Share

Bab 147

last update Huling Na-update: 2025-06-15 21:59:30

Sorotan lampu-lampu temaram berpadu dengan gemerlap musik yang memekakkan telinga.

Gadis-gadis berpakaian minim tertawa riang, bergelayut di sisi beberapa pria matang yang sudah setengah mabuk. Di kolam air panas yang luas, Tommy duduk santai dengan gelas di tangan, bersandar di pinggiran kolam seperti raja kecil di tengah istananya.

Segalanya tampak sempurna, sampai keributan kecil terjadi setelah bel pintu berbunyi. Lalu, sebuah suara tegas dan dingin itu mengoyak suasana pesta.

"Jadi ini alasanmu lama mengangkat telepon?"

Semua kepala berputar ke arah suara itu. Musik berhenti. Seperti sihir yang dipecah paksa.

Dastan Adiwangsa berdiri tegak di tengah ruangan, jas hitamnya masih melekat sempurna, namun wajahnya tak menyimpan satu pun senyum. Di belakangnya, Charlie membaca situasi, bersiaga.

Para tamu terdiam, tercekik oleh aura yang menyelimuti pria itu. Suara riak air kolam pun terdengar terlalu keras dalam senyap mendadak yang tercipta.

"Hei, sepupuku!" sambut Tommy tertawa ki
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 151

    Dastan kembali ke rumah lebih awal malam ini.Keluar dari area apartemen Tommy dengan kemarahan yang masih menggantung, dia berharap bisa melupakan semua itu dengan menemui Lyra. Mungkin menghabiskan malam dengan bicara atau melihatnya terlelap.Namun, ruangan demi ruangan ia susuri tanpa hasil.Kamar mereka kosong, begitu pula ruang duduk dan balkon pribadi. Keningnya mulai mengerut saat kembali turun ke lantai bawah. Belum berganti pakaian. Menanyai semua pelayan. "Alba, di mana Nyonya?" tanyanya tajam saat menemukan pelayan tua itu tengah merapikan peralatan makan di dapur.Alba tersentak. "Eh, Nyonya? Nyonya belum kembali, Tuan... dia bilang ada urusan mendadak. Mungkin masalah kantor.""Mungkin?" ulang Dastan, nadanya sangat tidak puas. "Kau tahu tugasmu, Alba?"Pelayan itu langsung membungkuk, wajahnya panik. "Maafkan aku, Tuan. Nyonya pergi tergesa-gesa, aku tidak sempat bertanya banyak. Lain kali, kecerobohan ini tidak akan kuulangi."Dastan menghela napas panjang, mencoba me

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 150

    “Astaga, maaf... sepertinya aku terlalu bersemangat malam ini.” Pria itu tersenyum tanpa rasa bersalah pada Tommy yang masih meringis di tempat. Penjaga yang tadinya berdiri jauh segera mendekat. Membantunya bangkit, walau kembali kena semprot karena lalai. Tubuh Tommy menegak meredakan rasa sakit yang tertinggal, jelas tidak siap dengan kemunculan mendadak pria tinggi berbadan tegap itu. Sorot matanya tajam dan dingin, seperti sedang mengukur seberapa besar masalah yang baru saja ia hadapi.Lyra cepat melangkah mendekati pria itu. Menahan napas, menahan emosi. “Kau dari mana saja? Kubilang lima menit! Ini sudah lebih dari lima menit! Nyaris saja,” cecarnya rendah.“Maaf, Nyonya… dua penjaga di bawah sedikit merepotkan. Aku harus membereskan mereka dulu.” jawab Gary kalem.Mata Lyra membelalak. “Kau membuat keributan di bawah?”“Aku tak punya pilihan. Mereka menghalangiku masuk. Aku hanya menyampaikan pesan dengan cara yang mereka pahami.” ujarnya, mengangkat bahu santai seolah baru

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 149

    Langit Torin makin menggelap, menambah nuansa ganjil di depan griya tawang megah milik Tommy Adiwangsa. Lampu-lampu eksterior menyala remang, menyoroti sudut bangunan yang tampak terlalu sunyi untuk rumah pria yang terkenal gemar mengadakan pesta tengah malam.Tommy tengah melayangkan suara keras pada salah satu penjaga di depan pintu apartemennya. Nada bicaranya kasar, ditambah dengan wajah merah padam akibat amarah dan alkohol yang belum sepenuhnya menguap dari tubuhnya.“Bodoh! Sudah kubilang jangan asal beri akses, dasar—”Suara lift yang terbuka membuatnya melirik dengan waspada. Dia bersiap memaki lagi, atau kalau perlu lari kalau yang muncul adalah sepupunya sendiri. Namun langkahnya terhenti ketika mata itu menangkap sosok seorang perempuan yang berdiri terpaku, membeku di tempat.“Kau?” Tommy berseru kaget.Itu Lyra.Istri Dastan Adiwangsa yang baru beberapa waktu lalu membuat kekacauan dan secara tidak langsung mempermalukannya juga. Lyra terlihat tak kalah terkejut. Matanya

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 148

    Dastan tersenyum puas. "Bicaralah." Tommy terengah. Berusaha menghindari moncong besi yang nyaris menyentuh keningnya. “Kau tahu sendiri kan, keluarga Lyra itu? Mereka... mereka ingin dia jadi menantu Adiwangsa bukan karena cinta atau semacamnya. Itu semua rencana. Supaya dia bisa masuk dan... dan mengeruk harta kita, eh... hartamu.” Dastan menghela napas panjang, seolah mendengar hal yang sudah basi. “Itu saja?” tanyanya tenang. Tommy menunduk. “Itu informasi yang dulu kuberikan ke Leona. Kenapa dia berubah arah, aku tidak tahu. Tapi awalnya memang seperti itu. Keluarga Lyra... mereka tak bersih, Dastan. Dan dia—dia dibentuk untuk menarik perhatian kalian.” "Itu rahasia yang kau maksud?" tanya Dastan penuh selidik. Tommy mengangguk gemetar. "Kau yakin sudah menceritakan semuanya?" tanya Dastan tak percaya. "Tentu saja!" Tatapan Dastan mengeras. “Kau pikir aku belum tahu itu?” Tommy terdiam. Nafasnya tercekat. Ia berharap pengakuannya bisa membebaskannya, tapi ter

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 147

    Sorotan lampu-lampu temaram berpadu dengan gemerlap musik yang memekakkan telinga. Gadis-gadis berpakaian minim tertawa riang, bergelayut di sisi beberapa pria matang yang sudah setengah mabuk. Di kolam air panas yang luas, Tommy duduk santai dengan gelas di tangan, bersandar di pinggiran kolam seperti raja kecil di tengah istananya.Segalanya tampak sempurna, sampai keributan kecil terjadi setelah bel pintu berbunyi. Lalu, sebuah suara tegas dan dingin itu mengoyak suasana pesta."Jadi ini alasanmu lama mengangkat telepon?"Semua kepala berputar ke arah suara itu. Musik berhenti. Seperti sihir yang dipecah paksa. Dastan Adiwangsa berdiri tegak di tengah ruangan, jas hitamnya masih melekat sempurna, namun wajahnya tak menyimpan satu pun senyum. Di belakangnya, Charlie membaca situasi, bersiaga.Para tamu terdiam, tercekik oleh aura yang menyelimuti pria itu. Suara riak air kolam pun terdengar terlalu keras dalam senyap mendadak yang tercipta."Hei, sepupuku!" sambut Tommy tertawa ki

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 146

    "Nyonya, Anda terlihat selalu kelelahan dan kurang waktu saat mulai bekerja."Suara Alba yang lembut namun mengalun tegas itu menyadarkan Lyra dari lamunannya. Malam itu, dia duduk di meja makan dengan secangkir teh yang sejak tadi hanya disentuhnya dua kali. Tak ada selera makan. Tangan kirinya menopang kepala, sementara jari-jari kanan sibuk memijat pelipis yang masih berdenyut pelan.Kepalanya berat, seolah otaknya menolak diajak berpikir jernih saat itu. Sisa mabuk dan muntah semalam benar-benar membuat tubuhnya lemas. Tapi rasa pening yang ia rasakan tak hanya karena itu, melainkan karena kekhawatiran yang lebih besar dari sekadar gangguan fisik."Aku rasa Anda hanya butuh sedikit relaksasi," lanjut Alba sambil menuangkan teh ke cangkir Lyra yang belum kosong. "Jika Anda merasa kelelahan bekerja, sebaiknya lakukan saja pekerjaan ringan yang menyenangkan. Aku bisa mendaftarkan Anda di kelas pilates. Ada banyak grup arisan sosialita juga di sekitar sini, bisa jadi tempat bersosiali

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status