Share

Episode 5

Pagi ini aku masih sembunyi-sembunyi tak berani menatap langsung ke arah Edmund. Aku sangat malu. Apakah dia juga merasakan hal yang sama? Baiklah, lupakan jika Edmund adalah manusia tanpa malu. Asal dia punya kemaluan saja! Astaga, Em. Masih pagi. 

Aku menggeleng, dengan pikiran kotor yang terlintas di kepalaku. 

Aku sedang mengintip Edmund yang serius dengan pekerjaannya, dia menekuni banyak dokumen di depannya sambil memakai kaca mata baca. Shit! Bahkan harus kuakui dia sangat tampan pagi ini. Apapun yang melekat dengan pria itu tampak sempurna. 

Edmund sepertinya sengaja membuatku satu ruangan dengan dirinya agar dia bebas menyiksaku. Terkadang aku merasa seperti hewan peliharaan Edmund. Tapi tunggu! Seekor anjing peliharaan saja masih disayang-sayang. Mungkin aku seperti ulat bulu di mata Edmund. 

Tidak ada pekerjaan berat yang dia lakukan, hanya saja saat dia memerintah apapun yang kulakukan selalu salah di matanya. 

Mejaku berada di pojok dan terpisah jauh dari Edmund, berada di belakang pintu masuk, jika orang lain masuk dan hanya berdiri di depan pintu tidak akan menyadari meja kerja milikku. 

Hal yang kulakukan adalah membuatkan kopi untuk Edmund, setelah itu menemani di kemana dia pergi. Kecuali ke toilet. 

"Periksa laporan ini dan meringkasnya. Aku tak mau menambah kerjaan. Dan setiap laporan yang masuk disortir terlebih dahulu apakah layak diberi pada boss atau tidak." 

Aku menatapnya polos sambil menelan ludah gugup. Dan menarik dokumen tersebut, job desc paling menyusahkan yang pernah kutemui dalam hidupku, ditambah boss super menyebalkan seperti ini. 

Aku menarik dokumen dalam map warna kuning dan membaca, berulang-ulang dan memahami apa maksudnya sebelum memberi pada boss besar. Baiklah Em, sepertinya pekerjaan ini bukan hanya membuatmu menderita tapi nyawa berada di ujung tanduk. 

"Pastikan, untuk makan siang milikku tidak terlambat. Kau bahkan membakar roti saja gosong." Aku pura-pura menatap hal yang lain, saat Edmund mulai mengomel. Tadi pagi adalah insiden roti gosong karena aku sangat malu berhadapan dengan Edmund setelah insiden ciuman itu. 

💰💰💰💰💰💰💰💰💰💰💰💰💰

Aku hanya membuat toast karena gampang dan Edmund tidak mengomel yang aneh-aneh. Bayi beruang itu sedang mandi di kamarnya. Aku juga sudah mandi dan harus siaga membuat sarapan sebelum taring beruang keluar. 

Oh iya, bahkan aku benar-benar jadi seorang budak. Aku juga harus menyiapkan pakaian untuk Edmund seperti seorang istri pada suaminya. Apa yang kau khayalkan, Em? 

Sepertinya pagi-pagi begini aku harus punya tangan sepuluh agar mengerjakan semuanya dalam satu kali. Nasib beruntung memang tak pernah berpihak padaku. 

"Shit!" Aku aku mencium bau gosong dan melihat roti itu sudah hitam. 

"Bahkan sudah pakai mesin kau masih saja ceroboh?" Edmund tiba-tiba muncul dengan kemeja berwarna biru muda tidak dikancing semuanya, rambut acak-acakan dan jambang tipis itu menghiasi wajahnya. Dia benar-benar menggoda imanku. 

"I'm sorry, Sir. Aku memikirkan pakaian apa yang kau pakai hari ini." 

"Buatkan aku kopi." Di rumah kopi, dan aku yakin di kantor juga dia akan meminta kopi. Semoga Edmund mati keracunan kopi. Aku tersenyum saat memikirkan hal gila itu. 

Aku membawa cangkir kopi saat Edmund menaikkan kerah bajunya dan lengan tangannya dilipat ke atas. Apa yang dia lakukan? Apakah pikirannya sedang kusut? 

"Aku buatkan ulang toast ya, Sir. Tuan mau selai apa? Strawberry? Nutella?" 

"Kau tidak bisa berbuat apa-apa." Aku hanya mengepalkan tanganku. Mulutnya saat menciumku terasa manis tapi sekarang begitu pedas. Bahkan dia tidak ingat jika tadi malam dia menciumku dengan begitu brutal, tapi sekarang dia malah mengataiku. 

Aku tidak menghiraukan dan membakar roti itu lagi. 

"Kau bahkan bisa mengatur suhunya." Edmund berdiri di belakangku, saat aku menunggu di depan mesin jangan sampai gosong lagi. Tapi Edmund yang mendekat dengan wangi tubuhnya yang begitu menggoda imanku membuat aku menelan ludah gugup. Wanginya begitu menggoda. Berada di dekatnya membuat otakku bekerja liar. 

Edmund malah yang memanggang roti dan aku berdiri seperti orang idiot memperhatikan tangannya dengan urat-urat yang menonjol itu bekerja dengan sangat baik. 

Dengan cepat aku mengambilnya dan mengoles selai, tapi Edmund malah pergi. Kesal, aku makan sendiri roti itu. 

Biar saja dia mati kelaparan! 

💰💰💰💰💰💰💰💰💰💰💰💰💰💰

"Temankan aku makan siang. Kau sudah menelpon restauran yang mau aku makan?" 

Edmund bilang dia ingin makan makanan Jepang. Aku langsung mencari restoran Jepang terdekat. Dan langsung reservasi restoran Jepang paling lengkap di California. 

Edmund bilang terserah aku mau memesan apa saja. Tentu saja aku akan memesan yang sesuai dengan kesuakaanku atau ada menu aneh aku akan mencobanya. Aku suka mencoba berbagai makanan aneh yang belum pernah kucoba sebelumnya. 

Onogiri, tidak ketinggalan sushi, sasimi, yakiniku (daging panggang) air liarku sudah hampir menetes memikirkan makanan enak itu. Daging super lembut yang meleleh di mulut, tapi membayangkan wajah Edmund yang menyebalkan sepertinya aku akan kehilangan selera makan. 

Sebentar lagi makan siang tapi masih banyak pekerjaan. Aku mengintip ke arah Edmund. Aku sepertinya harus menyiapkan note khusus untuk mencatat apapun karena lupa dan terjadi kesalahan sedikit saja nyawaku melayang percuma. Aku langsung mengelus tanganku merinding. Em, bagaimana mungkin kamu terjebak dengan si setan yang bersikap seenaknya padamu. 

Aku sepertinya harus mengatur ulang apa yang akan kulakukan bersama Edmund agar tal terlalu berbuat kebodohan di matanya. 

Aku harus punya alarm khusus untuk mengingatkan Edmund. 

Aku beranjak dari telpon. Edmund sudah selesai menelpon dan dia menggeser-geser tab miliknya sepertinya ada yang seru di sana. 

"Tuan, sudah jadwal makan siang." Edmund langsung mengangkat wajahnya dan memandangku malas. Sejujurnya aku juga malas berhadapan dengannya. Dasar orag kaya sombong! 

Edmund langsung bangkit dan aku mundur. Aku melihat penampilanku, hari ini aku tampil cerah dengan memakai pakaian berwarna peach menambah kesan ceria walau suasana hatiku menghitam sejak kenal Edmund. Tapi aku akan bertahan untuk membayar utang itu. Setelah semuanya selesai aku akan menghapus memori ingatan jika pernah bertemu dengan setan dan mengasuhnya. 

Edmund langsung berjalan dengan cepat. Aku mengambil tas milikku dan segala keperluan dan berlari mengejar dirinya. Sepertinya aku harus pakai pakaian olahraga agar bebas berharap di saat punya bos yang seperti ini. 

💰💰💰💰💰💰💰💰💰💰💰💰💰

Edmund makan sasimi dengan lahap walau aku makan lebih lahap dari dirinya. Inilah satu-satunya keuntungan yang aku dapatkan saat bekerja dengan si setan ini. Bisa makan enak tanpa takut dompet menangis. 

Kami bahkan minum teh khas Jepang. Suatu hari nanti aku akan jalan-jalan ke Jepang.  Bisa memakai pakaian khas mereka berfoto di depan rumah khas Jepang. Aku jadi teringat film Doraemon. Anggap saja Edmund itu Suneo. 

Aku melihat daging sudah berasap dan siap mengambil untuk memakannya. Tanpa sengaja sumpit Edmund juga menyentuhnya, aku langsung menatapnya dia juga mendengkus kesal. 

Aku menarik sumpit milikku dan makan sushi. Dan melihat keadaan restauran yang tak terlalu ramai. Kebayankan yang berkunjung adalah orang-orang Asia yang rindu dengan kampung halaman mereka. Aku tahu di sini ada China Town. Sebuah gang yang dibuat dengan keadaan menyerupai di China untuk orang-orang Asia yang rindu dengan kampung mereka. 

Aku jadi teringat jika Mommy akan mengalami hal yang sama saat tinggal di kampung Daddy. 

"Cepat makan!" perintah Edmund membuyarkan lamunanku saat aku melihat sebuah sumpit sudah berada di depanku dan daging iris. Aku hanya menatap Edmund seperti orang idiot. 

"Buka mulutnya." Aku membuka mulutku dan dia menyuapkan irisan daging yang kami berebut. Sial! Masih panas, tapi aku berusaha mengunyah walau seluruh lidahku terbakar. 

Aku melihat Edmund makan lagi. 

"Kau harus makan banyak. Kau sangat kurus seperti kambing." Aku langsung mencibir. Mulutnya ada saja untuk merendahkan orang lain. 

"Oh yeah. Tubuhku kurus karena aku sangat tersiksa dengan pekerjaan ini." 

"Utang ditambah satu juta dollar." Rasanya aku ingin mencolok mata Edmund menggunakan sumpit. Dia berbicara seperti orang tak punya otak! 

"Tuan, saya jual ginjal saya saja." 

"Ginjalmu busuk!" 

"Tuan yang busuk hati!" 

"Cepat makan!" Aku langsung makan lagi. Jika aku disumpal dengan makanan terus sepertinya aku harus rajin berolahraga jika tak mau banyak lemak menumpuk. Oh Em, bossmu akan menendangmu jika melihat penampilanmu begitu jelek. 

💰💰💰💰💰💰💰💰💰💰💰💰💰💰

Aku hanya menunggu dengan bosan saat Edmund tidak pulang ke kantor tapi sekarang dia bermain biliar. Ruangan ini sebenarnya sangat cozy tapi bersama Edmund membuatku tak semangat untuk melihat keindahan yang lain, karena dendam yang berlebihan pada dirinya. 

"Siapkan bolanya." Saat semua bola biliar sudah masuk ke dalam aku yang akan menyusun lagi dan Edmund tinggal memasukan ke dalam. 

Aku menyusun bola menjadi segitiga dan meletakan bola putih. Edmund sedang menggodok ujung stick menggunakan kapur. 

"Kau mau coba?" Aku menggeleng, tapi mendekat ke arah stick dan mengambilnya. Percayalah bola-bola itu tidak akan mendarat dengan mulus kalau bisa kena kepala Edmund. 

Aku meniru gaya Edmundo bermain biliar yang berjalan begitu mulus. 

Bukannya masuk ke dalam, bola biliar keluar jalur. Langsung meloncat keluar dan jatuh ke lantai. Edmund sedang minum air. Kenapa dia selalu terlihat tampan di saat dia sedang berbuat apa saja? 

"Kau payah sekali." Aku memungut bola hijau yang jatuh dan meletakan lagi ke dalam. Edmund bergabung dan langsung menembakan dua bola sekaligus masuk, aku bertepuk tangan dengan norak. Dia keren sekali. Kenapa harus ada orang dengan paket komplit seperti dirinya? Edmund adalah definisi sempurna. 

"Begini kau payah. Kau hanya bisa melakukan hal ceroboh." komentar Edmund tapi mengambil tanganku, dia berdiri di belakang dengan memposisikan tubuhnya dan juga tangannya. Konsentrasiku hilang saat aku mencium aroma tubuhnya yang begitu menyengat dan menggoda imanku. 

Aku berbalik sedikit dan pipiku menempel dengan pipi Edmund. Terasa gatal karena jambang-jambang tipis di pipinya. Aku hanya menelan ludahku. Sepertinya aku kehilangan pikiran di saat begitu dekat dengan Edmund sekarang. 

"Kau gadis bodoh!" komentar Edmund saat tangannya mendorong tanganku dan bola putih itu menyentuh bola hitam itu bertemu dan bola hitam masuk. 

"Coba lagi." Aku mencoba agar terlihat mulus seperti Edmund tetap saja bola itu meloncat keluar. 

"Kalau kau bisa memasukan satu bola maka utangmu kupotong $100.000." Aku langsung tersenyum lebar. Akhirnya aku bisa terbebas dari cengkraman iblis ini. Ingatkan aku jika aku bebas aku harus berpesta sampai pagi. 

"Tapi ..." Edmund menjeda kalimatnya, aku tahu tapi yang akan dia sebutkan sangat merugikan diriku. Aku hanya menatapnya polos. 

"Jika kau gagal, maka kau akan mendapatkan hukuman. Dan ingat! Hanya dalam sekali percobaan." 

"Tentu saja aku bisa. Aku tahu nasib baik selalu berpihak pada kebenaran." Aku berkata dengan penuh percaya diri. Ayo buktikan, Em! 

Aku menggosokan tanganku bersemangat, mencoba untuk berkonsentrasi penuh. Kau bisa Em, ayo Em, kamu harus terbebas dari si iblis ini. Aku mencoba menyemangati diriku menarik napas. Melihat Edmund berdiri di ujung meja, sambil menatap diriku. Kurasa ruangan ikut memanas seperti menyemangati diriku jika aku bisa melakukan ini dan menunjukkan pada Edmund aku bukan gadis bodoh dan ceroboh yang dia bilang selama ini. 

Aku menunduk. Mencoba gaya keren Edmund. Semoga nasib baik berpihak padaku. Kau bisa, Em! 

Dengan sekali tembakan, aku bahkan menahan napas. Aku mengangkat wajahku saat Edmund bertepuk tangan. 

Tentu saja aku gagal! 

Edmund tersenyum miring mengejekku. Sial! Harus pakai apa agar aku bisa membalasnya? Sepertinya dia bisa semua hal, dan aku tak bisa berbuat apa-apa selain jadi gadis yang bodoh dan ceroboh. Em, nasibmu sial sekali! 

Edmund berjalan mendekat ke arahku yang hanya berdiri kaku. Merenungi nasibku. 

"Apa yang kau bisa sebenarnya?" bisik Edmund saat mengelus-elus pipiku, aku hanya menatap dirinya dengan ekor mataku. 

Dia membalikan wajahku dan dia menatapku begitu dalam. Aku juga tenggelam dalam mata hijau yang terlihat seperti samudera yang luas dan aku tenggelam di sana. 

"Ini humukanmu." Dia berbisik di wajahku dan aku menutup mataku saat dia menciumku. Bibirnya bergerak perlahan saat dia menempelkan bibirnya aku malah merebutnya dengan begitu rakus dan menutup mataku. Aku mencium Edmund dengan brutal karena aku kesal padanya. Aku memeluk dirinya, bahkan aku sudah meloncat ke atas meja biliard. Lidah Edmund menari-nari dalam mulutku saat tangannya mengelus-elus leherku. Jika hukuman nikmat seperti ini aku tak bisa menolak. 

Aku tidak munafik, dan Emerald adalah seorang gadis mesum butuh belaian. 

Tangan Edmund mencari-cari celana renda milikku dan tangannya mengelus-elus milikku. Aku hanya merapatkan pahaku, tak ingin kehilangan kontrol dan mendesah nikmat karena begitu kentara jika aku sangat menginginkan Edmund sekarang. 

Edmund menahan tubuhku. Aku menutup mataku. Sial! Aku tak ingin dia berhenti. 

Dia menurunkan tubuhku berbaring di atas meja bilard dan mencium leherku. Menyecap dan sepertinya meninggalkan bekas. 

Napas hangatnya terasa di leherku. 

"Kau tahu. Hukuman sesungguhnya bukan itu." bisik Edmund sensual membuat aku menutup mataku sambil menggigiti bibir sudah sangat siap jika kami bercinta yang panas dan liar di atas meja biliard ini. 

"Apa yang kau inginkan?" tanya Edmund. Aku membuka mataku, dan bisa melihat gairah yang terpancar di matanya. Matanya mengatakan jika dia menginginkan tubuhku. 

Aku hanya mengigit bibirku. 

"Utangmu ditambah jadi 1 juta dollar. Dan jangan banyak bermimpi gadis bodoh!" ucap Edmund tanpa dosa sambil mendorong tubuhku. 

Sial! Harga diriku tidak berharga sama sekali di matanya. 

Tapi aku akan membalasnya, suatu hari dia akan berlutut di hadapanku dan memohon-mohon padaku. Tolong dicamkan itu! 

Emerald akan membalas semua perbuatan Edmund suatu hari nanti!

💰💰💰💰💰💰💰💰💰💰💰💰💰💰

Kalian masih terhibur? Aku berharap kalian selalu terhibur 🤩🤩🤩🤩. 

Terima kasih sudah membaca. Jangan pernah merasa bosan🥰🥰🥰. 

I love you guys ❤️❤️❤️❤️❤️. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status