinginan anaknya.Setelah sampai rumah Tomi. Tiara langsung masuk tanpa rasa canggung. Sudah seperti rumahnya sendiri. Kebetulan ada ibu dan ayah Tomi yang sedang duduk di ruang TV. Langsung menyapa,"Kata Tomi kamu sakit? sudah sembuh? kamu sudah kasih kepastian belum pada Tomi?""Sudah sehat bu. Ia ini mau bertemu Tomi untuk kasih kepastian," jelas Tiara sambil mengecup telapak tangan
Jiwa dan Ragaku terpisah"Apa aku sudah mati? dimana aku?" Tiara menengok kearah kanan dan kiri. Dia sangat terkejut melihat jiwanya terlepas dari raganya.***Tomi langsung masuk kedalam gubug reotnya. Masuk kekamar dan mengambil HPnya. Ternyata benar yang ibunya katakan. Ada 20 panggilan tidak terjawab dari Tiara."Ada apa menelpon? bukannya tadi sudah bertemu," tanya Tomi pada hati kecilnya.Jari jemari Tomi langsung memencet Tombol memanggil Tiara. Berdering. Tandanya aktif. Beberapa detik kemudian, diangkat."Selamat malam. Apa benar ini Tomi?" tanya seorang laki-laki yang terdengar dari ponsel Tiara."Ia pak betul. Ada apa yah tadi memanggil?" tanya Tomi."Tiara sedang koma. Sudah seminggu lalu. Tapi malam ini dia mengigau memanggil nama Tomi. Jadi kami mencari tahu nama itu lewat kontak HP nya. Bisa kamu kerumah sakit sekarang? alamatnya akan saya kirimkan lewat pesan."Panggilan itu berakhir sebelum T
Tomi berbaring dikasur bututnya. Baru saja ia akan memejamkan matanya. Tiba-tiba Tiara datang mengejutkannya. Dia benar-benar mirip hantu. Datang dan pergi sesuka hati. "Tomi ... temenin aku ngobrol dong!" sapa Tiara dengan nada manjanya. "Kamu ... ngapain kamu masih berkeliaran. Aku mohon kembali pada ragamu. Aku ingin lihat kamu sembuh seperti dulu," Tomi memohon dengan mata yang berkaca-kaca. "Aku sudah berusaha kembali ketubuh ku. Tapi tidak bisa. Mungkin karena aku tahu. Sekalipun aku sembuh, kita tidak bisa bersama. Ibu sangat keras. Jadi lebih baik aku tidak hidup." Mereka menghabiskan malam berdua dikamar Tomi yang sangat sempit. Namun Tiara bahagia. Setidaknya impiannya bisa keluar malam dan bersama Tomi memandang bintang dimalam hari sudah terwujud. Tiara bercerita satu hal rahasia besar pada Tomi. Yang selama belasan tahun ini ia pendam. Mengenai ibu Tiara. Ibu yang selama ini ia hormati, ternyata bukan ibu kandung Tiara. Tentu saja
"Kenapa ibu selalu melarang hubungan kita? kenapa ayah selalu nurut dengan ucapan ibu? Kenapa aku selalu kesulitan berbicara dengan ayah? aku akan cari tahu sendiri."***Tiara masih belum bisa kembali pada tubuhnya. Dia masih sibuk berkeliaran memecahkan permasalahannya selama ini. Malam ini dia pulang kerumahnya. Melewati gerbang kokoh yang tergembok rapat. Menembus dinding istana megahnya. Dia bisa melewatinya tanpa harus meminta satpam membukakan pintu.Diruang keluarga ayah dan ibunya sedang berdiskusi membicarakan Tiara."Sampai kapanpun ibu tidak mau punya mantu miskin! si Tomi itu nanti akan menjadi parasit bagi kita. Ibu tidak mau harta ayah nantinya dirampas dia," protes ibu pada ayah Tiara."Ya sudah. Ayah nurut saja apa kata ibu."Tiara kesal sekali menyaksikan drama ini. Rupanya dalam keadaan sekaratpun, ibu tirinya tidak peduli perasaan Tiara.Setelah ayah pergi menuju kamar dan meninggalkan ibu
"Saya akan mencoba santet gagak hitam sekali lagi kii! Yang kemarin belum berhasil. Tiara belum meninggal. Malah sekarang dia sudah siuman dari komanya. Saya mohon bantu saya lagi aki siliwangi!!!"***Ibu tiri mulai geram dan sangat murka melihat Tiara siuman. Usahanya menyewa jasa santet ternyata gagal. Dia mencari jasa santet terampuh melalui media sosial. Secara online dia berkomunikasi dan bernegosiasi masalah harga.Dia tidak bodoh. Banyak penipuan di media sosial baru-baru ini yang viral terjadi. Salah satunya saat ibu tiri menyewa jasa pelet online minggu lalu. Uang sudah ia transfer, Namun nomor HPnya malah diblokir. Pelet tidak dilaksanakan dan uangpun hilang.Namun kasus teetipunya ibu tiri ini tidak membuatnya kapok. Malah dia membuatnya pelajaran. Agar lebih pintar dan berhati-hati lagi. Kali ini dia akan menyewa jasa santet lagi di aki siliwangi. Dia sangat percaya pada aki karena dia sudah tahu tempatnya.Wala
Tomi terpaksa meninggalkan motor bututnya di rumah. Dia harus pergi ke Majalengka mencari ibu kandung Tiara. Berbekal tabungannya yang tidak seberapa, itupun hasil bobok celengan ayamnya yang sudah hampir 2 tahun ia kumpulkan. Tanpa minta belas kasih dan balas budi. Dia pergi niat ibadah dan membantu permasalahan kekasih hatinya.Tomi harus menaiki beberapa tranaportasi untuk menuju alamat itu. Dari rumah meuju jalan raya, ia diantar ayahnya menggunakan motor butut milik Tomi. Kemudian dia menunggu bus datang. Ia berdiri di halte bus seorang diri. Tidak menunggu lama, bus pun datang. Ini bukan pertama kalinya dia berpergian.Bisa dibilang Tomi pemuda yang aktif. Dia sering ikut acara tour keagamaan. Karena profesi dia kan sebagai marbot masjid. Selain tugas utamanya membersihkan masjid. Dia juga Sering membantu Pak Ustad dalam mempersiapkan acara-acara dimasjid dan acara tour ibu jamiyahan.Setelah sampai dia harus naik angkot jurusan yang berbeda
"Aku talak kamu sekarang juga!" ucap ayah Tiara penuh kesal."Silahkan. Tapi serahkan dulu semua harta kamu. Kalau tidak! aku akan membuat putri kamu lebih menderita lagi!" ancam Anita, istri mudanya.***Tiara hanya bisa berbaring di kasurnya. Dia lumpuh. Dia hanya bisa meneteskan air mata. Namun, semangatnya untuk sembuh begitu kuat. Dia berusaha menggerakan bibirnya agar dapat bicara.Tomi pun datang. Langsung menangis meminta maaf. Harusnya dia turuti semua keinginan Tiara. Tomi janji kalau nanti Tiara sembuh. Dia akan turuti semua kemauan Tiara. Tidak akan menolaknya lagi. Sekali pun Tiara meminta untuk nikah lari. Tomi akan laksanakan."Kamu pasti sembuh! aku akan bacakan ayat-ayat suci untuk kamu."Tomi fokus mengaji. Sementara ayah di rumah sedang bertengkar dengan istri mudanya."Aku talak kamu sekarang juga!" ucap ayah Tiara penuh kesal."Silahkan. Tapi serahkan dulu semua harta kamu. Kalau tid