[Yunani 2026] Tabitha terbangun dari tidurnya karena mendengar suara debur ombak yang menyapa telinga. Ketika kedua matanya telah sepenuhnya terbuka, wanita itu langsung dihadapkan pada pemandangan indah yang membuat senyum manisnya terukir. Yaitu punggung liat suaminya yang tak terbalut sehelai kain menjadi yang pertama Tabitha lihat. Laki-laki itu berdiri membelakanginya, dengan kedua tangan bersandar di pagar balkon kamar. Senyumnya melebar kala sang suami menyadari kalau ia telah bangun dan sosok itu berbalik untuk menatapnya. "Selamat pagi, Istriku." Sapaan itu membuat wajah Tabitha memerah. Gara-gara panggilan yang terdengar manis itu juga kemarin Tabitha berakhir telanjang di atas tempat tidur sesaat setelah mereka tiba di kamar dengan pemandangan menakjubkan itu. Mereka bergumul di atas ranjang hingga tengah malam, sama-sama banjir peluh dan kelelahan, tetapi banjir kenikmatan. Tanpa sempat menikmati pemandangan yang disuguhkan salah satu pulau di Yunani yang menjadi dest
[November 2020]"Kita cerai aja, Kha. Aku nggak bisa melakukan ini lagi. Aku nggak bisa ngelanjutin pernikahan kita."Setelah seharian tidak terlihat di rumah, tidak bisa dihubungi−entah sengaja mematikan ponsel atau kebetulan baterai ponselnya habis−Tabitha akhirnya pulang, menerobos ruang kerja Sakha dan tiba-tiba mengatakan hal yang tak masuk di akal.Sakha berbalik untuk menghadap sang istri yang menatapnya garang."Kamu bicara apa, sih, Bee? Kamu abis dari mana aja? Aku hubungin berkali-kali dari tadi tapi hape kamu nggak aktif."Dan Sakha masih bisa menanggapinya dengan santai. Karena sehari-hari hidup bersama Tabitha, istrinya itu memang sering mengucapkan hal-hal yang tak masuk akal. Meski kali ini rasanya terlalu ganjal.Tanpa menunggu jawaban Tabitha, Sakha memutar kursinya untuk kembali menghadap laptop yang menampilkan folder berisi foto-foto liburan dadakannya dengan Tabitha bulan lalu."Sini deh, Bee, aku kasih lihat sesuatu," lanjut Sakha tanpa menoleh ke arah Tabitha.
[Desember, 2020]?Jikalau kau cintaBenar-benar cintaJangan katakanKamu tidak cinta?Lirik lagu yang terlantun dari radio itu seperti tengah menyindir Tabitha yang beberapa saat lalu baru saja keluar dari ruang sidang. Ruang eksekusi yang nantinya akan mengantarkan Tabitha pada gerbang perpisahan yang sesungguhnya.Berat. Rasanya sangat berat harus melewati proses yang baru saja dimulai itu. Tadi, saat melangkahkan kaki ke parkiran, Tabitha tiba-tiba terhuyung dan nyaris ambruk. Ia sudah akan tersungkur jika tidak refleks berpegangan pada tembok. Hari ini adalah sidang pertama yang akan membebaskan wanita itu dari status menikah menjadi janda−status yang sesungguhnya sangat ia benci−yang hanya dihadirinya seorang diri. Sakha, yang sebentar lagi akan menjadi mantan suaminya itu, tidak hadir ke persidangan. Tidak pernah sama sekali bahkan sejak proses mediasi. Tabitha tidak tahu di mana Sakha berada sekarang. Tabitha juga tidak tahu kabarnya sama sekali. Laki-laki itu meninggalkan ru
[Maret 2021]“Lo kenapa belum siap-siap, Kha?” tanya Alex saat muncul di rumah Sakha saat hari masih cukup pagi. Matahari bahkan masih malu-malu menampakkan diri.“Lo jam segini ngapain ke sini?”Dari tempatnya duduk, Sakha balik bertanya seraya sedikit mendongak untuk menatap Alex, sahabat sekaligus pengacara yang mengurus perceraiannya dengan Tabitha. Tatapan laki-laki itu kosong, seolah tidak pernah ada kehidupan yang menyenangkan selama tiga puluh tahun ia hidup di dunia. Sebelum pertanyaannya terjawab ia sudah kembali berpaling ke layar TV yang sedang menayangkan iklan.“Lo mandi, gih. Biar kita nggak telat,” ucap Alex lagi.Sahabat Sakha yang hari ini mengenakan setelan jas necis itu tampak tidak terganggu dengan sambutan dingin sahabatnya. Sebab, Alex sudah cukup terbiasa menghadapi Sakha yang bersikap cuek dan tidak peduli terhadap sekitarnya selama beberapa bulan terakhir. “Ke mana?”Sakha kembali mengajukan pertanyaan. Kali ini tanpa menatap Alex.Meski Sakha sudah tahu ke
[September 2021]Berteman dengan sepi menjadi hobi Sakha sejak enam bulan resmi bercerai dari Tabitha. Tidak ada lagi kegiatan menyenangkan dalam hidup yang bisa membuatnya bergairah. Semangatnya dalam menjalani hidup menguap bersamaan dengan perginya Tabitha dari hidupnya. Jika biasanya Sakha sangat menikmati pekerjaannya sebagai fotografer−ia bekerja untuk National Geographic yang berkantor pusat di daerah Kebon Jeruk−kali ini tidak lagi. Ia masih tetap bekerja karena hanya itu satu-satunya yang membuat dirinya tetap hidup−tidak hanya mengurung diri di kamar yang pengap karena jendela kamarnya jarang dibuka dan berbau asap rokok yang menempel di mana-mana.Dulu, sebelum mengenal Tabitha, Sakha adalah perokok berat. Ia tak bisa menjalani hari tanpa rokok. Setiap pagi, sarapannya adalah secangkir kopi hitam pekat dan sebatang rokok. Tanpa rokok, ia tidak akan bisa bekerja. Dan rata-rata Sakha akan menghabiskan satu bungkus rokok setiap harinya. Seiring berjalannya waktu, saat ia mulai
[Oktober 2021] Rupanya, ibunya tidak main-main saat mengatakan bahwa Sakha harus mulai menjalin hubungan serius dengan wanita baru. Meski Sakha sudah menolak, ibunya tetap memaksa Sakha agar ikut wanita berusia enam puluh tahun itu untuk ikut ke rumah teman arisannya hari ini. “Bu, aku dan Bitha bahkan belum setahun berpisah. Aku nggak mau buru-buru,” kata Sakha saat mobil yang ia setiri keluar dari area perumahan dan bergabung dengan kendaraan-kendaraan lain di jalanan kota Jakarta pagi tiu. Ibunda Sakha itu berkali-kali mematut diri di cermin kecil yang selalu wanita itu bawa-bawa ke mana pun ia pergi. Seraya merapikan kerudungnya, Ibu menjawab, “Cuma kenalan saja, Kha. Daripada kamu mengurung diri terus di rumah. Ibu sedih melihat anak Ibu nggak punya semangat. Ibu rindu anak Ibu yang dulu.” “Menjodoh-jodohkan aku dengan anak teman Ibu juga nggak akan lantas membuat aku kembali menjadi seperti dulu, Bu,” balas Sakha. Laki-laki itu menambahkan dalam hati, “Kecuali aku kembali b
[Oktober 2021] Juda adalah teman mengobrol yang menyenangkan. Itu adalah kesan pertama yang Sakha dapatkan setelah satu jam mengobrol dengan wanita itu. Mereka berdua bekerja di bidang yang berbeda. Sakha adalah fotografer profesional yang bekerja di NatGeo, sementara Juda adalah seorang akuntan yang bekerja di sebuah rumah sakit ternama di Jakarta. Namun, obrolan di antara mereka bisa mengalir lancar. Sakha bahkan tertawa beberapa kali−selama setahun terakhir Sakha nyaris lupa caranya tersenyum dan tertawa lepas−karena lelucon yang dibuat oleh Juda. Bahkan saat Juda mengucapkan kata-kata sarkas pun Sakha bisa terhibur. Selama mengobrol sama sekali tidak ada pembahasan tentang ke mana arah hubungan mereka ke depannya, sebab sejak mereka berkenalan di awal Juda menegaskan bahwa pertemuan itu murni karena permintaan orang tua. Sakha pun tidak mempermasalahkan itu karena ia pun tidak menaruh ekspektasi tinggi pada pertemuannya dengan wanita yang dijodohkan dengannya itu. Juda baru mula
[Maret 2022] Tabitha menatap dua tanaman kaktus yang ia beri nama Kha dan Bee dengan tatapan kosong. Meski kaktus-kaktus itu mengingatkannya pada Sakha−mantan suami Tabitha yang menghadiahkan tanaman itu saat anniversary pernikahan mereka yang kedua−dan selalu menyebabkan rasa sakit di dada, Tabitha tak tega membuang dua tanaman yang masih tumbuh dengan subur itu. Sehingga sampai hari ini, kedua tanaman itu masih Tabitha rawat dengan sepenuh hati meski harus menahan rasa sakit setiap kali bayangan tentang Sakha terlintas di kepalanya. Pernah suatu hari Tabitha menyerahkan dua kaktus itu kepada ibunya untuk dirawat di rumah−beberapa minggu setelah resmi bercerai dari Sakha. Namun, selang dua minggu, mendadak ibunya mengabari jika kaktus-kaktus Tabitha nyaris mati. Tabitha langsung datang ke rumah ibunya untuk mengambil kembali dua kaktus itu−Tabitha bawa ke tempat kerjanya−dan ajaibnya mereka bisa kembali tumbuh dengan baik setelah satu bulan Tabitha mati-matian merawatnya. Kejadian