Share

bab 5

Flash back on:

Laila baru saja makan malam, saat ponselnya berdering.

"Ya Mi?" sapa Laila.

"La, apa kamu sibuk?"

"Enggak juga. Baru saja makan malam. Ada apa Mi?" tanya Laila.

"Ada klien yang hanya ingin kamu dampingi menyanyi di tempat karaoke. Bayarannya lumayan. Kamu mau kan?" tanya Mami.

"Boleh juga. Aku kan juga sering main di tempat karaoke, Mi."

"Good girl. Kalau begitu, siap-siap sekarang ya di Rose karaoke."

"Hah, sekarang Mi?"

"Iya. Kenapa? Ada masalah?"

"Hm, kok mendadak ya Mi? Tapi nggak apa-apa deh. Laila siap-siap dulu."

"Nah, gitu dong. Habis ini langsung Mami transfer duit ke kamu."

"Oke Mi."

Laila tersenyum puas melihat nominal yang tertera di saldo mbanking nya sekarang. Dia lalu segera bersiap untuk tugas selanjutnya.

Perlahan Laila menatap wajah nya yang masih terasa sakit. Dia belum bilang pada mami Rosa tentang perbuatan Satria. Satria sudah mengancamnya sampai begitu rupa. Dan sekarang, satu kenyataan pahit seolah menampar nya dengan telak. Satria adalah kakak kandung Bintang, lelaki yang mencintainya dan sebenarnya Laila pun ada rasa dengan lelaki tampan itu.

Dengan menghela nafas panjang, Laila mulai memoles wajahnya dengan make up agar luka lecetnya tidak tampak. Dia ingin segera menabung untuk bisa membiayai kedua adiknya sampai lulus SMA dan dia bisa lulus kuliah lalu menemukan pekerjaan yang lebih baik.

***

Flashback off :

Laila terperangah melihat Bintang yang juga mendelik ke arahnya.

Bintang berdiri mendekat ke arah Laila. Perempuan itu mundur selangkah.

"Kak, aku bisa jelasin," ujar Laila parau.

"Tidak usah. Aku tidak butuh penjelasan. Sekarang kamu ikut aku!"

Laila meringis kesakitan saat tangan Bintang mencekalnya.

"Dek, apa-apaan ini. Kenapa kamu mau pergi? Apa kamu mengenal pemandu karaoke ini?" tanya Satria saat Bintang hampir saja menyeret Laila keluar dari ruangan karaoke.

Lagi-lagi mata Laila terbelalak melihat Satria yang sedang menyeringai padanya.

Tangan Laila gemetar dan langsung memegang lengan Bintang.

"Kamu berhutang penjelasan padaku, La!" seru Bintang kembali menarik tangan Laila yang mulai gemetar.

Laila menggeleng cepat. Sementara Satria mendekati mereka dengan mengedipkan sebelah mata pada Laila, saat pandangan Bintang hanya terfokus pada gadisnya.

"Kamu kenal dia?" tanya Satria pada Bintang saat mereka bertiga saling berdekatan.

"Ini Laila. Gadis yang kuceritakan tadi. Kak Satria kan sudah melihat fotonya di ponselku?" sahut Bintang.

Satria pura-pura terkejut.

"Wow. Jadi dia cewek yang sudah menolak cinta kamu?"

Laila semakin mundur saat Satria mendekatinya. Tak dihiraukannya cekalan Bintang yang terlepas karena Laila yang berontak dan keluar dari ruang karaoke temaram itu.

Laila berlari di sepanjang koridor gedung karaoke bercat biru telur asin itu. Di belakangnya, Bintang mengejar.

"Tunggu Laila! Kita harus bicara!"

Tangan Bintang menggapai lengan Laila dan langsung menariknya kedalam pelukan.

"Kenapa La, kenapa kamu tidak cerita?" tanya Bintang lirih.

Laila merasakan dadanya sesak dan panas, sementara matanya masih ditutupi oleh kaca-kaca.

"Sayang, katakan ini semua hanya salah paham," bisik Bintang sambil menghirup aroma bunga mawar dari rambut Laila yang tergerai.

Laila terdiam. Lelehan air mata yang jatuh ke pipinya kini ditingkahi dengan suara isak tangis lirih.

"Jawab pertanyaan ku dengan jujur, La! Apa kamu sudah tidur dengan lelaki lain semenjak kamu bekerja sebagai pemandu karaoke?" teriak Bintang menatap ke arah mata Laila yang memandang ke lantai klab malam itu.

"Aaargghh! Brengs*k!"

Lelaki itu bahkan meninju tembok yang berdiri kokoh di belakang gadis yang dicintainya, membuat Laila memekik dan meraih tangan Bintang.

"Maafkan aku, Kak! Maafkan aku!" bisik Laila mengusap tangan Bintang yang terkepal dengan erat.

"Jadi hal ini yang menyebabkan kamu tidak mau menerima perasaan ku?"

Laila menganggukkan kepalanya dengan kaku. Hati Bintang berdenyut nyeri.

"Maafkan aku, Kak. Aku butuh uang untuk menghidupi adik dan ibuku," sahut Laila lirih.

"Tapi bukan dengan menjadi lonth*, La!"

"Kak ...!"

Hati Laila perih saat Bintang memakinya dengan profesi yang dijalaninya walaupun Bintang benar.

"Kenapa? Apa aku salah? Sebutan untuk perempuan dibayar yang tidur dengan laki-laki itu lonth* kan?" tanya Bintang menatap tajam pada Laila.

Laila terdiam. Satu persatu butiran air lolos dari matanya.

"Aku sudah pernah bekerja sebagai pegawai toko dan tidak cukup untuk biaya hidup serta sekolah kedua adikku, Kak."

Keduanya terdiam. Hening merajai koridor klab malam itu. Satu dua pasangan tamu tampak melirik mereka tanpa minat. Karena laki-laki yang datang hanya fokus dengan pasangan nya saja.

Mendadak Bintang memeluk tubuh Laila dengan erat.

"Berapa orang yang pernah tidur dengan kamu? Dan mulai kapan kamu melakukan pekerjaan ini?" desis Bintang sambil mengeratkan pelukannya seolah hendak meremukkan tubuh Laila. Sebenarnya Bintang tahu, semakin dia mengetahui tentang Laila, dia akan semakin terluka.

Hatinya begitu patah melihat gadis yang dicintainya mati-matian adalah seseorang yang ternyata bisa disentuh oleh lelaki lain secara bebas asalkan dibayar.

'Mungkinkah ini karma? Aku yang telah mempermainkan dan tidur bersama dengan beberapa pacarku lalu mencampakkan mereka saat bosan dihukum oleh Tuhan dengan jatuh cinta setengah ma ti pada kupu-kupu malam?' bisik hati Bintang perih.

"Aargh, sakit, Kak. Aku enggak bisa nafas. Kamu terlalu erat memelukku," ucap Laila. Dia merasa kesakitan karena dipeluk begitu erat oleh Bintang.

Sebenarnya Laila ingin menceritakan semua tentang pekerjaan nya, tapi dia merasa belum siap untuk menjawab semua pertanyaan yang diajukan lelaki itu.

"Maaf. Tapi aku ingin kita pergi dulu dari sini." Bintang melepas jaketnya lalu memakaikannya pada Laila.

"Ayo ikut aku!" perintah Bintang sambil menggenggam tangan Laila.

Gadis itu hanya bisa menurut dan berjalan mengikuti Bintang.

"Masuk, La!"

Laila terdiam saat Bintang membukakan pintu mobil untuknya. Tapi tak urung juga Laila menurut.

Bintang memasangkan sabuk pengaman di pinggang Laila. Dan gadis itu hanya bisa menahan nafas, saat dia merasakan posisi mereka yang cukup dekat.

Bintang lalu melajukan mobilnya membelah jalan raya dengan terdiam. Pikirannya dipenuhi oleh berbagai macam hal.

"Kita mau kemana, Mas?" tanya Laila takut-takut sambil melirik ke jalanan sekitar yang sepi.

"Hotel!"

"Apa?"

Next?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status