Share

Bab 74

Penulis: Sidney Fellice
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-11 23:51:36

Dastan memejamkan mata.

Kalau dia mengaku... kalau dia bicara... berarti dia menjatuhkan Lyra. Menelanjanginya di depan dunia.

Dan dia tak mungkin melakukan itu. Tidak kepada gadis itu.

Gadis yang malam itu hadir tanpa rencana. Gadis yang menatapnya bukan sebagai CEO, bukan sebagai pria berkuasa... tapi sebagai pria biasa yang kesepian.

Yang tersesat. Sama seperti dirinya.

Dastan membuka mata.

Dia harus cari jalan lain. Perlahan, dia duduk. Menarik sebuah map dan mulai menyusun strategi. Kalau reputasi mereka tak bisa dibersihkan, maka satu-satunya pilihan adalah membelokkannya. Menyeret sorotan ke arah lain.

Dan untuk itu, dia butuh alibi. Dia butuh kontrol penuh atas narasi.

Dan jika perlu… dia harus mengorbankan seseorang.

Tapi, bukan Lyra.

**

Ruang Rapat Utama – Kantor Pusat Adiwangsa Grup

Bisik-bisik canggung mengalir di meja oval panjang, tempat tujuh investor utama duduk dengan wajah tegang. Beberapa tampak menyandarkan diri di kursi, yang lain sibuk dengan laptop, dan satu-dua
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 76

    Di kantor Dastan Adiwangsa. Charlie menggenggam map cokelat di tangannya semakin erat. Tangannya berkeringat, lututnya nyaris lemas. Ia seperti sedang membawa surat kematian untuk dibacakan. Beberapa kali ia mencoba menarik napas panjang untuk menenangkan diri, tapi satu tatapan tajam dari Dastan saja sudah cukup membuat semua udara keluar dari paru-parunya.Dastan menunduk, mengetik cepat di laptop, lalu memindai layar ponsel seolah mencoba mencari celah di tengah kekacauan yang datang bertubi-tubi. Ketegangan di ruangan itu pekat, menyesakkan, seolah siapa pun bisa tersulut hanya karena napas yang terlalu keras.Charlie maju satu langkah. Lalu berhenti lagi.Dering ponsel Dastan kembali menyela. Tuannya itu sigap menerima panggilan masuk. Kali ini, suara di seberang langsung memancing ledakan.“Ada apa?” bentak Dastan.Charlie menelan ludah, mundur setengah langkah.“Mereka ngotot menarik investasi?!”Seruan itu menghantam ruangan seperti gelegar petir. Charlie nyaris menjatuhkan m

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 75

    **Dastan mencoba menahan diri. Rahangnya mengeras. Ia tidak menoleh. Karena melihat wajah itu malam ini, akan meruntuhkan tembok ketangguhan hatinya."Ada banyak rapat di kantor," jawabnya singkat, suaranya datar dan berat, seperti seseorang yang kelelahan dan ingin menyudahi semua percakapan sebelum dimulai.“Aku hanya ingin menanyakan keadaanmu...” Kata-kata itu membuat Dastan kembali terdiam. Masih membelakangi Lyra, jemarinya yang tadi menggenggam gagang pintu perlahan terkulai, namun tubuhnya tetap tak berbalik.“Aku baik-baik saja, tak perlu khawatir,” sambung Dastan pelan, menunduk, seolah berbicara pada lantai—atau mungkin pada dirinya sendiri. Udara di antara mereka jadi pekat, setiap kata menyimpan bara yang siap membakar kapan saja. Tapi Lyra tak bergeming dari tempatnya berdiri di balik bayangan, matanya sayu memperhatikan punggung pria itu. Terasa semakin jauh, meski hanya beberapa langkah dari tempatnya berdiri.Dastan akhirnya menghela napas. Ada ribuan kata ingin i

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 74

    Dastan memejamkan mata.Kalau dia mengaku... kalau dia bicara... berarti dia menjatuhkan Lyra. Menelanjanginya di depan dunia.Dan dia tak mungkin melakukan itu. Tidak kepada gadis itu.Gadis yang malam itu hadir tanpa rencana. Gadis yang menatapnya bukan sebagai CEO, bukan sebagai pria berkuasa... tapi sebagai pria biasa yang kesepian.Yang tersesat. Sama seperti dirinya.Dastan membuka mata.Dia harus cari jalan lain. Perlahan, dia duduk. Menarik sebuah map dan mulai menyusun strategi. Kalau reputasi mereka tak bisa dibersihkan, maka satu-satunya pilihan adalah membelokkannya. Menyeret sorotan ke arah lain.Dan untuk itu, dia butuh alibi. Dia butuh kontrol penuh atas narasi.Dan jika perlu… dia harus mengorbankan seseorang.Tapi, bukan Lyra.**Ruang Rapat Utama – Kantor Pusat Adiwangsa GrupBisik-bisik canggung mengalir di meja oval panjang, tempat tujuh investor utama duduk dengan wajah tegang. Beberapa tampak menyandarkan diri di kursi, yang lain sibuk dengan laptop, dan satu-dua

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 73

    Daniel spontan berdiri."Ayah?! Kenapa belum istirahat?" "Menurutmu aku bisa istirahat di saat genting seperti ini?" geram David kemudian lanjut menyindir, "sepertinya hanya kalian yang bisa berpesta di tengah masalah yang menyerang kita."Darren langsung melangkah maju, panik. "Kakek, aku bisa jelaskan—"David mengangkat satu tangan."Simpan penjelasanmu. Duduk."Suaranya tenang, tapi cukup untuk membuat ketiganya menelan ludah.Kursi rodanya bergerak maju, dibantu ajudan, menuju sisi perapian. Ia berhenti di sana, memandangi botol dan gelas anggur yang berjejeran di meja."Kalian pikir Dastan akan tumbang hanya karena satu isu murahan?"Tidak ada yang menjawab."Dan kalian benar-benar berpikir aku cukup tua untuk tidak mencium bau busuk permainan ini dari jauh?"Darren mengepalkan tangan. Leona saling pandang gugup dengan Daniel.David Adiwangsa tersenyum dingin."Aku hanya ingin tahu satu hal... siapa di antara kalian yang berani menjatuhkan calon pemimpin sah perusahaan Adiwangsa

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 72

    Itu bar tempatnya mabuk setelah memergoki perselingkuhan Darren dan Livia.Lyra menyaksikan video rekaman itu berulang-ulang.Disana terlihat Lyra masuk tergesa ke dalam bar. Lalu beberapa menit kemudian, Dastan terlihat memasuki tempat yang sama, pada tanggal yang sama, seolah menyusul. Puncaknya adalah, mereka keluar bersama sambil bergenggaman tangan dan Lyra jelas terlihat mabuk. Narasi di video itu menggiring opini yang sangat tajam.'Skandal keluarga Adiwangsa kembali menggemparkan! Ternyata ini alasan pertunangan Darren Adiwangsa gagal? Si cantik ini diam-diam punya hubungan dengan paman tunangannya sendiri!'Komentar netizen membanjiri unggahan itu. Sebagian mencibir, sebagian lagi bergosip liar tanpa dasar.Lyra tergagap panik. Napasnya mulai tersendat oleh rasa cemas luar biasa. “Dari mana... siapa yang menyebarkan ini?” bisiknya, nyaris tak terdengar.Nancy menatap sahabatnya lekat. Seolah mencari kebenaran di sana. “Ly, apa ini... benar-benar terjadi? Di belakang Darren,

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 71

    Beberapa detik Talia hanya terdiam, seolah sedang memproses isi pesan dari Lyra.Sekarang, anak itu berani memberinya syarat?Satu pesan segera masuk. Talia membacanya dengan seksama. "Berkas pengalihan saham tetap bersamaku selama 6 bulan."Mata wanita itu melebar. Tiga puluh persen saham Adiwangsa, dokumen sebesar itu, disimpan oleh Lyra?"Untuk keamanan. Dastan sangat protektif. Dia bisa saja mengecek tanpa aku tahu."Talia menatap layar penyeranta dengan mata menyipit, wajahnya tegang namun penuh perhitungan. Helaan napas panjang meluncur dari hidungnya. Ada sedikit geli yang menyelinap di ujung bibirnya. Bukan karena marah—justru karena kagum.“Gadis licik…” gumamnya pelan. “Akhirnya kau juga tahu cara bermain.”Ia menatap layar sekali lagi sebelum mengetik balasan:"Baik. Simpan itu baik-baik. Aku tidak akan menuntut berkasnya sekarang. Tapi kau tahu, Lyra... waktu kita tidak banyak."Talia menggigit bibirnya. Lalu menambahkan:"Ayahmu akan dapat pengobatan terbaik, aku akan pa

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 70

    "Eh, bahumu!" Lyra berseru mengingatkan."Jangan khawatir, ini sudah sembuh," jawab Dastan mematahkan usahanya yang mencoba mengalihkan situasi.Akhirnya gadis itu terbungkam, Dastan mendekatkan wajah. Nafas mereka hampir beradu, membuat udara di antara mereka terasa makin menyesakkan. Lyra yang masih terperangkap dalam pelukan itu panik setengah mati. Tapi tubuhnya seperti membeku, tidak mampu melawan, apalagi melarikan diri.Dengan napas tercekat, akhirnya dia memilih menutup mata. Pasrah.Tubuhnya berjengit saat sebuah kecupan ringan yang menggetarkan, berlabuh di keningnya. Sangat lembut. Sangat hati-hati. Mata Lyra pun terbuka perlahan. Dia tidak tahu harus berkata apa. Namun Dastan menatapnya begitu tenang, seolah itu bukan hal baru untuk mereka. "Sebagai ucapan terima kasih karena sudah melalui semua kesulitan ini bersamaku," ucap Dastan pelan, hampir seperti bisikan. "Dan… karena kamu tetap di sini."Wajah Lyra memanas. Dia langsung menghindari tatapan pria itu dan mendorong

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 69

    Langkah Dastan terhenti tepat di depan pintu kamar Lyra. Tangannya terangkat, siap mengetuk, namun sebelum jari-jarinya menyentuh permukaan kayu, daun pintu lebih dulu terbuka dari dalam. Lyra muncul dengan rambut tergerai dan mata sedikit bengkak, namun dengan senyum cepat yang ia tarik di wajahnya begitu melihat siapa yang berdiri di sana.“Kenapa ke sini?” tanyanya pelan, terkejut tapi berusaha terdengar santai. Tatapannya kemudian berpindah ke Alba yang berdiri beberapa langkah di belakang Dastan. Pelayan itu hanya mengangkat bahu, tak tahu harus menjawab apa.Dastan tidak langsung menjawab. Dia hanya menatap Lyra lekat-lekat, mencoba membaca isyarat di balik raut wajah tenang itu. Tapi Lyra tampak pandai menyembunyikan kegundahan. Tak ada sorot mata redup, tak ada isak tersamar. Hanya ekspresi polos dan netral yang seperti disengaja.“Ada apa?” tanya Lyra lagi, kali ini lebih lembut. “Kau seharusnya tidak banyak gerak. Bukankah dokter bilang kau harus istirahat penuh agar proses

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 68

    Talia menatap puas. Tangan Lyra gemetar menggenggam lembaran-lembaran hasil pemeriksaan medis dari dalam amplop. Helaan napasnya tertahan ketika matanya menelusuri kalimat demi kalimat.Diagnosis terbaru. Penurunan fungsi vital. Potensi komplikasi.Laporan dokter menyebutkan bahwa obat-obatan yang biasa diberikan mulai dihentikan secara bertahap karena alasan administratif. Ada catatan kecil di bagian bawah: "Atas permintaan keluarga wali pasien."Lyra menatap Talia yang kini duduk dengan kaki bersilang di jok mobil mewah. Matanya berkaca-kaca. "Kenapa kau melakukan ini?" Suaranya serak, lebih seperti bisikan penuh guncangan.Talia mengambil kembali map itu dengan tenang, lalu memasukkannya kembali ke dalam tas kulit mahalnya. “Mau bagaimana lagi?” ucapnya santai. “Keuangan keluarga Sasmita mulai goyah. Bisnis terus melemah. Perusahaan butuh penyokong baru, atau setidaknya, penghubung yang bisa membuka akses ke kekuasaan dan modal yang lebih besar.”Lyra menoleh ragu ke arah rumah

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status