Pria bertopi tak berkomentar apa pun karena sedang menahan sakit di dadanya. Tidak pernah dia seumur hidupnya melihat ada orang yang terlempar sejauh sepuluh meter hanya dengan satu terjangan saja. Baru kali ini, dan dia pula yang menjadi korbannya. Dua orang itu langsung membantu dua temannya yang sedang mengeroyoki Alexander. Tanpa basa-basi, seperti pada film action, mereka sontak menyerbu Alexander dengan penuh semangat. Meskipun Alexander mendapat tinjuan dan sepakan, dia hanya merasakan geli dan sedikit nyeri saja. Biasanya orang yang kena keroyok pastilah kalah dan kewalahan. Tapi tidak bagi Alexander, dia justru meladeni empat orang itu dan memberikan serangan balasan. Beberapa orang di sana yang menyaksikannya tidak mau ikut campur. Sebagian besar mereka malah tidak peduli. Sementara itu di dalam mobil, Gabriella mengawasi suaminya dengan was-was. Dia mengenal suaminya sejak lama dan tahu kalau suaminya tersebut tidak pandai berkelahi. ‘Apa aku harus menelepon Ayah dan mi
Alexander mengulum bibir Gabriella dengan penuh kenikmatan. Sementara Gabriella tidak hanya pasrah, tapi juga turut mengulum bibir Alexander. Setelah sekian lama berpisah, akhirnya mereka dapat kembali bercinta ..... Ketika lampu dimatikan, suasana temaram semakin menambah kehangatan ..... Usai ronde pertama dan lampu sudah dinyalakan, Gabriella terengah-engah dan merapikan rambutnya yang sangat berantakan. Dia rasa, barusan mereka menghabiskan waktu selama lebih dari satu jam, dan itu membuat sebagian besar tenaga Gabriella terkuras habis. Dia masih mendesah. Alexander tersandar. “Eros artinya cinta yang ada kaitannya dengan sensasi seks yang tinggi.” Saat Gabriella bercermin, dia melihat wajahnya yang putih pucat, hanya saja tetap terpancar pesona keanggunan yang wajar mengikat hati Alexander. Dia lantas bergumam, “Kau sangat perkasa. Apa kau tadi makan obat dan semacamnya supaya kuat dan tahan lama?” “Aku belum pernah baca jurnal kalau ternyata daging wagyu bisa memperbagus
Di waktu bersamaan, Alexander sudah berada di Rolls Royce Phantom bersama Mayor Farrell, perjalanan menuju Markas besar militer. “Jenderal, ada pengajuan penambahan alutsista baru,” ujar Farrell sambil menyetir. “Rencana tersebut perlu pertimbangan dan persetujuan dari Jenderal.” “Aku sebaiknya menyusun rapat terlebih dahulu dengan para petinggi. Bagaimana pun, meski aku adalah Panglima, aku tetap mesti mendengarkan masukan dari para senior berpengalaman.” Farrell mengangguk takzim. “Siap, Jenderal!” Selanjutnya Alexander memuji kinerja Farrell yang beberapa hari belakangan sangat membantu, terutama terkait penelusuran dan pencarian informasi tersembunyi mengenai Martin Scott. Farrell beserta tim sudah berhasil membongkar siapa Martin sebenarnya sehingga Alexander pada akhirnya dapat mengumumkannya kepada khayalak, terutama kepada Keluarga Callister. “Kerja mu sudah bagus, Farrell.” Namun, Farrell tidak mau mendapatkan pujian sebab tugasnya terkait Martin dirasa belum juga sele
Dengan tenang Alexander berujar, “Martin mau balas dendam karena sakit hati. Dia tidak terima kalah dariku dan akhirnya harus malu, apalagi dia dikeluarkan dari militer. Cukup logis aku berkata bahwa bisa jadi Martin yang berbuat jahat terhadap Gabriella sebab Martin sudah sakit hati.” Tidak terima keponakannya disalahkan, Winnie kembali melemparkan ujung telunjuknya ke arah mata Alexander lalu menghujat, “Bajingan! Kau yang salah karena sudah membuat keponakanku cacat! Dan gara-gara kau pula lalu dia dikeluarkan dari militer. Kami terlalu sabar menghadapi sikap mu yang sudah keterlaluan, dan sekarang kau malah buat ulah lagi, lalu menyalahkan orang lain yang tidak berdosa. Parah sekali kau!” Meski Pablo sudah tidak ada urusan lagi dengan Martin, namun dia tidak suka jika menantu menyusahkan ini malah berusaha lari dari masalah dengan cara menuduh orang lain yang tidak-tidak. “Kau jangan melemparkan tudingan yang tidak berdasar! Alasan mu tidak bisa diterima, Alex! Kecuali kalau kau
Saat ini Gabriella sedang berada di sebuah rumah, di mana kondisinya sedang terkurung di dalam kamar. Di hadapannya sudah ada dua tentara gadungan yang sedari tadi menakut-nakutinya. Sementara Martin tidak berada di sana, melainkan dia hanya berkoordinasi dengan orang-orang suruhannya dari jauh. Dia tidak mau terlibat langsung. Tujuan Martin adalah menjadikan Gabriella sebagai sandra agar nantinya Alexander tiba di sana. Saat itulah orang suruhannya berkesempatan untuk melakukan pengeroyokan jilid dua. Martin kira, rencananya pasti akan berhasil kali ini, maka dengan begitu dendamnya bisa terbalaskan. Tidak ada kata maaf bagi Alexander karena Martin sekarang sudah hancur, maka satu-satunya cara yang bisa dilakukan adalah melihat kehancuran Alexander. Gabriella meronta saat mendapat tekanan dari dua pria tak dikenalnya. “Katanya, kalian menjalankan tugas dari ayahku. Mana? Tidak ada orang di sini!” ketusnya dengan wajah kesal. “HAHAHAHA.” Mereka menjawabnya dengan tawa membahana.
Selanjutnya Alexander langsung mengajak Farrell untuk berbicara empat mata saja di ruangannya. “Jenderal, kami baru saja mendapatkan informasi mengenai keberadaan dua tentara gadungan yang sedang menyamar. Kebetulan tadi aku bersama anak buahku sedang bertugas mencari keberadaan Gabriella. Kami yakin Gabriella bersama mereka.” Alexander terperanjat. “Istriku diculik oleh dua tentara gadungan? Kurang ajar! Siapa yang menyuruh mereka?” “Tadi kami melakukan penelusuran tersembunyi terhadap mereka. Belum tahu pasti siapa orang yang menyuruh mereka. Tapi, sebagaimana dugaan kita, bisa jadi semua ini ada keterkaitannya dengan Martin Scott.” Amarah Alexander pun bangkit. Benar apa yang dia sangka bahwa bisa jadi Martin memang otak pelakunya. Itu artinya sudah jelas bahwa peristiwa pengeroyokan semalam adalah ulah Martin juga. Bergegas, Alexander langsung mengajak Farrell untuk segera menuju lokasi. Di luar markas militer, para petinggi sudah berdiri rapi. Ada satu dari mereka yang ber
Gabriella terkesima pas melihat kehadiran Jenderal Naga Emas sudah berada di hadapannya. Di saat dia cemas dan takut tentang keselamatan dirinya, tiba-tiba saja ada satu sosok pahlawan yang tidak pernah dia pikirkan bakalan menolongnya di saat genting dan terdesak. Dia cukup puas ketika bisa melihat Jenderal Naga Emas dari jauh waktu acara pelantikan tempo lalu. Tapi tak disangka, dia bakal dipertemukan lagi dan luar biasanya, Jenderal Naga Emas menjadi pahlawan baginya. Jenderal Naga Emas meluaskan pandangannya ke sekitaran, memindai setiap sisi tempat, dan memastikan bahwa semua dalam kondisi aman. Kemudian barulah dia melepaskan tali yang mengikat Gabriella. “Nona, apa kau baik-baik saja?” Gabriella terhenyak. “Ah? Hm. Ya, aku baik-baik saja, Panglima Jenderal Naga Emas. Aku baik-baik saja.” “Apa yang sudah mereka lakukan pada mu? Katakan padaku.” “Tidak ada. Mereka tidak berbuat apa pun. Syukurlah. Mereka juga tidak melecehkan aku, Jenderal.” Alexander bernapas lega. “Syuk
Satu pukulan keras itu sudah membuat bibirnya berdarah, hidungnya mimisan, pelipis matanya pecah, dan pipinya bengkak. Wajahnya mirip babi kena gilas kereta. Sudah tangannya tidak bisa digerakkan, kini wajahnya sudah babak belur. Karir militer hancur, mental rusak, dan fisik cacat pula. Habis sudah hidupnya. Itulah akibat dari sombong. Kini dunia sudah tidak menarik lagi bagi si mantan Letnan Dua! Belum puas, Alexander lalu berjongkok di hadapan tubuh Martin yang teronggok lemah di atas lantai. “Kau berniat ingin menjadi suami Gabriella Callister dengan cara menyingkirkan Alex Luther. Dengan begitu kau bermaksud memanfaatkan Gabriella guna mengambil hati Pablo Callister supaya karir militer mu bisa meroket. Niat dan cara mu jelas salah! Ditambah gaya mu pun sombong luar biasa. Sekarang kau mendapatkan balasannya, Biadab!” Keluarga Martin tidak banyak bunyi. Mereka pasrah. Jika Martin berada pada posisi yang benar, mungkin lain cerita, tapi nyatanya Martin berada dalam posisi yang sa