Share

Bab 53

Penulis: Narra Azahra
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-09 17:00:23

Setelah salat Maghrib berjamaah, Zaina duduk tenang di sisi ranjang, matanya tak henti memandangi sosok suaminya yang sedang khusyuk membaca Al-Qur’an. Senyuman tak pernah lepas dari wajahnya malam itu ada rasa hangat yang tak bisa dijelaskan.

Arkana, yang menyadari tatapan Zaina sejak tadi, menghentikan bacaannya dan menoleh pelan.

“Ih, kamu kenapa senyum-senyum terus gitu?” tanyanya heran sambil menutup mushaf.

Zaina menggeleng, senyumnya makin mengembang.

“Aku punya hadiah kecil buat kamu, Mas.”

Arkana mengangkat alis, penasaran.

“Apa tuh?”

Zaina tak langsung menjawab. Ia menyibakkan mukenahnya, berdiri, lalu mengambil sebuah kotak kecil berwarna biru dari atas lemari. Arkana hanya diam, memperhatikan gerak-gerik istrinya dengan penuh rasa ingin tahu.

Begitu duduk kembali di ranjang, Zaina menatapnya sambil menggoyang-goyangkan kotak itu.

“Tebak ini apa?” katanya menggoda.

Arkana menyipitkan mata, mencoba menebak.

“Hmm, dari bentuknya sih jam tangan ya?”

Zaina menggele
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • MENIKAH DENGAN GUS TAMPAN   Bab 77

    Arkana duduk di bangku kayu, menatap kosong ke arah kolam air mancur. Suara gemericik air tak mampu menenangkan pikirannya. Dunia terasa menekannya dari segala sisi. Syifa datang perlahan, langkahnya ragu. Saat Arkana menoleh, mata mereka bertemu tatapan yang dulu asing, kini terasa penuh beban dan luka yang tak diucapkan. "Aku datang," ucap Syifa pelan. Arkana mengangguk, matanya terlihat lelah. Ia memberi isyarat agar Syifa duduk. Keduanya terdiam beberapa saat, hanya suara angin dan anak-anak bermain di kejauhan yang terdengar. "Aku, nyerah, Syif," kata Arkana akhirnya. Suaranya berat, seolah setiap kata menyakitkan. "Aku bakal nikahin kamu." Syifa menoleh cepat, matanya membelalak pelan. "Tapi, kamu bukan pelakunya." Arkana menunduk. Jemarinya menggenggam lutut. "Iya. Tapi aku gak sanggup lagi liat semua ini makin rumit. Aku gak bisa diem terus-terusan. Tapi, aku juga takut. Kalau aku buka suara, Sendy bisa nyakitin Zaina. Aku takut dia tahu Zaina udah tahu semua k

  • MENIKAH DENGAN GUS TAMPAN   Bab 76

    Zaina berdiri sendiri di balik pembatas kaca ruang inkubator. Pandangannya tak lepas dari tubuh mungil yang terbaring di dalam sana. Bayinya, Arzain, terlihat begitu tenang, mengenakan selimut biru muda dengan tabung kecil yang membantu pernapasannya. Meski kondisinya belum sepenuhnya stabil, ada harapan yang menghangatkan hati Zaina saat melihat wajah putranya. Butiran air mata menetes perlahan di sudut matanya, namun senyum tipis tetap bertahan di bibirnya. Zaina menyentuhkan telapak tangannya ke kaca, seolah ingin menyentuh kulit bayi itu. "Ayah kamu gak pernah menyakiti ibu, Nak," bisiknya lirih, suaranya nyaris seperti hembusan angin. "Ibu juga gak tahu kenapa ayah kamu nutupin semuanya dari ibu tapi ibu yakin, pasti ayah kamu cuma lagi berusaha melindungi kita. Caranya mungkin salah, tapi hatinya gak pernah salah." Matanya berkaca-kaca, tapi suara Zaina tetap lembut, menahan emosi yang membuncah. "Ibu dulu sempat kecewa banget sama ayah kamu, Arzain. Tapi sekarang, i

  • MENIKAH DENGAN GUS TAMPAN   Bab 75

    Kaelan memutuskan untuk mengajak putri kecil angkatnya, Aluna, berjalan-jalan ke mall. Setelah sekian lama lebih sering di rumah dan rumah sakit karena kondisi kesehatan Aluna, hari ini gadis kecil itu tampak jauh lebih ceria, bahkan melompat-lompat kecil di sebelah Kaelan. "Mau makan apa, sayang?" tanya Kaelan, menggenggam tangan mungil Aluna dengan lembut. "Es krim, Pah! Es krim cokelat sama stroberi!" seru Aluna semangat, matanya berbinar penuh antusias. Kaelan tertawa kecil, "Oke, asal habis ya. Gak boleh dibuang." "Aku janji!" ucap Aluna, mengacungkan jari kelingkingnya. Kaelan pun membalas kelingking itu, mengikat janji kecil mereka. Mereka berjalan menuju kedai es krim, membeli dua cup kecil. Aluna memeluk cup es krimnya dengan gemas, sesekali mencolek sedikit es krim dengan jarinya sebelum menjilatnya. Saat sedang berjalan menuju tempat duduk, tanpa sengaja, Aluna menabrak seorang perempuan berjilbab yang melintas dari arah berlawanan. Cup es krim di tangannya terjatu

  • MENIKAH DENGAN GUS TAMPAN   Bab 74

    Zaina duduk di ruang tamu, sendirian. Suasana rumah terasa lengang. Arkana dan keluarga lainnya entah pergi ke mana, meninggalkan rumah dalam kesunyian. Tiba-tiba terdengar ketukan pelan di pintu. Zaina, dengan sedikit susah payah, berjalan membukakan pintu. Di depannya berdiri Sendy, membawa sekantong buah-buahan dengan senyum manis yang terasa dibuat-buat. “Halo, Za. Aku bawain buah nih. Sekalian mampir,” ujar Sendy sambil melambai kecil. Zaina menarik napas dalam, menahan perasaannya. Ia memang tidak begitu nyaman dengan perempuan itu. Ada sesuatu dari Sendy yang selalu terasa salah. Tapi Zaina bukan tipe orang yang suka ribut. “Masuk saja,” ucapnya datar. Sendy masuk, duduk santai di sofa, seolah rumah itu miliknya. Zaina kembali duduk, menjaga jarak. Sendy mengamati Zaina sekilas sebelum membuka percakapan. “Gimana kabarmu? Sudah agak baikan?” tanyanya, tersenyum lebar. “Lumayan,” jawab Zaina singkat, tanpa basa-basi. Sendy terkekeh kecil, pura-pura tak memperhatikan n

  • MENIKAH DENGAN GUS TAMPAN   Bab 73

    Lorong rumah sakit terasa lengang, hanya sesekali beberapa orang lewat terburu-buru. Kaelan dengan santai mendorong kursi roda Zaina, membiarkan percakapan kecil di antara mereka mengalir begitu saja. Mereka berbicara ringan, entah tentang kenangan lama atau tentang betapa banyak hal yang sudah berubah. Sesekali, tawa kecil Zaina terdengar, membuat wajahnya tampak bersinar. Seandainya ada orang lain yang melihat mereka, pasti mengira Kaelan adalah suami Zaina. Pria gagah berseragam dokter itu tampak begitu akrab, begitu melindungi. Dari kejauhan, seseorang melangkah cepat, membawa tas jinjing di tangan kanannya. Itu Arkana. Ia baru saja kembali setelah menyelesaikan urusan mendadak, dan kini matanya membulat saat melihat pemandangan itu. Zaina, bersama seorang pria. Bukan suster seperti sebelumnya. Arkana mempercepat langkahnya. "Bukannya tadi kamu sama suster?" tanyanya, suaranya terdengar datar namun mengandung sesuatu yang tak bisa disembunyikan. Zaina belum langsung menja

  • MENIKAH DENGAN GUS TAMPAN   Bab 72

    "Mas, kita harus bicara yang sebenarnya ke Mbak Zaina," ujar Syifa, suaranya pelan tapi mantap. Arkana, yang sejak tadi hanya menunduk dalam diam, akhirnya menatap perempuan itu. "Aku gak bisa terus sembunyiin ini," lanjut Syifa. "Kamu gak salah, Mas." Arkana menghela napas panjang, kepalanya berat. "Aku gak bisa, Sif aku takut. Takut Sendy nekat, ngebahayain Zaina. ngebahayain anakku juga," jawabnya, suaranya penuh kegelisahan. Syifa mengangguk pelan. "Makanya kita lindungi Mbak Zaina sama-sama," katanya, yakin. "Setidaknya, kita kasih tahu dulu ke Mbak Zaina. Urusan yang lain biar nanti aja setelah masalah ini selesai." Arkana tampak berpikir keras. Ide itu memang terasa masuk akal, tapi ketakutannya tetap menggantung di hatinya. "Kalau dia gak percaya sama aku?" gumamnya ragu, hampir putus asa. "Aku udah terlalu banyak nyakitin dia." Syifa tersenyum kecil, mencoba memberi semangat. "Pasti percaya, Mas. Mbak Zaina bukan orang seburuk itu buat gak percaya. Apalagi kala

  • MENIKAH DENGAN GUS TAMPAN   Bab 71

    Zaina berdiri lemah di depan kaca inkubator, menatap bayi mungil yang terbaring di dalamnya. Tubuhnya yang kecil dibalut alat-alat medis, selang oksigen terpasang di hidungnya. Air mata menggenang di mata Zaina. "Lihat dia, Mas," bisik Zaina, suaranya bergetar. Ia sedikit bersandar pada kaca, kedua tangannya mengelus pantulan bayinya di permukaan itu. "Perawakannya... sangat mirip kamu." Arkana yang berdiri di sampingnya hanya diam. Tangannya yang kuat memeluk lembut bahu Zaina, seolah mencoba menguatkan. Ia tersenyum kecil — entah itu senyum bahagia, atau senyum sedih yang sulit ia bedakan sendiri. Hatinya sesak. "Aku takut," lanjut Zaina pelan, matanya tetap terpaku pada bayi mungil itu, "takut nanti dia besar dan tahu kalau ayahnya pernah selingkuh sama tantenya sendiri." Hati Arkana mencelos mendengar itu. Seperti ada pisau yang menyayat pelan dalam dadanya. Ia ingin berbicara, ingin membela diri, tapi lidahnya kelu. Zaina perlahan menarik diri dari pelukan Arkana. T

  • MENIKAH DENGAN GUS TAMPAN   Bab 70

    Arkana melangkah cepat keluar dari musholla, langkahnya berat namun penuh kegelisahan. Sesampainya di depan ruang tindakan, hatinya semakin mencelos. Di sana sudah berdiri Umi Khadijah yang tampak pucat menahan cemas, serta Alana, adik perempuannya, yang baru saja pulang dari Korea. Wajah Alana jelas menunjukkan kekecewaan. Hendri dan Yaya juga masih ada di sana, berdiri dengan wajah tegang. Arkana menghampiri mereka, dan seketika Alana menatapnya tajam. "Mas," suara Alana bergetar, "aku, kecewa sama Mas." Arkana diam, menunduk dalam. "Kalau Mas gak bikin masalah, mbak Zaina gak akan kayak gini," lanjut Alana, suaranya gemetar menahan marah dan sedih. Khadijah hanya menghela napas berat, menahan amarahnya sendiri. Ia sudah menceritakan semuanya pada Alana perselingkuhan, kebohongan, dan betapa kini Zaina harus menanggung semuanya sendirian. Sebelum Arkana sempat bicara, pintu ruang tindakan terbuka. Seorang dokter keluar dengan wajah serius. "Maaf, keluarga dari Ny. Za

  • MENIKAH DENGAN GUS TAMPAN   Bab 69

    Perut Zaina terasa ngilu hebat, membuat tubuhnya ambruk di lantai teras. Ia memegangi perutnya dengan wajah pucat pasi, tubuhnya gemetar. "Zaina!" pekik Khadijah histeris saat melihat Zaina tersungkur. Ia langsung berlari, berlutut di samping Zaina dengan tangan gemetar. "Ada apa ini, ? Ya Allah..." Yaya dan mbak ndalem lain berhamburan keluar rumah. Suasana mendadak ricuh. Arkana yang baru saja hendak masuk ke rumah setelah menjemput barang dari luar, tersentak melihat keributan itu. Tanpa pikir panjang, ia menerobos kerumunan. "Umi! Ada apa ini?" serunya panik. Khadijah menoleh dengan wajah panik, matanya berkaca-kaca."Zaina, Nak dia tiba-tiba sakit perut. Umi nggak tahu kenapa!" suaranya bergetar, penuh kecemasan. Melihat Zaina mengerang kesakitan, Arkana langsung berlutut di sampingnya, menggenggam tangan istrinya. "Zaina, denger aku. Kamu harus kuat ya, Aku di sini," ucap Arkana, nadanya penuh kepanikan. Dengan sigap, ia menoleh ke Khadijah. "Umi, aku bawa Zai

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status