Share

bab 4

Laila nyaris terlonjak karena kaget mendengar suara ponsel milik Bintang yang mendadak berbunyi nyaring. Lebih kaget lagi saat melihat nama dan foto laki-laki yang tertera di layar ponsel Bintang.

Kak Satria is calling ....

Laila menelan ludah saat membaca nama itu berulang-ulang hingga seluruh tubuh nya gemetar dan menggigil, melihat foto dan nama Satria membuatnya selalu teringat malam itu.

Telepon itu baru saja ma ti, saat Bintang ke luar dari kamar mandi. Laila menatap Bintang, sejenak dia merasa ragu saat akan menanyakan tentang Satria. Tapi karena rasa ingin tahunya lebih besar, Laila pun akhirnya mencari kalimat yang pas untuk memulai pembicaraan nya.

"Kak, tadi ada telepon masuk ke hp mu."

"Oh ya? Dari siapa? Dari gofo*d bukan?"

"Bukan. Nama yang tertulis di layar tadi kak Satria."

Bintang tersenyum sambil menatap ke arah ponselnya. "Oh, dia adalah kakak kandungku. Lain kali kalau kak Satria menelepon, kamu yang jawab ya?"

Wajah Laila memucat mendengar ucapan Bintang. "Ke-kenapa harus aku yang mengangkat telepon dari kak Satria?"

"Pendekatan dengan calon kakak ipar." Bintang mengedipkan sebelah matanya.

"Kak Bintang, kita belum saling kenal."

"Tapi kita sekarang sedang dalam proses pengenalan kan?"

"Kak Bintang belum mengetahui apapun tentang aku."

"Kalau begitu, cerita kan semua tentangmu, La. Aku akan mendengarkannya."

Bintang menjeda kalimat nya dan menatap ke arah Laila dengan serius.

"Dengarkan aku, La. Kamu mungkin pernah mendengar kalau aku ini playboy dan suka gonta-ganti pacar. Itu karena aku belum menemukan pendamping yang pas. Beda dengan kamu sekarang, aku kini mantap memilih mu dan tidak akan menduakan mu. Aku bahkan sudah mencari tahu semua tentangmu. Karena itu kamu seharusnya juga terbuka denganku kan? Jadi ceritakan semua tentang kamu sekarang."

Laila termenung, "Kita bicarakan lain kali saja, Kak. Aku sedang tidak mood," sahut Laila.

Baru saja Laila mengakhiri kalimatnya, mendadak ponsel Bintang berdering lagi.

"Dari goj*k nih. Makanan nya sudah datang, aku ambil dulu ya." Bintang menuju ke arah pintu depan, lalu membalikkan badannya dan menghadap ke arah Laila.

"Betewe, nggak apa-apa kalau kamu belum siap cerita sama aku. Aku akan menunggu kamu sampai kamu nyaman cerita apapun padaku dan menerima cintaku," ucap Bintang tersenyum lalu melangkah kembali ke arah pintu depan untuk mengambil pesanan makanan online nya.

***

Bintang tampak kuyu dan loyo saat kakak lelaki satu-satunya pulang dari kantor.

"Heh, ngapain kamu tiduran di ruang tamu? Tumben amat? Tadi aku telepon, kok nggak kamu angkat sih?" tanya Satria sambil menghenyakkan pantatnya di sofa.

"Aku ditolak cewek. Ehm, nggak ditolak sih, tapi kayaknya dia belum menerima aku. Padahal biasanya mana ada cewek yang nolak aku, Kak!"

Satria terkejut saat mendengar ucapan adiknya yang usianya terpaut lima tahun dengannya itu.

"Enggak mungkin! Tidak pernah ada riwayat cewek yang menolak kita. Yang ada kita yang selalu menolak kaum hawa!"

Bintang melirik pada kakak lelakinya dengan tatapan mencemooh.

"Kakak ngomong kayak gitu seolah suhu. Padahal istri saja belum punya. Pacar aja gonta ganti. Berapa kali kakak pernah tidur dengan para mantan, heh?" tanya sang adik.

Wajah Satria memerah. "Aku memang belum ingin menikah. Lebih enak seperti ini. Kerja, nyanyi-nyanyi di klub, saweran, happy-happy deh pokoknya," sahut kakaknya.

"Dan satu lagi, aku dendam dengan kaum Hawa. Papi kita menderita saat Mami selingkuh dan meninggalkan kita sendirian. Kata Mami, Papi terlalu sibuk dengan pekerjaan sampai Mami kurang kasih sayang. Padahal semua perempuan kan ujung-ujungnya matre. Papi kerja dari pagi hingga pagi lagi hanya untuk Mami. Dasar perempuan sama saja!" umpat Satria.

Bintang terkekeh. "Tapi aku juga milih-milih kalau mau tidur sama cewek. Lah ini, aku sudah menemukan yang paling cocok untukku, eh aku ditolak."

"Waduh Dek. Kamu mabuk ya? Dasar! Masa gara-gara perempuan kamu sampai seperti ini?"

"Weh, dia bukan perempuan Kak. Dia itu bidadari dari kayangan." Bintang mulai menceracau.

"Kita ini Arjuna Dek. Tidak ada gadis yang berhak mempermainkan kita. Malah kalau bisa semua perempuan berlutut dan mengemis cinta pada kita."

"Hm, Kak. Sudah kubilang dia bukan perempuan. Dia itu bidadari berbadan seksi yang turun dari langit."

"Siapa sih perempuan itu? Coba aku lihat, kamu punya fotonya nggak?"

Bintang menunjukkan foto Laila pada Satria, membuat Satria langsung mendelik.

"Kamu kenal perempuan itu dimana?"

"Dia teman di kampusku."

"Siapa namanya?"

"Laila."

"Laila?" Satria menggumamkan nama itu dengan lirih. Dia menghela nafas panjang saat melihat foto di galeri ponsel Bintang, dia teringat dengan jelas siapa Laila itu.

"Hm, sudahlah Dek, enggak usah kamu pikirkan. Lebih baik kita pergi karaoke saja."

Bintang melirik sekilas ke arah Satria. Selama ini dia jarang sekali mau ikut kakaknya untuk karaoke atau pergi ke klub.

"Boleh juga."

"Nah gitu. Jangan terlalu kuper. Tenang saja, nanti kupesankan cewek pemandu lagu yang bisa jaga rahasia. Dijamin mereka nggak akan buka mulut pada pihak kampusmu. Lagipula mereka pasti lupa karena banyaknya tamu yang telah mereka layani. Hidup itu cuma sekali. Kita nikmati secara santai dan bahagia."

Bintang hanya melirik ke arah Satria karena saat ini pun kepalanya agak pusing memikirkan Laila.

***

Malam itu juga, Satria setengah menyeret adiknya ke ruangan karaoke yang telah dipesannya. Langkah kaki adiknya agak pelan lantaran masih ragu akan ikut kakaknya karaoke atau tidak.

"Satria, kenapa baru datang?" sapa beberapa rekan bisnis Satria begitu pria muda itu membuka pintu.

"Iya nih. Gue bawa adik gue juga. Dia baru saja ditolak cewek. Jadi ya, seperti ini bentuknya ...," seloroh Satria sambil menunjuk Bintang di hadapan ketiga orang lelaki berjas di ruangan itu.

Bintang tersipu lalu duduk di sofa empuk di samping teman-teman kakaknya.

Tak lama kemudian, suara pintu ruangan diketuk lalu beberapa orang perempuan cantik serta seksi masuk kedalam ruangan kedap suara itu.

"Nah, ini dia pemandu lagunya. Ayo kita pilih!" seru Satria dengan mata berbinar.

Para perempuan berpakaian kurang bahan yang disewa Satria tersenyum menggoda lalu masing-masing menggelendot manja di tangan para lelaki di ruang karaoke itu.

Namun tersisa seorang gadis yang hanya berdiri terpaku menatap para pria di hadapannya.

Bintang pun mendelik saat melihat gadis bergaun hitam di atas lutut itu memandangnya dengan ekspresi seperti melihat hantu.

"La-i-la?! Kamu di sini?" tanya Bintang dengan suara tercekat.

Next?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status