Share

Bab 77

Penulis: Sidney Fellice
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-13 17:00:31

Di meja kerjanya yang berantakan dengan dokumen dan sisa kopi dingin, Charlie menoleh kesal ke arah ponselnya yang kembali menyala.

Panggilan masuk: Alba

Untuk ketiga kalinya.

Charlie mengerang pelan sambil menekan tombol reject.

“Astaga, nenek tua ini… apa dia kira bicara dengan Tuan itu perkara gampang? Aku hampir mati di sini,” gumamnya sambil menoleh cepat ke arah ruangan utama, tempat Sang Tuan sedang duduk.

Dastan tampak seperti bom waktu dengan sumbu yang tinggal hitungan detik. Matanya fokus memelototi layar laptop, ponselnya tak lagi diaktifkan. Jari sang bos tampak mengetik cepat. Rahangnya mengeras. Urat di lehernya tegang.

Charlie bahkan tak berani batuk untuk saat ini.

Saat ia mencoba mematikan suara ponsel, gerak-geriknya tertangkap.

“Panggilan dari siapa?”

Suara berat Dastan langsung mengiris udara. Lirikannya mengarah ke Charlie dengan tajam.

Charlie gugup. “I-ini hanya… panggilan tidak penting, Tuan.”

“Tidak penting?” Suara Dastan terdengar tidak percaya. “Kalau begit
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 86

    Gedoran Nancy akhirnya berhenti.Mungkin dia sudah menyerah atau pergi mencari bantuan. Tapi keheningan itu justru membuat napas Lyra kian sesak. Di dalam ruang rias yang kini terkunci, hanya tinggal dia dan Darren. Dan mata lelaki itu tak berpaling darinya sedikit pun."Baiklah," desis Lyra akhirnya, suaranya berat karena ketegangan. "Aku akan membantumu. Aku akan bicara pada pamanmu... Aku akan minta dia membereskan skandalmu."Darren menyeringai. "Kau berpikir terlalu lama, Lyra..." Ia berjalan mendekat dengan langkah pelan tapi pasti. "Sekarang aku berubah pikiran."Lyra menegang. "Apa maksudmu?"Sebelah alis Darren naik. "Bagaimana kalau kau ikut denganku saja?"Lyra tercekat. Ia mundur satu langkah, dua langkah, punggungnya hampir menyentuh dinding. "Mau apa kau? Jangan mendekat, Darren. Kau gila.""Gila?" Darren tertawa pendek. "Tidak, Lyra. Aku hanya... tercerahkan. Aku lebih pantas jadi suamimu. Aku hanya tidak tahu kalau kau begitu penting di mata keluargaku. Astaga, kakekku

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 85

    Langit masih gelap ketika Alba menuju ke kamar Lyra.Pelayan tua itu berjalan hati-hati membawa nampan berisi semangkuk bubur hangat, telur rebus setengah matang, dan secangkir teh jahe mengepul pelan.“Nona, bangunlah,” bisiknya sambil membangunkan sang majikan, “Anda harus sarapan banyak agar tidak gemetar di pelaminan.”Lyra menggeliat dan terduduk dengan mata yang masih terpejam. Seolah tidurnya baru beberapa menit yang lalu. "Apa sekarang sudah pagi?" tanyanya setengah sadar. "Sudah pagi, Nona. Anda harus segera bersiap menuju ke gedung pernikahan. Nona Nancy sudah menghubungi sejak tadi, dia akan menjemput anda." Penjelasan Alba membuat Lyra sontak tersadar. Matanya terbuka lebar. Astaga, pagi ini benar-benar datang?Hari ini, hari pernikahannya?"Sebaiknya tidak melamun di hari pernikahan, Nona," tegur Alba sebelum pergi.Sementara itu, di ruang makan utama, Dastan duduk sendiri dengan setelan kasual, menyendok sarapan tanpa gairah. Matanya sesekali melirik ke arah tangga. S

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 84

    Dastan yang terkejut menerima serangan mendadak itu hanya bergeming.Ekor mata Lyra menangkap sosok Darren yang berlari tertatih menyeberangi halaman, lalu menghilang dalam kegelapan malam.Selamat.Akhirnya pengganggu itu berhasil lolos.Tapi kini Dastan menatapnya. Dalam. Bingung. Seolah mencoba membaca alasan di balik kecupan tiba-tiba barusan.Tatapan itu membuat tengkuk Lyra meremang.Seketika ia tersadar. Tangannya buru-buru diturunkan. Ia menutup mulutnya sendiri, lalu mundur dua langkah, seperti baru bangun dari mimpi buruk... atau mimpi yang terlalu berani."Maaf…" bisiknya lirih. "Aku…"Alih-alih terganggu, Dastan malah tersenyum. Senyum samar yang justru membuat suasana semakin rumit."Kenapa minta maaf?" tanyanya pelan, langkahnya mendekat. "Kau menyesal?"Lyra melirik sekilas, menunduk cepat. Jantungnya masih berdetak kacau, seolah melarikan diri lebih keras daripada Darren tadi."Aku cuma… mau berterima kasih. Untuk kuenya." Suara Lyra mengecil, hampir seperti gumaman.D

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 83

    Bagaimana dia bisa masuk? Penjagaan di rumah ini seperti benteng. Tidak mungkin dia lewat depan atau belakang. Dia pasti menerobos dari sisi pagar."Bedebah, kau sedang apa di bawah sana?" bisik Lyra penuh amarah, nyaris berteriak."Lyra, kita harus bicara sebentar. Turunlah ke sini, tolong..." Darren berseru memelas.Lyra mengepalkan tangan. "Untuk apa aku melakukan itu, pengkhianat?!"Darren bergeleng pelan, terlihat sangat putus asa. "Lyra, lima menit saja. Aku benar-benar butuh bantuanmu."Lyra mendesis, lalu meraih tisu dari atas nakas, melemparkannya dengan kesal ke arah Darren. "Pergi! Aku tidak sudi bertemu denganmu!"Darren menghindar dengan gesit, tapi tetap memohon. "Ayolah, ini penting. Hanya sebentar!""TIDAK!" hardik Lyra. "KUBILANG PERGI!"Darren mendongak dengan napas kasar. "Kalau kau tidak mau turun, aku yang akan naik ke atas!"Lyra membelalak. "Kau sudah gila?!"Tapi mantan tunangannya itu memang sudah gila. Dia benar-benar mulai memanjat dinding, menjangkau terali

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 82

    Leona duduk terpaku di ruang santai.Layar tablet di tangannya menampilkan rentetan artikel yang baru beberapa jam lalu menjamur di media. Judul-judulnya seperti pisau berkarat yang menggores wajah satu per satu.Video Perselingkuhan Darren dan Livia berseliweran. Menjadi trending topik yang memicu stres.Leona membuang napas panjang, giginya bergemeletuk. Jemari yang selama ini hanya menyentuh gelas kristal dan gaun sutra kini mengepal keras, menahan gemetar yang berasal dari kemarahan. Ia tak peduli dengan lipstik merahnya yang luntur atau rambutnya yang berantakan. Wajah cantiknya terlihat mengerikan dengan mata melotot dan rahang mengatup kaku.Enam dari tujuh potongan video yang beredar, semuanya terjadi di kantor Darren. Di kantor yang seharusnya steril. Di gedung yang punya keamanan ketat dan sistem kontrol tinggi. Dan satu-satunya orang yang berwenang menyebar hasil rekaman CCTV hanyalah..."Dastan," desisnya seperti mantra pembakar.Leona meremas tangan kirinya sendiri, kukun

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 81

    Alarm pagi Lyra sudah mati sejak tiga jam lalu, tapi tubuhnya enggan bergerak. Semalam dia tidur lebih awal karena lelah... terlalu lelah untuk menangis lebih lama. Sekarang, perutnya meraung kelaparan ketika akhirnya ia terbangun. Tanpa semangat, ia berjalan menuju meja makan dengan mata masih bengkak dan wajah kusut. Langkahnya lesu, tapi cukup untuk membuat Alba yang sudah menunggu di dapur segera mendekat dengan tatapan prihatin. “Maaf, Nona... Aku tidak membangunkan Anda,” ucap Alba hati-hati. “Tuan melarang.” Lyra mengangguk pelan. Tak ada tenaga untuk merasa marah atau kecewa. Dia hanya duduk, meraih piring, dan mulai memakan apa pun yang ada di hadapannya. Roti, telur, bubur, bahkan buah potong. Semua ditelannya dalam diam, seolah hanya ingin mengisi kekosongan di perut tanpa memedulikan rasa. Alba menatapnya dengan cemas, tapi tetap melanjutkan tugasnya. “Persiapan pernikahan berjalan lancar, Nona. Tim dekorasi sudah mulai bekerja di aula utama. Gaun Anda sudah dikirim

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 80

    Charlie mengetuk pintu kantor Dastan sebelum masuk dengan langkah cepat, wajahnya sedikit ragu.“Tuan… ada yang ingin bertemu,” ucapnya pelan.Dastan mengangkat alis, jarum jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Dia masih tenggelam dalam tumpukan dokumen.“Siapa?”“Nyonya Talia Sasmita.”Dastan langsung mendongak, alisnya bertaut. “Talia?” Ada apa gerangan calon ibu mertuanya itu mendadak muncul di sana? "Malam-malam begini? Dia bilang sesuatu?"Charlie menggeleng. “Ia menolak menjelaskan maksud kedatangannya, tapi… sepertinya ini penting.”Dastan terdiam sejenak. Lalu mengangguk singkat. “Biarkan dia masuk, kita lihat apa lagi yang akan dia keluhkan.”Beberapa menit kemudian, pintu terbuka. Talia melangkah masuk, anggun seperti biasanya, namun dengan aura tajam yang tak bisa disembunyikan. Senyumnya manis, tapi matanya penuh perhitungan.“Wah, gedung ini… megah sekali. Rasanya semakin menjulang setiap tahun.” Matanya menyapu ruangan dengan gaya basa-basi yang disengaja. “Sulit

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 79

    Gemerlap lampu kristal menggantung megah di langit-langit ballroom hotel bintang lima tempat arisan sosialita digelar. Meja-meja bundar berlapis linen putih dan rangkaian bunga mawar elegan memenuhi ruangan. Tawa cekikikan para wanita bergaun mewah bersahutan, menggema seiring denting gelas dan piring porselen.Namun di balik gemerlap itu, ada ketegangan terselubung. Untuk pertama kalinya, Leona dan Talia duduk dalam satu ruangan yang sama setelah batalnya pertunangan Darren dan Lyra.Leona duduk anggun dengan segelas mocktail di tangan, dikelilingi beberapa sosialita terkemuka. Matanya melirik ke arah meja di sudut lain, tempat Talia Sasmita duduk bersama gengnya, berusaha tetap tenang meski sorotan sinis tak henti menghujani."Sayang sekali, ya, pernikahan yang digadang-gadang sebagai pernikahan abad ini... justru ternodai skandal murahan,” ujar seseorang di samping Leona dengan suara cukup lantang agar bisa didengar seantero meja.Dalam sekejap Ballroom hotel itu berubah jadi ladan

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 78

    Lyra tertegun.Matanya berkedip cepat. Belum paham mengapa Dastan menolaknya bahkan sebelum ia selesai bicara. “Tapi, aku hanya ingin—”“KUBILANG TIDAK!” bentak Dastan lagi, kali ini lebih garang. “Kembali ke rumah! Aku yang akan menyelesaikan semuanya.”“Kau tidak bisa selesaikan ini sendiri!” Lyra berseru, suaranya bergetar. "Semuanya sudah terlanjur jadi rumit! Aku akan—"“Charlie!” seru Dastan, memotong tanpa memberi ruang, “Bawa dia turun sekarang juga. Antar pulang sampai ke rumah!”Charlie muncul dengan cepat. Wajahnya penuh rasa bersalah saat ia menghampiri Lyra.“Tunggu! Kumohon, dengarkan aku dulu, Dastan!”Lyra meronta saat Charlie memegang lengannya. Suaranya pecah, matanya berkaca-kaca.“Lepaskan! Biarkan aku bicara! Ini sangat penting, aku mau—”“CEPAT KELUAR!” bentak Dastan dengan suara yang mengguncang jantung siapa pun yang mendengarnya.Charlie menarik Lyra lebih kuat. Gadis itu tetap memberontak, tetap memohon, tetap mencoba menoleh dan menggapai sedikit harapan.Ta

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status