"Paman Fu," panggil Bo Han
"Tenanglah Tuan Muda, aku akan mengantarmu ke tempat yang aman," ujar asisten Fu.
Dengan darah yang terus mengalir deras, asisten Fu berusaha keras untuk mempertahankan kesadarannya dan berkonsentrasi untuk tetap bisa melajukan mobilnya. Bo Han teringat pesan Zyan agar tidak cengeng, jadi dia menahan tangisnya agar tidak pecah meski air matanya terjatuh.
"Paman Fu," panggil Bo Han lagi dengan suar melirih.
Asisten Fu sambil melihat peta, mengikuti arah jalan ke kantor polisi terdekat, setelah sampai asisten Fu benar-benar sudah tidak bisa menahan sakit luka tembaknya dan pingsan. Melihat itu adalah kantor polisi, Bo Han segera saja keluar dari mobil dan pergi masuk ke dalam kantor polisi.
"Tolong! tolong aku!" pekik Bo Han dengan suara menggema di kantor polisi.
"Apa ada sesuatu yang terjadi?" tanya salah satu petugas wanita.
Bo Han segera saja menarik tangan petugas wanita tersebut, dan membawanya ke mobiln
Tubuh Rui menggeliat di dalam sungai, berusaha mengeluarkan diri dari kedalaman sungai, Terbiasa berenang dan menyelam tanpa alat bantuan sedari kecil membuat Rui mampu menahan nafas lebih lama di dalam air.Hosh!Hosh!Hosh!Rui pun berhasil keluar dari kedalam air sungai, dengan sisa-sisa tenaga yang dimiliki, Rui berenang ke bibir sungai. Dengan sedikit merangkak Rui pun merebahkan dirinya di tanah dan rerumputan. Dalam sayup kedua matanya, Rui menatapi langit yang mulai menggelap."Zyan," gumam Rui lalu kehilangan kesadarannya.Tidak membutuhkan waktu lama deru helikopter terdengar menggema, mencari mensusuri setiap area. Nyonya Muda Liu harus segera ditemukan jika ingin memiliki masa pensiu
Ketika sampai di rumah sakit, Bo Han langsung saja berteriak rindu memanggil Rui, "Mama," teriak senang Bo Han."Mama!" panggil Bo Han lagi tapi kali ini dengan terisak sedih memangis dan mata yang memerah.Zyan langsung saja menggendong Bo Han, "apa sudah lupa dengan apa yang Papa ajarkan," ujar Zyan."Tidak Papa" Jawab Bo Han seraya menghapus air matanya."Rui pun melebarkan kedua tangannya, melihatnya Zyan langsung saja memberikan Bo Han kepangkuan Rui.Bo Han langsung saja menyusutkan badannya kedalam pelukan Rui, "terima kasih," ujar Rui tersenyum kearah Su Lin dan Feng Chen."Jangan sungkan, karena kita berteman baik, maka Bo Han juga adalah putraku," ujar Su Lin."Aku akan melihat asisten Fu," ujar Zyan."Papa!" panggil Bo Han."Bolehkah aku juga ikut menjenguk Paman Fu, " pintanya."Tentu saja," jawab Zyan seraya menggendong Bo Han dan pergi menuju ke kamar
Keesokan paginya mereka bertiga dibangunkan oleh deheman dari dokter, Bagaimana pun juga Rui adalah pasien, tidak seharusnya istirahatnya diganggu dengan tidur bersama seperti itu meskipun mereka adalah satu keluarga.Zyan pun terbangun, "ah dokter," ujarnya lalu segera berdiri dan menggendong Bo Han.Dengan wajah memerah malu-malu Zyan mempersilahkan dokter untuk memeriksa keadaan Rui. Bo han masih tertidur dengan kepala menyandar di bahu Zyan. Dokter memastikan jika keadaan Rui sudah baik-baik saja dan sudah bisa di perbolehkan pulang."Terima kasih, dokter," ujar Rui."Mama!" panggil Bo Han yang baru saja bangun."Apakah kita sudah bisa pulang?" tanya Bo Han."Ya tentu saja." jawab Rui."Papa! aku ingin belajar kungfu," ujar Bo Han."Kungfu?" tanya balik Zyan."Jika besar nanti aku akan melindung
Baru saja sembuh beberapa hari, tapi asisten Fu sudah sigap lagi bekerja mengurus hal ini dan itu. Sementara Helen lebih banyak termenung ketika sedang bekerja. Hari ini Feng Chen sengaja membawa Su Lin untuk melihat-lihat perusahaan. Begitu melihat Helen, Su Lin langsung saja menghampiri, "Hei kau kenapa?" tanya Helen yang melihat Su Lin sedang menundukan kepalanya seperti sedang dalam posisi tidur. "Ah.... selamat pagi Direktur Feng," sapa Helen yang melihat Feng Chen berdiri di sebelah Su Lin. "Emm..." jawab Feng Chen seraya mengangguk. Feng Chen pun masuk ke ruangannya, sementara Su Lin mengambil kursi di sampaing Helen, "apa kau merasa sakit?" "Tidak," jawan pelan Helen.
Setelah mengetahui Rui tak bisa memakan nasi, maka Zyan meminta kepala Koki untuk tidak menyajikan nasi selama masa kehamilan Rui ini. Bo Han pun ikut setia kawan dengan Papa-nya itu untuk tidak ikut memakan nasi. Karena tidak memakan nasi, maka kepala koki memasak lebih banyak aneka jenis lauk ketika makan pagi, siang dan malam.Zyan benar-benar menjaga Rui seperti Rui adalah sebuah kaca kristal yang mudah pecah, semenjak Rui hamil maka Zyan pergi terlambat ke kantor dan pulang lebih cepat. Baginya mengawasi Rui dengan mata kepala sendiri adalah hal yang penting, bahkan Zyan pun benar-benar menahan diri untuk tidak menyentuh Rui.Frekuensi menghubungi Rui Via ponsel pun menjadi sering, itu hanya untuk mengingatkan apakah sudah memakan buah, apakah sudah memakan sup kesehatannnya, apakah sudah tidur siang dan hal lainnya. Bahkan Zyan tidak meragu mengistirahatkan rapat beberapa men
Ketika sudah terlelap, nampak dalam tidurnya. Asisten Fu seperti sedang bermimpi buruk lalu terbangun berteriak memanggil nama Ellina. Nafas Asisten Fu terlihat tidak beraturan karena teringat kejadian belasan tahun yang lalu, kejadian yang merenggut nyawa Eliina. Hal yang tak pernah diinginkan terjadi oleh asisten Fu, selama ini asisten Fu selalu menyalahkan dirinya, jika dirinya adalah penyebab kematian Ellina.Keesokan paginya, dikamar utama nampak Rui masih duduk di ranjang besarnya. Rui terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu. Zyan sudah memakai rapi setelan jas-nya dan bersiap untuk pergi bekerja. Melihat Rui yang seperti sedang menerawang sesuatu, Zyan pun duduk di sisi rajanjang mereka."Sedang memikirkan apa?" tanya Zyan."I-itu..." jawab Rui meragu.Rui mendekatkan dirinya kepada Zyan, "mengapa asisten Fu terlihat sangat dingin kepada wanita?""Maksudmu kepada Helen?" jawab sekaligus tanya Zyan kepada Rui."Iya dengan Helen," tu
Zyan dan asisten Fu tiba rumah utama, asisten Fu mengatur para pelayan tentang bawaan-bawaan mereka, agar pelayan tidak salah menyimpan. Ini adalah akhir pekan, jadi Helen juga masih menginap di rumah utama. Helen sudah bangun lebih awal dan melakukan joging di pagi hari. Helen segera masuk ke dapur, karena merasa haus, Helen membuka kulkas dan mengambil sebotol air mineral. Ketika menoleh ke pintu, Helen terdiam karena menlihat asisten Fu tengah berdiri disana."Uhuk, uhuk," Helen terbatuk karena merasa canggung."Kau sudah kembali," sapa Helen dengan tergugup."Emm…" jawab asisten Fu mengangguk.Asisten Fu berbalik melangkah keluar dari dapur. Namun, Helen mengejar langkah asisten Fu dan menarik lengan asisten Fu, "bagaiimana dengan kabarmu?" tanya Helen."B-baik…" jawab asisten Fu.Asisten Fu melangkah lagi tak ingin berlama bertatap dengan Helen. Namun, malahan Helen mencegat langkah asisten FU,
Su Lin menutup sambungan telponnya, "tunggu disini yah, ada seseorang yang harus aku bujuk," ujar Su Lin seraya mengedipkan matanya kepada Helen dan bergegas masuk ke ruangan Feng Chen.Baru saja masuk dan menutup pintu, tiba-tiba saja tubuh Su Lin di peluk dari belakang oleh Feng Chen, "ingin pergi bermain tanpa menemuiku dulu!?""Astaga! kau mengagetkanku saja," ujar Su Lin.Feng Chen pun menciumi leher Su Lin, mengecup-ngecup leher Su Lin. Sampai-sampai Su Lin merasa merinding. Su Lin melepaskan tangan Feng Chen yang sedang memeluki pinggul rampingnya itu. Teringat ada tugas yang harus dijalankan, bermesraan dengan Feng Chen maka akan mengacaukan misi dan janji Su Lin hari ini."Ishh..., ini di kantor lho," Su Lin mengingatkan."Ini ruangan aku, tidak sembarang orang berani dan diperbolehkan masuk kesini," ujar Feng Chen.Su Lin menarik tangan Feng Chen, lalu mereka berdua duduk di sofa. Su Lin menjelaskan maksud dan tujuannya datang untu