Di rumah sakit, Rui mengambil selimut dari lamari lalu menatanya di sofa. Zyan melihat Kakek Liu sebentar, lalu keluar dari kamar Kakek Liu. Rui menoleh ketika mendengar pintu geser terbuka.
"Apa kau akan menginap disini?" tanya Rui.
"Tidak," jawab Zyan cepat.
Rui menggigit-gigit bibir bawahnya, berpikir ada An Ran di rumah mereka untuk apa Zyan memilih tidur di rumah sakit.
"Jika kau begitu mencintai An Ran, mengapa tidak melepaskanku?" tanya Rui.
Zyan berjalan mendekati Rui, lalu mendorong Rui ke dinding. Zyan melihat tulang selangka Rui yang terlihat indah. Zyan merasa tak tahan, lalu mulai mencium leher Rui dan turun ke tulang selangka Rui. Setelah tanda merah di tulang selangka Rui terlihat barulah Zyan melepaskan Rui da
Feng Chen melihat, Zyan keluar dari Ruang VIP. Mengikuti firasatnya, Feng Chen melangkah masuk. Feng Chen tertegun melihat rupa Rui yang berantakan, lalu segera menghampiri."Apa yang terjadi? apa si brengsek itu yang melakukannya?" tanya Feng Chen.Baru saja Feng Chen berdiri, ingin mencari Zyan untuk membuat perhitungan, namun Rui menarik tangan Feng Chen."Pria brengsek itu adalah suamiku, Direktur Feng tidak usah memperhitungkan dengannya," ujar Rui.Rui tak ingin ada ribut-ribut dan malah membuat hubungan Feng Chen dan Zyan semakin tidak baik.Feng Chen menahan amarah dihatinya, "aku antar kau pulang," ujar Feng Chen."Beristirahatlah," ujar Feng Chen lagi.
Rui menguatkan hatinya dan melangkah pulang, Rui melihat Zyan dan An Ran sedang duduk di sofa. Rui menimang-nimang apakah akan memberitahu tentang kehamilannya ini. Baru saja ingin mengatakan, namun An Ran sudah mematahkan niat Rui.An Ran menyandarkan kepalanya di bahu Zyan, dan mulai bersikap manja. Zyan mengusap lembut puncak kepala An Ran. Rui pun mengurungkan niatnya, dan berlalu pergi masuk ke kamarnya.Rui tak tahan melihat pemandangan yang baru saja dilihatnya. Betapa pun Rui tidak menginginkan pernikahan ini, namun Zyan adalah laki-laki pertama yang menyentuh dirinya, dan sekarang sebagian gen Zyan sedang bertumbuh di tubuhnya. Jadi tidak mungkin jika Rui tidak menaruh harapan pada Zyan, ada sekeping hati untuk Zyan, namun itu terasa menyakitkan.Rui mengepak pakaiannya, Rui berencana tinggal di rumah sakit menemani Ka
Assisten Fu juga sama terkejutnya ketika mendengarnya, Nyonya Muda Liu tengah hamil namun mereka tidak mengetahuinya sama sekali.Perawat membawa Rui keluar ruangan IGD, Zyan mengikutinya. Zyan menatapi wajah Rui yang terpulas dan terlihat pucat itu.An Ran merasa senang, karena foto-foto yang Tang He kirimkan telah berhasil menprovokasi Zyan, bahkan membuat Rui kehilangan bayinya. Tang He memiliki keahlian fotografi yang tinggi. Karena itu An Ran meminta bantuannya.Tak ingin membuat Zyan menyalahkan dirinya dan berlaku baik kepada Rui, maka An Ran berpikir saatnya mengeluarkan foto yang ada di ponselnya.An Ran datang ke rumah sakit, melihat Zyan sedang menjaga Rui, hatinya merasa iri. Selama ini, selama menjalin hubungan dengan Zyan. Jika dirinya zakit
Rui menghabiskan hari-harinya di Villa dalam kesendirian, bahkan Zyan tidak mengizinkannya menggunakan ponsel. Rui memutuskan menghabiskan waktunya dengan hal-hal yang berharga. Rui meminta peralatan untuk merajut. Lalu Rui mulai merajut pakaian bayi, sepatu bayi dan yang lainnya bahkan tanpa sadar merajut sebuah syal untuk zyan.Berbulan-bulan Zyan tidak datang, Hari ini asisten Fu menjemput Rui. Pelayan menyiapkan satu set pakaian berwarna putih."Ada apa ini?" tanya Rui dengan hati was-was."Nyonya, saatnya pergi ke pemakaman," jawab Asisten Fu."Pemakaman?" tanya Rui."Tuan Mu, akan dimakamkan," jawab Asisten Fu."Ayah …. ayah …. tidak mungkin," jawab Ru
"Direktur Feng," sapa Helen.Feng Chen menoleh, dan mengambil tas yang Helen bawa, lalu bergegas ke kamar tamu untuk bersalin.Helen pergi ke kamar Rui, Helen melihat Rui terduduk di ranjangnya dengan tatapan kosong."Rui," panggil Helen lembut."Helen," jawab Rui."Apa demamnya sudah turun?" tanya Helen."Ya aku baik-baik saja?" jawab Rui.Helen pun memeluk Rui menenangkan Rui, "Tenanglah kau tidak sendirian" hibur Helen.Feng Chen mengetuk pintu kamar Rui, "makanan sudah siap, ayo kita sarapan!" ujar Feng Chen."Kami akan segera kesana,"
Di kaca jendela, Rui memandangi wajahnya. Mata Rui memerah, memikirkan kali ini dia benar-benar harus mengandalkam diri sendiri untuk hidup. Meninggalkan rumah kenangan bersama ayah dan ibunya, bahkan memalsukan kematiannya.Di hotel paramount saat terjadi kebakaran, Rui yang memang memiliki kemampuan memanjat karena sering bermain di hutan, segera saja memanjat pintu toilet dan berhasil keluar. Namun api begitu cepat menjalar, ketika ingin mencari jalan keluar Rui melihat salah satu petugas kebersihan terlihat pingsan. Rui menghampiri dan memeriksanya, wanita itu sudah tidak bernafas.Rui pun tiba-tiba memiliki ide menukar pakaian mereka, lalu melepas cincin pernikahannya dan memakaikannya kepada petugas kebersihan tersebut.Semua kejadian begitu cepat, salah satu tamu ternyata adalah jaringan teror, mereka meracik bom dalam k
Meski mendapatkan perlakuan kasar dari Wen Ran namun Rui acuh tak acuh, hidup bersama dengan Zyan sungguh telah menguatkan hati Rui untuk menghadapi hal buruk. Rui tetap membalas perlakuan Wen Ran dengan baik.Sementara itu setelah, kepergian Rui. Zyan memutuskan kembali ke London, dan menitipkan perawatan Kakek Liu kepada Bibi Ye.An Ran tidak bisa mengikuti Zyan ke London, karena terikat kontrak pekerjaan selama tiga tahun diTong City.Selama Zyan menetap di London, An Ran sering datang ke rumah utama untuk menjenguk Kakek Liu.Di depan Bibi Ye, maka An Ran akan bersikap sangat lembut. Akan mengajaknya berjalan-jalan ke taman, mendorong kursi roda Kakek Liu. Setelah itu An Ran akan berdiri di depan Kakek Liu, berakting seakaan-akan sedang menghibur Kakek Liu deng
Wen Ran mulai menyiapkan kamera dan lain-lainnya. Rui melihat-lihat foto di kamar Wen Ran.Televisi di kamar Wen Ran sedang menyala, Rui menoleh ketika mendengar berita bahwa An Ran akan bertunangan dengan Tuan Muda Liu. Rui terdiam mendengarkan berita itu, tak terasa air mata Rui terjatuh."Kau kenapa?" tanya Wen Ran."Aku …. aku hanya terlalu senang, karena akan memberi lebih kepada Nenek Han."Ish …. kau ini cengeng sekali," ujar Wen Ran sambil tertawa.Rui segera menetralisir perasaannya, "sudah tidak terkait satu sama lain, tak perlu merasa sedih lagi," gumam Rui.Wen Ran merasa jika masih ada yang kurang, "Bagaimana jika kita pergi ke kota, ada yang harus ki