Share

Bab 138

Penulis: Sidney Fellice
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-09 20:24:01

Setelah beberapa detik menenangkan diri, Lyra akhirnya menghela napas panjang. Tangannya gemetar ringan saat meraih ponsel. Layar sudah berkedip dari tadi. 'Pemilik Hp' memanggil. Ia menatapnya sesaat sebelum akhirnya menekan tombol hijau.

Suaranya belum sempat terdengar ketika Dastan langsung memberondonginya dengan rentetan pertanyaan dari seberang sana.

"Kau di mana?!"

Lyra mengerjap. “Aku sedang di—”

"Kau pergi tanpa Samuel? Apa kau tidak sadar itu berbahaya?!"

“Aku hanya—”

"Apa yang kau pikirkan? Bagaimana bisa kau pergi dengan orang lain tanpa pengawalan?!" Nada suara Dastan naik setengah oktaf.

Lyra menahan napas. Matanya sempat melirik Gary yang berpura-pura sibuk mengecek GPS di layar mobil, meskipun jelas ia pasti bisa menebak percakapannya.

"Di mana kau sekarang?!" Suara Dastan kembali terdengar. Tidak sabar.

Lyra menjawab pelan, “Masih di mobil... di halaman cafe.”

"Cafe?!" Dastan terdengar seperti baru saja membalik meja. "Pegawai Cafe bilang kau belum juga tiba di kanto
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 144

    Mata Lyra menatapnya, lama, dalam, seolah sedang merencanakan sesuatu.Lalu, perlahan, wajahnya mendekat. Bibirnya yang beraroma anggur menyentuh bibir Dastan dengan kelembutan yang membuat dunia di sekeliling mereka runtuh dalam sunyi.Tak ada suara. Tak ada angin. Hanya mereka berdua di dunia yang menggantung di antara realita dan mimpi.Tangan Dastan bergerak meremas pinggang Lyra, seperti enggan melepaskan. Jantungnya berdetak liar, denyutnya seolah menampar dinding dadanya sendiri.Apa yang baru saja terjadi?Ciuman itu bukan hanya sekadar sentuhan bibir. Ada sesuatu di sana. Sebuah rasa yang begitu dalam dan mengoyak logikanya dalam sekejap. Ketika bibir Lyra menyentuhnya, pertahanan dirinya pun jadi porak-poranda. Dia tak lagi bisa berpikir. Tak bisa bergerak sesuai nalar. Hanya hasrat dan keterkejutan yang bergemuruh dalam benaknya.Dastan bersiap membalas. Tangannya baru saja bergerak hendak menarik tubuh Lyra lebih dekat, ketika pelukan Lyra tiba-tiba mengendur.Pagutan mere

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 143

    “Apa-apaan ini, Dastan?! Kami hanya bermain!” Rachel berteriak, buru-buru menghampiri Tommy yang tersungkur di lantai, memegang rahangnya yang berdarah. Dia menatap Dastan seolah pria itu sudah kehilangan akal sehat.Dastan tak menggubris tatapan marah Rachel. Matanya tajam menyorot Tommy, rahangnya mengeras. “Permainan kalian merugikan istriku.”Nada suaranya datar, nyaris tanpa emosi tapi terasa sangat mematikan.Rachel melirik ke arah Lyra yang kini berada dalam dekapan para sepupu wanita, tubuhnya sedikit limbung, wajahnya pucat. Gaun mewah yang dikenakannya justru membuat dirinya terlihat rapuh. Nafas Lyra terengah, menjelaskan bahwa dia baru keluar dari siksaan sosial yang tak kasat mata.“Dastan… kau menghajarku karena dia?” Tommy meringis, mencoba berdiri. “Kau serius? Aku sepupumu, sementara dia? Dia hanya orang asing yang meminjam namamu!”“Diam kau, brengsek!” Dastan mendesis tajam. Tangan kirinya terangkat, tapi bukan untuk memukul melainkan untuk menarik Lyra keluar dari

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 142

    Pria itu tersenyum kecil, menyadari keterkejutan Lyra. Tatapannya tak berpaling, penuh penilaian. Rambutnya disisir rapi ke belakang, jasnya pas di tubuh, aroma cologne mahal samar-samar tercium ketika ia bersandar sedikit lebih dekat dari seharusnya."Maaf jika aku mengejutkanmu," lanjutnya sambil tersenyum tipis."Hai, Tommy... Kenapa kau ke sini? Bukannya bergabung di ruang pecinta cerutu?" Sapa Rachel mewakili sambutan untuk pria itu. Tommy tertawa kecil. "Aku bukan pecinta cerutu, aku pecinta wanita," jelasnya membuat bola mata Rachel berputar. "Dasar playboy." Rachel lalu menoleh pada Lyra. "Tommy ini sepupu kami yang juga tinggal di luar negeri. Dia seorang cassanova," bisiknya di akhir kalimat. Tapi cukup untuk memancing tawa Tommy. "Jangan dengarkan dia, Lyra... aku tak seburuk itu."Lyra mengangguk kecil, mencoba tetap sopan meski naluri dalam dirinya menuntut untuk segera mundur. Aura pria itu mengganggu. Cara dia menatap seolah menelanjangi setiap lapisan kepercayaan di

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 141

    "Ya, itu sangat benar," Rachel menimpali dengan antusias. Tangan Lyra menggenggam telinga cangkir lebih erat, mencoba tetap tenang meskipun dadanya terasa sesak. Di sudut matanya, dia menangkap bayangan Leona duduk elegan di sisi jauh meja, menyesap wine dengan tatapan puas, seolah tahu siapa yang menyebar narasi di balik candaan itu."Ini candaan?" pikir Lyra dalam hati, atau "Isu ini sudah dibisikkan Leona ke telinga mereka lebih dulu?"Dastan meletakkan gelas anggur yang kosong dengan suara cukup keras hingga membuat tawa-tawa samar itu berhenti seketika. Semua mata sontak tertuju padanya. “Istriku bekerja bukan karena dia harus,” ucap Dastan datar. “Dia bekerja karena dia mampu.”Lyra menoleh, matanya perlahan membulat. Dastan tidak menatapnya, hanya terus berbicara dengan tenang namun jelas, “Dan aku sangat menghargai seseorang yang tidak hanya cantik, tapi juga bisa berpikir dan mempunyai prinsip hidup.”Tante Martha mengangkat kedua alisnya, tetapi tak bicara apapun.Dastan m

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 140

    Suasana makan malam mendadak berubah tegang, semua kepala perlahan menoleh ke arah Rachel, layar ponsel, lalu ke Lyra.Lyra tak bereaksi untuk beberapa detik. Itu jelas dirinya. Duduk di sebuah kafe pagi tadi, masih dalam balutan coat tipis, bersama Gary yang hanya tampak dari belakang.Ia cepat menoleh ke Dastan. Ingin tahu bagaimana reaksi sang suami dengan hal itu. Namun pria itu hanya menatap sekilas ke arah ponsel lalu kembali sibuk dengan kursinya sendiri. Ekspresi wajahnya datar. Terlalu tenang.Sikap yang justru membuat Lyra makin goyah. Ia tak tahu, apakah itu pertanda Dastan marah padanya atau justru sebaliknya.Rachel menurunkan ponsel perlahan, lalu memperbaiki posisi duduk kembali, suaranya tetap ringan namun sarat makna.“Seorang teman putriku mengirim ini padanya tadi siang, bertanya apa ini benar-benar istri pamannya? Dia ingin memastikan. Kupikir, daripada menebak-nebak, lebih baik langsung kutanyakan saja, bukan?”Hening. Seolah semua yang hadir ikut menunggu jawaba

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 139

    Tak banyak bicara lagi, Dastan mempercepat langkahnya begitu masuk ke dalam rumah. Dia tahu Lyra pasti masih bersiap di kamar. Rasa kesal dan rasa ingin tahu menyatu jadi satu di dadanya. Dia membuka pintu kamar mereka, mendapati ruangan kosong tapi pintu walk-in closet terbuka sedikit. Tanpa mengetuk, Dastan melangkah masuk. Lyra yang sedang berdiri di depan cermin besar memegang gantungan baju—bersiap melepas gaun dan memakainya—langsung tersentak. “Astaga!” pekiknya kaget. Gaun di tangannya terlepas jatuh ke lantai. Dia membalikkan tubuh dengan cepat, terkejut sekaligus gugup. “Dastan?!” Dastan berdiri di ambang pintu dengan pandangan menusuk. “Kau terlihat seperti sedang menyembunyikan sesuatu,” ucapnya dingin. Lyra menunduk sejenak meraih gaun untuk menutupi tubuhnya yang setengah polos. Berusaha menenangkan diri dan tak menunjukkan betapa jantungan dirinya barusan. “Menyembunyikan apa? Aku hanya sedang bersiap. Tadi harus mencari gaun dulu.” “Dengan asistenmu?”

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status