Share

Dilema

last update Last Updated: 2024-12-26 21:12:55

🏵️🏵️🏵️

“Om yang mana?” Kak Bara bertanya kepada Naya.

“Tadi di depan, Pah.”

“Apa Om yang tadi ke sini, Sayang?” Sekarang, Kak Hana yang bertanya.

“Bukan, Mah. Naya belum pernah lihat Om-nya.” Naya memberikan jawaban sambil menggeleng. Itu artinya, Alex bukan pengirim buket bunga itu. Aaargh! Kenapa aku berpikir kalau pemuda itu yang mengirimnya?

“Ya udah, Naya main lagi, ya.” Kak Hana sepertinya ingin melanjutkan pembicaraan kami tadi. Mungkin dia tidak ingin anaknya mendengar obrolan orang dewasa.

“Iya, Mah.” Naya menyunggingkan senyuman lalu beranjak. Biasanya dia bermain di teras depan.

Terus terang, walaupun saat ini aku tetap memikirkan kehamilanku dan nasibku ke depannya, tetapi aku juga penasaran dengan seseorang yang telah mengirim bunga kepadaku. Apa tujuannya melakukan itu?

Mungkin jika aku tidak sedang mengandung saat ini, aku pasti akan bahagia menyambut perhatian dan kejutan orang yang mengirimkan bunga itu. Namun, kenyataan tidak seindah harapan. Aku justru merasakan sebaliknya.

Bagaimana kalau bunga itu dikirimkan oleh Kak Andrew? Sebelumnya, dia pernah memberiku setangkai mawar merah di kampus. Mungkinkah kali ini, dia sengaja mengirimkan bunga ke rumah? Huft! Kenapa aku harus memikirkan hal seperti ini?

“Siapa yang kirim, Dek?” tanya Kak Hana kepadaku.

“Nggak ada nama pengirimnya, Kak.”

“Tapi ada kertas dan tulisan.”

Aku pun membuka kertas dalam buket bunga tersebut. Terdapat kata-kata yang membuatku makin penasaran. Di situ tertulis kalau si pengirim bunga mengaku tidak akan menyerah untuk mendapatkanku. Ini benar-benar aneh.

“Kakak baca aja.” Aku pun memberikan kertas itu kepada Kak Hana.

“Aneh banget.” Kak Hana mengernyitkan dahi. Sementara Kak Bara langsung meraih kertas itu dari tangan istrinya.

“Semoga ini dari Alex walaupun Naya tadi bilang bukan. Mungkin saja dia lupa wajah pemuda itu.” Aku terkejut mendengar ucapan Kak Bara setelah membaca tulisan yang diselipkan di buket bunga yang aku terima pagi ini.

“Aku juga berharap, Mas.” Kak Hana memberikan balasan.

“Apa, sih, yang kalian pikirkan?” Bunda yang sejak tadi lebih banyak diam, tiba-tiba membuka suara. “Kalian tega menyerahkan Adik kalian pada orang yang telah menghancurkan hidupnya?”

Aku bingung harus berpihak kepada siapa. Di satu sisi, aku juga tidak ikhlas menikah dengan orang yang tidak aku cintai dan telah menghancurkan impianku. Namun di sisi lain, aku tidak mungkin membiarkan perutku makin membesar tanpa suami. Apa yang harus aku lakukan?

🏵️🏵️🏵️

Hari ini Senin, aku tetap melakukan rutinitas seperti biasa, mengikuti perkuliahan di kampus. Namun, aku tidak memiliki semangat untuk mendengar penjelasan dosen. Badanku terasa lelah dan kepala juga pusing. Apa mungkin ini bawaan janin dalam perutku?

“Kok, bengong?” tanya Ayu—sahabatku, setelah dosen keluar kelas.

“Aku kurang enak badan, Yu,” jawabku sambil memijat kepala.

“Kenapa nggak istirahat aja di rumah?” Ayu memegang keningku. “Badan kamu panas, nih. Aku panggil Kak Andrew, ya.” Aku sangat terkejut ketika Ayu menyebutkan nama pemuda itu.

“Untuk apa? Kamu ada-ada aja, Yu.” Aku tidak setuju dengan saran Ayu.

“Justru dia yang memintaku untuk hubungin dia kalau kamu butuh bantuan.”

“Apa? Kak Andrew bilang gitu?” Aku kembali terkejut.

“Iya.”

“Nggak usah, Yu. Tinggal satu mata kuliah lagi, kan, pulang. Aku masih sanggup, kok.” Aku tetap tidak ingin meminta bantuan kepada Kak Andrew, apalagi dengan keadaanku sekarang. Aku harus sadar kalau aku sedang hamil. Aku nggak pantas dekat dengan laki-laki lain.

Ayu pun kembali duduk ke kursinya karena dosen mata kuliah selanjutnya telah memasuki kelas. Aku harus yakin akan tetap bertahan hingga perkuliahan selesai. Jangan sampai dosen dan teman sekelas tahu tentang apa yang terjadi terhadapku.

“Kamu pulang sama siapa?” Aku dikagetkan Ayu setelah mata kuliah selesai. Aku sedang mengemasi buku-buku lalu memasukkannya ke dalam tas.

“Aku naik taksi online, Yu. Tadi aku sengaja diantar Kak Bara dan Kak Hana karena malas bawa motor.” Kakakku dan istrinya bersedia mengantarku ke kampus sebelum mereka ke kantor tadi.

“Ikut aku aja.”

“Maaf, Yu … aku naik taksi aja.” Aku tetap menolak ajakan Ayu.

“Kamu serius, Ly?”

“Iya.”

“Ya udah, kita ke depan bareng.”

Aku dan Ayu pun beranjak meninggalkan kelas. Ayu langsung menuju parkiran, sedangkan aku berjalan ke pintu gerbang untuk menunggu taksi online yang telah aku pesan. Namun, aku sangat terkejut melihat sosok yang sedang berdiri di samping Rush putih tidak jauh dari pintu gerbang. Apa tujuannya ke sini?

“Ly, tunggu!” Aku mendengar teriakan Kak Andrew dari belakang. Sementara sosok yang berdiri tadi, kini berjalan ke arahku. Kenapa aku dihadapkan dengan kedua pria itu?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MENGANDUNG BENIH BOS DUDA    Kejujuran

    🏵️🏵️🏵️Aku sangat tahu apa yang Mbak Amira harapkan saat ini. Dia pasti menginginkan perdebatan antara aku dan Mas Alex. Namun, aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Aku akan menunjukkan kalau dia tidak akan pernah berhasil meregangkan hubunganku dengan Mas Alex.“Iya, Mas … saya tahu. Saya sangat mengenal suami saya dan wanita ini.” Aku melihat ke arah Mbak Amira.“Tadi dia tersungkur, Sayang. Katanya kakinya terkilir dan nggak bisa berdiri. Saya hanya mencoba untuk memberikan bantuan.” Mas Alex memberikan penjelasan. Aku tetap membalasnya dengan respons baik walaupun hati kecilku tetap tidak terima dengan tindakannya terhadap Mbak Amira.“Mas nggak perlu jelasin. Saya tahu niat Mas hanya untuk nolong mantan istri Mas.”“Terima kasih, Sayang. Saya akan telepon Dimas untuk membantunya.” Mas Alex langsung meraih ponsel dari saku kemejanya lalu menghubungi asisten pribadinya.Tidak sampai dua menit, laki-laki yang selalu membantu Mas Alex selama bertahun-tahun, akhirnya memasuki

  • MENGANDUNG BENIH BOS DUDA    Kaget

    🏵️🏵️🏵️Hari ini merupakan acara tujuh bulanan kehamilanku. Aku sangat bersyukur karena kegiatan tersebut berjalan dengan lancar. Semua anggota keluarga dan para undangan memberikan selamat dan doa terbaik untukku, tidak terkecuali dengan Tante Mira dan Kak Andrew.Tiga bulan yang lalu, kebenaran tentang kejahatan wanita yang menjebak Opa Rama telah terungkap. Ternyata alasan Tante Mira sangat membenci Opa Rama karena menganggap orang tua itu tidak bertanggung jawab. Tante Mira mengaku tidak tahu kalau Opa Rama yang telah membiayai kebutuhannya sejak dalam kandungan.Selama hidupnya, Tante Mira selalu percaya dengan ucapan Bu Rahmi—ibunya, tentang Opa Rama yang diakui kejam dan lari dari tanggung jawab. Oleh karena itu, Tante Mira pun sangat membenci ayah kandungnya sendiri hingga berniat untuk balas dendam.Sementara Mbak Indah yang berstatus sebagai keponakan yang menyayangi keluarganya, turut membantu menjalankan niat dan rencana Tante Mira. Dia tidak hanya sekadar suka terhadap M

  • MENGANDUNG BENIH BOS DUDA    Kebenaran

    🏵️🏵️🏵️Mas Alex mematikan telepon setelah mengucapkan terima kasih kepada Dimas. Dia pun langsung duduk di tempat tidur lalu mengembuskan napas berat. Aku tahu bagaimana perasaannya saat ini, walaupun aku tidak mengalami apa yang dia rasakan.Aku pun memilih berdiri di depannya lalu mengusap pipinya. “Mas jangan terlalu banyak mikir. Saya nggak mau Mas sakit. Mas juga harus ingat anak kita.” Aku mendekatkan tangannya ke perutku.“Iya, Sayang. Saya nggak apa-apa, kok. Nanti malam, kita ngomong sama Papa dan Mama untuk memberitahukan kenyataan ini. Mereka pasti ngerti bagaimana cara menyampaikannya ke Opa dan Oma.” Mas Alex mengusap-usap perutku lalu menciumnya. Dia pun memintaku duduk di sampingnya.“Iya, Mas,” jawabku setelah duduk.“Rasanya masih seperti mimpi, ya, Sayang, kalau saya dan Andrew ternyata sepupuan. Kenapa baru terungkap sekarang? Itu juga berawal dari kekejaman dia dan ibunya yang menculik kamu.” Mas Alex tampak kesal.“Mungkin dengan kehadiran saya ke rumah ini, mer

  • MENGANDUNG BENIH BOS DUDA    Kenyataan

    🏵️🏵️🏵️Apa mungkin kecurigaanku terhadap Kak Andrew memang benar? Aku merasakan sesuatu yang aneh ketika dia tiba-tiba berada di jalanan sepi setelah Bu Mira menurunkan aku kala itu. Aku sengaja tidak bertanya kepadanya karena ingin segera tiba di rumah.“Ada apa, Sayang?” Ternyata Mas Alex menyadari perubahan sikapku.“Saya melihat Kak Andrew jalan bersama Bu Mira, Mas.” Aku pun mengatakan apa yang kusaksikan.“Bu Mira?” Wajah Mas Alex tampak mengalami perubahan.“Iya, Mas. Wanita yang menculik saya.”“Apa? Jadi, Andrew kenal dengan wanita itu?” Mas Alex pun menepi lalu menghentikan mobilnya.“Saya juga heran, Mas. Mereka tadi masuk mall itu.” Aku menunjuk pusat perbelanjaan yang baru saja kami lewati.“Saya akan meminta Dimas ke sini untuk menyelidiki mereka. Kalau sampai Andrew terlibat dalam penculikan kamu saat itu, saya akan memberinya pelajaran.” Mas Alex menunjukkan wajah marah. Dia pun menghubungi Dimas—asisten pribadinya.Aku tahu bagaimana perasaan Mas Alex saat ini, apal

  • MENGANDUNG BENIH BOS DUDA    Heran

    🏵️🏵️🏵️Selama ini, aku berpikir kalau Mbak Indah sudah ikhlas menerima hubunganku dan Mas Alex karena sejak pertemuan terakhir kami kala itu, dia tidak pernah menunjukkan dirinya lagi. Namun, ternyata aku salah karena dia ingin mencelakai aku secara diam-diam.“Kenapa Mbak setega itu?” tanyaku kepada Mbak Indah.“Apa? Kamu bilang aku tega? Justru kamu yang telah menghancurkan harapanku untuk bersatu dengan Alex! Kehadiranmu juga menggagalkan semua rencanaku!” Dia meninggikan suaranya.“Saya tidak pernah melakukan apa yang Mbak tuduhkan.” Aku tidak terima dengan apa yang dia ucapkan.“Sok lugu kamu!” Dia menyejajarkan posisi denganku lalu mencekal pipiku. “Aku makin muak melihatmu.” Dia pun kembali berdiri.“Stop, Indah!” Tiba-tiba Mas Alex muncul lalu menghampiriku. Dari mana dia tahu keberadaanku? “Kamu nggak apa-apa, Sayang?” Dia membantuku untuk berdiri.Aku sangat terkejut melihat darah mengalir di pahaku. Apa mungkin ini terjadi karena kram di perutku? “Mas, ada darah,” ucapku

  • MENGANDUNG BENIH BOS DUDA    Fakta

    🏵️🏵️🏵️Kenapa Mbak Amira masih menghubungi Mas Alex? Dia bahkan mengirim pesan yang sangat menyakitkan. Bisa-bisanya wanita itu mengingatkan hari pernyataan cinta Mas Alex kepadanya beberapa tahun yang lalu. Apa dia lupa sudah punya suami? Menyebalkan!“Siapa yang kirim pesan, Sayang?” tanya Mas Alex.“Mas lihat aja sendiri. Saya mau mandi. Saya mau ke rumah Bunda hari ini. Kemarin, kan, nggak jadi.” Aku menyerahkan ponsel Mas Alex dan memutuskan untuk mandi karena ingin menghindarinya. Aku lebih baik menjaga jarak darinya dengan cara mengunjungi Bunda.“Kita mandinya bareng aja, ya, Sayang. Terus, sama-sama ke rumah Bunda.” Dia menaruh kembali ponselnya ke nakas sebelum membaca pesan masuk yang dikirim Mbak Amira.“Saya ingin pergi sendiri. Mas lupa ini hari apa?” Aku ingin tahu, apakah dia masih mengingat awal bersatunya hubungannya dengan Mbak Amira sebagai sepasang kekasih dulu.“Ini Minggu, Sayang. Saya nggak mungkin lupa. Jadi, kita bisa ke rumah Bunda seharian.” Dia memberika

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status