Share

KARMA

Bab 5

“Aku akan membantumu mengusut kasus ini sampai tuntas, Elsa.” Abyasa yang masih menggendong Davina, menegaskan.

“Jika kau tidak suka, anggap saja ini untuk keluargamu. Untuk Davina dan kedua orang tuamu,” lanjutnya saat sadar sorot tidak suka di mata Elsa.

“Aku hanya ingin keadilan untuk kalian. Karena ini bukan murni kecelakaan. Ini kesengajaan.” Suara Abyasa lembut dan meyakinkan.

Elsa membuang muka. Walaupun sangat marah dengan Abyasa, tetapi tak ayal perkataan lelaki itu mengusik hatinya. Kesengajaan? Ada dalang di balik kebakaran itu? Siapa yang sudah tega melakukan kepadanya?

Elsa memang belum bersedia memberi keterangan apa pun terhadap petugas kepolisian. Selain masih sangat shock, kondisi sang ayah yang urgent membuatnya harus mendahulukan keselamatnya. Urusan dengan polisi bisa diurus belakangan. Karyawan yang meninggal di tempat pun, belum ia lihat kondisinya.

“Kesengajaan?” Dinar yang menyusul, menyela. Keningnya berkerut dalam. “Apa maksudnya dengan kesengajaan?”

Abyasa berbalik menghadap Dinar yang kepo. Wajah lelaki itu sangat serius.

“Maksudnya jelas, Bu. Jika kebakaran yang terjadi di restoran Elsa dan sekitarnya bukan murni kecelakaan, ada oknum yang sengaja menciptakannya. Ada sabotase.”

Dinar mengerjap masih dengan kening berkerut.

“Siapa? Apa ada orang yang membenci Elsa? Atau kamu memang punya musuh?” Dinar melirik Elsa yang juga tengah menduga-duga. Siapa yang melakukannya seandainya benar ada dalang di balik semua ini?

“Belum diketahui orangnya, Bu. Makanya saya menyarankan Elsa mengurusnya, agar pelakunya segera dicari.”

“Tapi jangan sembarangan menuduh juga, ya. Jatuhnya fitnah kalau tanpa bukti.” Dinar menuding wajah Abyasa.

“Atau jangan-jangan kamu pelakunya?” Dinar semakin menggila.

“Maksud Ibu?” Abyasa menatap heran.

“Bisa saja kamu pelakunya. Agar Elsa tidak memiliki apa pun dan akhirnya tergantung dengan kamu.”

Abyasa tersenyum geli setelah beberapa saat menatap tak percaya wanita paruh baya di depannya. Bagaimana ibu mertua Elsa itu bisa terpikir ke sana? Lelaki itu menggeleng.

“Di sebelah ruko Elsa juga ada ruko saya, Bu. Bagaimana mungkin saya membakar ruko Elsa, sedangkan milik saya juga ikut ludes?”

Bola mata Dinar bergulir ke segala arah.

“Ya … bisa saja kamu mengorbankan sedikit hartamu untuk mendapatkan yang lebih besar.”

Kening Abyasa bekerut. Ucapan ibu mertua Dinar semakin tidak masuk akal. Ia tahu jika wanita itu tidak menyukainya, tetapi terlalu mengada-ada jika tuduhan itu disematkan kepadanya.

Abyasa ingin kembali menyangkal, saat Elsa gegas bangkit untuk menengahi.

“Sudahlah, kenapa kalian malah berdebat?” Elsa menatap ibu mertua dan mantan suami pertamanya bergantian dengan mata lelahnya.

“Pak Abyasa, terima kasih atas saran Anda. Kalaupun benar ada orang yang sengaja melakukannya, saya akan mengurusnya nanti dan tentu saja tanpa bantuan Anda, saya akan urus sendiri,” lanjutnya seraya ingin mengambil tubuh Davina yang sejak tadi menempel dengan Abyasa.

Ajaib, Davina menolak digendong Elsa. Gadis kecil itu memeluk leher Abyasa semakin erat. Wajahnya menyuruk manja di pundak sang lelaki. Semua orang dibuat tidak mengerti dengan ulah anak itu.

Bahkan setelah Elsa membujuknya dengan berputar ke belakang tubuh Abyasa agar dapat melihat wajah Davina, anak itu tetap tidak mau terlepas dari Abyasa.

Dinar yang melihat itu tentu saja murka. Wajahnya yang sejak tadi sudah merengut, berubah merah padam. Telunjuknya langsung menuding wajah Elsa dan Irma.

“Apa yang kalian ajarkan selama ini kepada cucuku? Kenapa ia jadi lengket dengan orang asing?” Setelah mengatakan itu cukup keras, kedua tangannya merebut paksa Davina. Namun, lagi-lagi anak itu menolak. Davina semakin memeluk erat Abyasa. Tangisnya akhirnya pecah.

Elsa yang tidak menyangka Dinar melakukan ini, berusaha melepaskan tangannya dari tubuh Davina.

“Ma, jangan dipaksa seperti ini. Tidak baik untuk Vivi.”

“Ini semua salahmu, salah ibumu yang tidak becus mengurus anak. Lihatlah hasilnya!” Bukannya melepaskan tubuh Davina, Dinar semakin menariknya sambil mengumpat. Kegaduhan pun seketika tercipta.

Adrian yang sejak tadi hanya diam menyimak, membantu Elsa melepaskan tangan sang ibu agar tidak memaksa Davina.

“Ma, jangan begini. Ini rumah sakit. Tidak pantas ini, Ma. Sebaiknya kita bujuk Vivi pelan-pelan.” Adrian mencoba memberi pengertian, tetapi Dinar yang kemarahnnya sudah di ubun-ubun, semakin menggila.

Umpatan Dinar berbaur dengan tangisan Davina yang ketakutan dan semakin memeluk Abyasa. Kegaduhan semakin tak terkendali, hingga keributan lain datang.

Seseorang datang meneriaki Elsa dan langsung menjambak rambut wanita itu. Sumpah serapah dan tangisan dari mulut orang itu, berbaur jadi satu.

Elsa yang kesakitan dan kaget, menjerit sebelum menutup mulutnya sendiri saat sadar telah menambah kegaduhan di sana. Namun, rasa panas dan perih di rambutnya tak dapat ditahan. Wanita itu mencoba melapaskan tangan si penjambak yang terus menyalahkan Elsa dengan sumpah serapah berhamburan dari mulutnya.

“Apa yang kau lakukan hingga suamiku meninggal dengan mengenaskan begitu, hah? Dasar bos tidak becus! Bodoh! Kalau tidak mengerti cara membuka usaha, diam saja. Tidak perlu membuka restoran yang hanya membuat suamiku mati di dalamnya. Aku menuntutmu, wanita bodoh! Aku tidak terima ini. Kau merenggut nyawa suamiku. Kau membuatku menjadi janda, dan anak-anakku menjadi yatim. Kau membuat kami kehilangan tulang punggung keluarga dan satu-satunya sumber kehidupan. Tapi kau bahkan tidak menampakkan batang hidung sama sekali untuk meminta maaf. Padahal suamiku sudah menjadi arang karena ulahmu!”

Wanita yang menjambak rambut Elsa terus berteriak histeris seraya manarik rambut Elsa membabi buta. Elsa hanya bisa menangis merasakan perih di kulit kepalanya. Adrian dan Irma berusaha melepaskan jambakan wanita yang seolah kesurupan itu. Kegaduhan semakin menjadi-jadi karena Davina yang ketakutan ibunya diperlakukan seperti itu, menangis semakin keras. Belum lagi gunjingan orang-orang yang datang menonton.

Para perawat dan petugas rumah sakit berlarian ikut menenangkan situasi. Dan semua kegaduhan itu baru berakhir saat beberapa petugas keamanan melerai dan mengamankan semuanya.

**

Di sini mereka sekarang, di sebuah ruangan kecil yang terpisah dengan bangunan utama rumah sakit. Petugas mengamankan wanita yang ternyata istri dari karyawan Elsa.

Wanita itu masih menangis pilu di salah satu kursi di temani seorang keluarganya. Sementara Elsa di ruang sebelah, memeluk Davina yang ketakutan. Adrian sendiri memeluk mereka berdua setelah menjadi perwakilan keluarga menyelesaikan masalah ini.

Masalah berakhir secara kekeluargaan. Pihak Elsa yang diwakili Adrian, berjanji memberi santunan untuk keluarga korban hingga anak-anaknya lulus sekolah lanjutan atas. Sebenarnya Elsa sudah merencanakan semuanya. Hanya saja kondisi sang ayah yang masih memerlukan perhatian, membuatnya belum sempat mengurus karyawannya itu. Siapa sangka kejadian memalukan ini keburu terjadi.

Kondisi berangsur aman terkendali. Hanya Elsa yang terus meringis merasakan panas dan perih di kulit kepalanya, saat suara Dinar terdengar di ruangan itu.

“Mama yakin jika semua musibah ini terjadi karena kau tidak bisa menjaga diri, Elsa. Ini semua karma karena kelakuan gatalmu. Mama yakin kau sudah mengkhianati David bahkan saat ia masih hidup.”

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Isnia Tun
Si nenek lampir benar² ya...kasihan sekali kamu Elsa cobaanmu bertubi tubi
goodnovel comment avatar
Kenzo Nova Yandi
jangan" ni sekongkol..ibu mertua am ankny
goodnovel comment avatar
Zubaidah Zubaidah
yaa Alloh..ini konflik bener2 level nenek moyangx konflik...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status