Home / Romansa / MENGAJAR CINTA / 3. Rahasia di Balik Kardus

Share

3. Rahasia di Balik Kardus

Author: Nd.park
last update Last Updated: 2025-06-15 22:16:16

SELAMAT MEMBACA SEMUANYA

---

Sudah dua minggu Dinda mengajar, dan ia benar-benar menikmati pekerjaannya.

Kini ia tampak melamun, teringat kejadian dua hari lalu saat di rumah Putra. Setelah kejadian itu, pihak Ares mengistirahatkan privat mereka.

Flashback – dua hari lalu...

"Miss, hali ini Yes mau belajal baca caja, ya," ujar Ares pada Dinda.

"Tentu, hari ini Miss akan membebaskan Ares belajar apa saja," sahut Dinda sambil tersenyum.

"Wah, makacih, Miss!" ujar Ares senang.

"Okee, sekarang Ares mau baca buku yang mana?" tanya Dinda sambil menjejerkan berbagai buku panduan baca di atas meja kecil belajar mereka.

Ares diam, memandang buku-buku itu, mencoba memilih salah satu.

Tak lama, Ares menjawab pelan, "Yes ndak cuka cemuana, Miss."

"Gak suka semuanya, ya?" tanya Dinda sabar.

Ares mengangguk pelan sambil menunduk, tampak takut.

"Baiklah, tidak apa-apa," ucap Dinda menenangkan Ares. "Miss akan cari buku lain. Tunggu, ya," lanjutnya sambil berdiri dan melangkah ke rak buku di ruang belajar Ares.

Dinda menemukan sebuah buku dongeng anak-anak yang tampak ringan dan cocok untuk Ares. Ia pun membacanya sekilas.

“Ini mau nggak?” tanya Dinda sambil menghampiri Ares.

“Ndak cuka juga, Miss!” Ares menggeleng dengan cepat.

Dinda menghela nafas pelan, “Terus mau yang mana? Atau gini aja, Ares boleh pilih sendiri,” lanjutnya sambil tersenyum.

“Itu loh, Miss, buku celita Yes yang ada gambal kupu-kupu walnah bilu,” jawab Ares penuh semangat.

Dinda mengerutkan dahi, bingung. Buku cerita bersampul biru bergambar kupu-kupu?

Tok, tok...

Dinda dan Ares serempak menoleh ke arah sumber suara.

“Maaf mengganggu, Adek, Miss Dinda. Saya mau mengantarkan minuman dan sedikit camilan,” ucap Nita, pengasuh Ares, sambil masuk membawa nampan.

“Mbak... Mbak...!” seru Ares, berdiri dan menghampiri pengasuhnya. “Mbak, buku celita Yes walna bilu, mana?” tanyanya dengan antusias.

“Yang mana, Adek?” tanyanya Nita, terlihat bingung.

“Yang celing, Papa baca kalau Yes mau bobok. Ada kupu-kupuna, Mbak,” jelas Ares lagi.

“Ahh, buku yang itu!” seru Nita, akhirnya teringat. “Tapi, seingat Mbak, bukunya sudah ditaruh di gudang. Soalnya bukunya sudah rusak, Dek,” lanjutnya menjelaskan.

“Kok ditaluh di gudang cih, Mbak...” ucap Ares sedih.

“Kan memang sudah Papa taruh seminggu yang lalu, Dek,” jelas Nita dengan suara pelan.

“Yes mau buku itu, Mbak...” Ares menunduk, matanya mulai berkaca-kaca.

“Baiklah, baiklah. Mbak akan cari bukunya, ya,” ucap Nita cepat, mencoba menenangkan.

“Tidak ucah, Mbak! Bial Yes cama Miss aja yang cali,” potong Ares cepat-cepat.

Dinda sempat terkejut. “Eh, kok sama Miss, Sayang?”

“Mauna cama Miss! Ayo kita cali!” sahut Ares penuh semangat, lalu menarik tangan Dinda agar ikut dengannya.

Dinda menoleh ke arah Nita, tatapannya seolah berkata, “Gimana ini, Mbak?”

Nita tersenyum dan menganggukkan kepalanya pelan, memberi izin kepada Dinda untuk mengikuti Ares.

Dengan semangat, Ares menunjukkan arah jalan kepada Dinda menuju gudang rumah.

“Mbak, ayo buka pintuna,” ucap Ares kepada Nita.

“Iya, bentar ya, Dek,” sahut Nita.

Ia segera membuka pintu gudang dengan kunci yang memang sudah ia ambil sebelumnya.

Begitu pintu terbuka, Ares terkejut dan berucap, “Waduh, gudangna penuh cekali!”

“Ya, namanya juga gudang,” ujar Dinda terkekeh pelan mendengar komentar Ares. “Ayo kita masuk dan cari bukunya, Ares,” lanjutnya.

Ares menganggukkan kepalanya pelan, lalu mulai melangkah masuk ke dalam gudang yang penuh dengan barang-barang lama.

“Kita mulai cari di dalam kardus ini, ya,” kata Dinda sambil menunjuk kardus yang paling mudah dijangkau.

Ares menganggukkan kepalanya pelan dan mulai membantu Dinda membuka kardus, meskipun usahanya belum terlalu kuat.

Saat kardus terbuka dan memperlihatkan isinya, ternyata hanya berisi pakaian bekas milik Ares.

“Oh, ini sepertinya baju-baju Adek yang mau disumbangkan. Tadinya mau Mbak cuci dulu biar harum, tapi Mbak belum sempat. Jadi Mbak simpan dulu di sini,” jelas Nita.

Memang benar, baju-baju milik Ares masih sangat layak pakai dan rencananya akan disumbangkan ke sebuah panti asuhan.

“Miss, bisa tolong jaga dan bantu Adek cari bukunya?” tanya Nita kepada Dinda.

“Tentu. Emang Mbak mau ke mana?”

“Kebelet eek,” keluh Nita sambil menahan tawa.

“Ya ampun, sana cepat!” ucap Dinda geli

Dinda memandang barisan kardus yang berjejer, mencoba menilai mana yang sebaiknya dibuka terlebih dahulu.

“Baiklah, kita buka yang ini dulu,” ujar Dinda sambil menarik kardus yang ada di paling bawah. Namun, ternyata kardus itu berisi buku-buku tentang bisnis yang kemungkinan besar milik Putra.

Dinda lalu menarik kardus selanjutnya, tapi secara tidak sengaja ia menjatuhkan beberapa kardus lainnya hingga berantakan.

Ares yang terkejut langsung menoleh saat mendengar suara jatuh.

“Maaf, ya. Miss nggak sengaja. Ares, kamu cari saja bukunya di sini, ya. Miss akan bereskan kardus yang jatuh,” ujar Dinda sambil mulai merapikan kekacauan yang terjadi.

Saat sedang merapikan barang-barang, Dinda menemukan sebuah bingkai foto berdebu yang tersembunyi di antara tumpukan kardus. Di dalamnya terdapat foto seorang laki-laki dan seorang perempuan cantik. Dinda mengenali laki-laki itu—Putra—tapi ia tidak tahu siapa perempuan yang ada di sampingnya.

“Ares, ini sia...” ucap Dinda, namun kalimatnya terputus saat terdengar suara laki-laki dari arah pintu.

“Apa yang Anda lakukan dengan mengacak-acak rumah saya?” bentak Putra dengan nada marah, lalu merebut bingkai foto itu dengan kasar dari tangan Dinda.

“Pak... Putra...” Dinda menahan napas, suaranya tercekat. ia tidak menyangka akan dimarahi sekeras ini.

“Saya membayar Anda untuk mengajari anak saya, bukan untuk membongkar-bongkar isi rumah saya!” ujarnya sarkas, tanpa memberi Dinda kesempatan untuk menjelaskan.

Nita yang baru saja keluar dari kamar mandi dan mendengar keributan dari belakang segera berlari menghampiri.

“Pak, tadi...” Nita mencoba menjelaskan, namun kalimatnya dipotong tegas.

“Antar Miss Dinda keluar,” perintah Putra, lalu langsung menggendong Ares dan meninggalkan mereka begitu saja.

Sayup-sayup, Dinda masih mendengar suara Ares yang menangis di pelukan Putra.

“Papa... jangan malah-malah...” isaknya.

“Miss Dinda, maafkan saya,” ucap Nita dengan nada penuh penyesalan.

Dinda tersenyum kecil, meski hatinya remuk.

“Tidak apa-apa, Mbak. Kalau begitu, saya pulang dulu, ya.”

Flashback off

"Assalamu’alaikum, Mbak. Kami siap belajar!" seru segerombolan anak SMA yang baru saja memasuki ruang bimbel.

Lamunan Dinda langsung buyar.

"Oh, wa‘alaikumussalam. Kalian sudah datang, ya? Ayo, kita langsung mulai belajar," ucapnya sedikit linglung, mencoba kembali fokus.

Meski suara tawa dan celoteh para siswa memenuhi ruangan, pikiran Dinda masih tertinggal di rumah itu.

---

TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA DAN MEMBERI DUKUNGANNYA.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MENGAJAR CINTA   45. Hari yang Berbelok

    SELAMAT MEMBACA SEMUANYA...Angin sore dari balkon kamar hotel membawa aroma susu coklat yang samar. Dinda duduk di tepi ranjang, jemarinya memainkan ujung selimut tanpa sadar. Langkah cepat Cindy terdengar mendekat, diikuti bunyi pintu yang terbuka tergesa. "Bagaimana?" tanya Dinda pelan, matanya mencari jawaban di wajah sahabatnya. Cindy menarik napas panjang, lalu menatap Dinda dengan sorot ragu. "Maaf, Din... lo nggak jadi ikut. Tiketnya harus dikasih ke Pak Harry." Senyum tipis mencoba menghiasi wajah Dinda, meski dadanya mengeras. "Iya, nggak apa-apa. Lagian, itu memang hak beliau," ujarnya, suaranya nyaris tak terdengar. "Tapi kan lo ikut gue karena mau nonton seminar itu," Cindy terdengar penuh penyesalan. Matanya memanas, tapi Dinda tetap diam. Cindy menatap ke arah jendela, kesal. "Lagian, si Harry ini kenapa plin-plan banget? Katanya nggak mau ikut, eh sekarang malah mau. Itu pun bilangnya mendadak!"

  • MENGAJAR CINTA   44. Di balik Wajah Datar

    SELAMAT MEMBACA SEMUANYA...Setelah menempuh perjalanan hampir dua jam setengah, Putra akhirnya menepikan mobilnya di sebuah rumah makan untuk makan siang.Ia menoleh sekilas, mendapati ketiga penumpangnya masih terlelap. Bahkan Dinda baru saja ikut tertidur sekitar setengah jam lalu. “Dinda, bangun sebentar,” panggil Putra pelan. Dinda mengerjap, matanya masih berat. “Sudah sampai, Mas?” tanyanya dengan nada linglung. “Kita makan siang dulu,” jawab Putra singkat. “Bangunkan temanmu.” Dinda mengangguk pelan, lalu menyentuh bahu Cindy untuk membangunkannya. Sementara itu, Putra memilih langsung mengangkat Ares ke gendongannya. Bocah itu masih terlelap, kepalanya bersandar di bahu ayahnya, saat mereka melangkah masuk ke dalam rumah makan. Begitu masuk, Putra langsung mengarahkan langkah ke pojok ruangan, memilih meja yang cukup luas untuk mereka berempat. Tak lama, Dinda dan Cindy menyusul lal

  • MENGAJAR CINTA   43. Perjalanan

    SELAMAT MEMBACA SEMUANYA ... Dinda yang baru saja keluar dari rumah terlonjak kaget. "Hai, Ares," sapanya sambil tertawa kecil saat melihat mobil berhenti tepat di depan rumahnya, disusul pekikan semangat dari Ares. "Miss Dindaaa!" teriak Ares lagi dari dalam mobil, masih duduk di atas car seat-nya. "Ye ye ye Miss Dinda!" ujarnya penuh semangat, seperti menyambut idola. Putra menggeleng pelan, tak habis pikir dengan anaknya. "Sabar, Boy..." gumamnya pelan. Flashback on: Putra menarik napas sebentar sebelum melanjutkan, "Masalahnya... Ares ingin kamu juga ikut." Perkataan Putra membuat Dinda terdiam sejenak. "Maksudnya... Ares ngajak aku, ya, Mas?" tanyanya memastikan. Putra mengangguk pelan. Dinda tampak ragu. "Mmm... bagaimana ya, Mas..." Putra buru-buru menanggapi, suaranya terde

  • MENGAJAR CINTA   42. Rencana Liburan

    SELAMAT MEMBACA SEMUANYA...Setelah mempertimbangkan beberapa hal, akhirnya Putra memutuskan untuk mempertimbangkan permintaan Ares. Dua hari yang lalu, Ares memintanya untuk pergi berlibur—bermain ke Dufan. Flashback On "Papa, tadi Kakak Lia celita kalau dia pelnah main di Dufan," cerita Ares pada Putra. Saat ini mereka sedang berbaring di atas kasur Ares. "Terus, apa lagi kata Kakak Lia?" tanya Putra penasaran. Ares memandang wajah ayahnya dengan seksama. "Kata Kakak Lia, di sana banyak pelmainannya. Telus nanti kita bebas main sepuasnya, Papa," jelasnya lagi. Putra mengangguk setuju mendengar ucapan tersebut. Ia mengelus kepala Ares dengan lembut. "Jadi anak Papa ini mau main ke sana juga, ya?" ucapnya, peka terhadap ketertarikan Ares yang tampak ingin mengunjungi Dufan. Putra pun menyadari bahwa ia memang belum pernah sekalipun mengajak Ares ke tempat itu.

  • MENGAJAR CINTA   41. Teman Baru?

    SELAMAT MEMBACA SEMUANYA...Hari ini, Ares dan Nita kembali pergi ke taman. Tepatnya, hanya Ares yang akan bermain, sementara Nita hanya mengawasi dari kejauhan.Ares terlihat sangat senang. Ia duduk di bangku taman bersama Nita sambil memperhatikan anak-anak lain yang bermain. Padahal, Nita sudah mempersilakan Ares untuk bergabung, tetapi Ares memilih tetap duduk di dekatnya. Hingga akhirnya, seorang anak perempuan mendekatinya dan mengajak Ares bermain bersama."Halo, adik kecil," sapa anak perempuan itu pada Ares.Ares yang disapa tiba-tiba langsung memeluk Nita sambil menunduk malu.Nita terkekeh pelan. "Aduh, Adek Ares-nya malu, nih, sama Kakak," godanya sambil mengelus kepala Ares."Ayo, Sayang, sapa balik dong. Gak boleh malu terus gini," bujuk Nita lembut.Anak perempuan itu masih berdiri di hadapan Ares, memandangi wajahnya dengan tatapan gemas."Ah, namanya Ares, ya? Nama Kakak Amelia," ucap

  • MENGAJAR CINTA   40. Tulul Gulung

    SELAMAT MEMBACA AEMUANYA...Sore yang membosankan bagi Ares. Ia hanya berdiam diri di rumah—ya, seperti biasanya juga begitu."Mbak, Yes mau jalan," adu Ares pada Nita yang sedang menyiapkan bahan masakan."Jalan ke mana, Dek?" tanya Nita sambil tetap sibuk mengolah bahan-bahan di dapur."Ke taman. Yes mau, Mbak," katanya."Taman, ya?" Nita mengulang sambil melirik ke jam dinding. Jarum jam menunjukkan pukul tiga sore. "Boleh," putusnya akhirnya."Tapi... boleh nggak, Mbak masak sebentar dulu?" tanya Nita sambil merunduk, menyamakan tinggi badannya dengan Ares.Ares mengangguk setuju. "Boleh, Mbak. Tapi jangan lama ya, Mbak," pintanya.Nita terkekeh pelan. "Tentu! Mbak akan mengeluarkan jurus kilat Mbak buat masak sore ini!"Ares tertawa geli. "Iya, Mbak! Halus kelualkan julusnya!"***Ares dan Nita sudah berada di luar gerbang rumah. Mereka berdua menuju taman dengan menaiki

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status