Share

BAB 97. Marah

Wajah merah padam Tabitha menjadi pemandangan pertama saat Sakha muncul di rumah pada pukul sebelas malam.

"Sayang, kok belum tidur?" Sakha tetap memangkas jarak meski sang istri menunjukkan gelagat tidak ingin berdekatan dengannya, yang telat pulang ke rumah itu.

Sebenarnya, ekspresi Tabitha tidak tampak menakutkan. Pipi gembil yang semakin menonjol karena rambut pendeknya dan perut buncitnya yang terbalut daster selutut itu membuat wanita itu malah tampak manis dan memesona. Namun, tentu saja Sakha tidak akan mengucapkannya terang-terangan di saat sang istri sedang marah. Itu cari mati namanya.

"Bee—"

"Nggak usah pegang-pegang!" Tabitha berkacak pinggang. Dasternya terangkat naik dan kedua sisi daster di pinggangnya sedikit tertarik oleh kedua tangan, semakin menunjukkan perut bulatnya yang berisi calon bayi mereka.

Sakha batal merengkuh sang istri dalam pelukan. "Aku beliin kamu sate Padang. Tadi kamu katanya pengen—"

"Kamu pikir aku bakal nggak marah lagi cuma dengan sogokan
naftalenee

Duh aku jadi gatel pengen bikin Tabitha lebih marah lagi. Enaknya diapain ya mereka berdua?😝😝😝 Lanjut???

| Like
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sophia Setiawan
xixixixi... iya dikerjain aja Thor Sakha nya, nyebelin emang ...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status