Singapura, 17.00.Bandara internasional Changi Singapura terlihat sangat ramai dengan orang-orang yang akan bepergian.Lucia melihat ke arah luar untuk melihat apakah Zax sudah menjemputnya atau belum hingga dia melihat ke arah sosok pria tinggi perawakan orang khas Eropa tengah melambai ke arahnya."Ku kira kau belum menjemputku." Ucap Lucia pada Zax"Kau yang lama sekali, aku sudah satu jam lebih berada disini." Ucap Zax dengan datar.Lucia terkekeh dan masuk mobil bersama dengan Zax."Siapa target kita kali ini?" Tanya Lucia dengan tenang sambil membuka Ipadnya."Kasus penyelundupan budak ke luar negeri." Ucap Zax dengan datar."Siapa pelakunya?" Lucia sangat penasaran saat ini karena Zax tak mencantumkan nama seseorang dalam email yang dikirim Zax sebelumnya."Kau tak akan menyangkanya." Ucap Zax dengan serius."Bukankah setiap kasus kita selalu penuh plot twist?" Ucap Lucia dengan tenang."Dia adalah salah satu orang yang dipandang taat beragama oleh negara ini, kasusnya sangat
Suasana di ruang rapat semakin terlihat sangat menegangkan ketika pria bertopeng yang ada di layar terlihat menyeringai.“Tuan Macksen dan tuan Julios. Apakah anda tak ingin mengatakan suatu hal tentang hal ini?” Nama pria yang disebutkan pemilik perusahaan tersebut membuat kedua pria yang sebelumnya terlihat tenang langsung terlihat gugup yang membuat semua orang yang ada di ruangan tersebut melihat ke arah mereka berdua.“T-tuan saya tidak melakukan apapun, saya bahkan tak tahu tentang hal ini.” Ucap tuan Julios yang berusaha tenang, karena dia tak ingin kedoknya terlihat oleh yang lain.Pria bertopeng tersebut tersenyum miring mendengarnya, dan akhirnya dia tertawa kecil hingga terdengar menyeramkan bagi orang yang mendengarkannya.“Apakah tuan Macksen juga menolak pernyataan saya?” Ucap pria tersebut dengan datar.Tuan Macksen meremas tangannya di bawah meja, dia terlihat sangat gugup saat ini hingga keringat dingin mulai membasahi tubuhnya.Hingga sedetik kemudian dia berdiri la
Gudang penyimpanan gandum yang saat ini Lucia dan Zax datangi bukanlah gudang gandum biasa, disana menyimpan banyak rahasia yang tidak diketahui orang awam pada umumnya.Lucia melirik ke arah Zax saat mereka melihat ada sebuah mobil truk yang tertutup dengan rapat, mereka yakin jika di dalamnya saat ini bukanlah gandum tapi orang yang akan dijadikan seorang budak.Dengan kode anggukan, Zax dan Lucia mendekat dengan gesit bahkan saking halusnya gerakan mereka tak disadari oleh orang yang sedang bekerja disana.“Kita sepertinya harus berpencar.” Bisiki Lucia pada Zax.Zax mengangguk dan pergi untuk mencari tempat yang strategis untuk mengintai, tugas mereka disini bukanlah untuk menangkap para penjahat ini karena memang keterbatasan orang dalam rencana besar ini. Namun mereka ingin mengumpulkan bukti untuk mereka serahkan asosiasi perlindungan perbudakan internasional untuk mereka tangani.Lucia mulai menghidupkan kamera yang sedang dia bawa, dia ingin merekam semua kejadian bahkan plat
Semalaman Lucia tak bisa tidur, dia terus meracik obat untuk kliennya. Namun, dia sama sekali tak merasa lelah walaupun semalam dia melakukan penyelidikan bersama Zax.“Apa kau benar-benar tak tidur?” Zax yang baru bangun langsung menghampiri Lucia yang masih bergelut dengan pekerjaannya.“Aku mengalami insomnia lagi.” Ucap Lucia dengan tenang.Memang penyakit tidak bisa tidur Lucia cukup parah jika kambuh, dia bisa tidur maksimal sehari satu jam atau bahkan jika keadaannya memburuk dia tak bisa tidur kembali. Jika seperti ini dia memilih diam atau melakukan pekerjaannya. Tapi untungnya penyakit ini tidak kambuh saat dia berada di Villa sehingga dia tak akan mengganggu Dariel yang sedang beristirahat.“Apakah tak ada obat yang bisa mengatasi hal ini? kau jika kambuh bisa sebulanan tidak tidur sama sekali.” Ucap Zax yang peduli dengan keadaan Lucia.Lucia tersenyum mendengar itu.“Belum ada, jika kambuh memang aku memilih untuk melelahkan tubuhku hingga batas akhir karena dengan begitu
Suara langkah kaki yang terdengar sangat membuat semua orang yang ada di koridor rumah sakit melihat ke arah wanita itu.Wanita yang baru sampai dari bandara langsung menuju ke rumah sakit yang dimana suaminya dirawat.“Cia?!” Johny yang tadi menunggu Dariel di luar kamarnya langsung berdiri ketika melihat Lucia sudah datang.“Bagaimana dengan keadaannya?” Tanya Lucia pada Johny.“Aku tidak tahu, tapi suamimu belum sadar juga. Tapi dokter sedang menganalisis apa penyebabnya dengan uji lab.” Ucap Johny.Lucia yang mendengarnya langsung mengangguk.“Aku akan masuk ke dalam.” Ucap Lucia langsung.Dan Johny hanya mengangguk saja mendengar ucapan Lucia.Di dalam, Lucia langsung menuju brankar Dariel, pria itu tampak sangat pucat dan matanya masih tertutup tanda jika memang belum sadar sejak tadi.Lucia segera memegang tangan Dariel lalu mengecek yang lainnya, dia langsung menaikkan alisnya. Tanpa menunggu lama dia mengeluarkan sebuah jarum dan menusukkannya pada titik tertentu.“Sial.” Gum
“A-anda?!”Dokter itu sangat terkejut dengan apa yang dia lihat saat ini, dia tak menyangka akan bertemu dengan Lucia dia rumah sakit daerah biasa seperti ini.“Anda dokter yang menangani suami saya?” Tanya Lucia saat melihat pria itu.Pria itu langsung menunduk sopan, “Benar, saya yang menangani suami anda, dokter.” Ucap dokter tersebut yang Lucia ketahui bernama Ashton tersebut dari name tag yang dia kenakan di jas putihnya.“Apa anda mengenal saya?” Wajar Lucia bertanya seperti itu pada dokter Ash karena dia memanggilnya dokter bukan nona ataupun nyonya.Dokter Ash menatap ke arah Lucia dengan wajah sumringah.“Saya adalah fans berat anda di bidang kedokteran, teknik anda dan cara anda menangani operasi besar selalu menjadi favorit saya. Bahkan saya datang di ruang seminar yang anda lakukan di Italia yang hanya membuka peserta sepuluh orang di seluruh dunia. Karena tak bisa merekam ataupun memotret anda saya selalu mengingat wajah anda sampai sekarang.” Ucap Dokter Ash dengan seman
“Tunggu kek!”Lucia berlari melewati koridor rumah sakit hanya untuk mengejar pria tua itu.Tuan Abert yang mendengarnya berhenti, namun dia tak berbalik untuk menatap wanita itu hingga Lucia menuju ke arah depannya.“Saya hanya ingin mengatakan sesuatu pada kakek.” Ucap Lucia dengan serius.Tuan Abert menaikkan alisnya, dia lalu tersenyum miring.“Aku tak akan menarik kata-kataku tadi, jadi jika kau ingin aku menariknya maka buang jauh-jauh pikiranmu.” Ucap tuan Abert dengan dingin.Lucia yang mendengarnya mengangguk mengerti.“Saya tidak bermaksud untuk anda menarik kata-kata anda, kek. Tapi saya juga tak menyalahkan Dariel atas ucapannya tadi. Pria memiliki sisi bertahan pada harga dirinya masing-masing dan anda telah melukai itu. Dariel memang lumpuh tapi memang dia bisa melakukan apapun sendiri. Saya disini hanya ingin mengatakan, tolong anda belajar dari hal ini. Saya tahu anda sebenarnya menyayangi Dariel tapi anda menyampaikannya dengan salah. Saya sangat berharap kesalahpaham
Lucia semalaman benar-benar tak bisa tidur, bahkan kepalanya saat ini terasa sangat berat hingga dia hanya menyandarkan dirinya di sofa dan memejamkan matanya berharap rasa pusingnya segera menghilang.Dariel yang saat ini tengah terbaring di ranjang rumah sakit mulai terbangun dari tidurnya, dia melihat Lucia yang seperti tak tidur semalam karena terlihat dari wajah wanita itu yang sayu.“Lucia.” Panggil Dariel dengan suara seraknya.Lucia yang tadinya memejamkan matanya langsung membuka matanya saat Dariel memanggilnya.“Apa kau sudah bangun?” Ucap Lucia lalu mulai bangkit dari duduknya untuk mendekati tubuh pria itu.“Hm.” Balas Dariel dengan singkat.“Kau pulang saja, aku bisa disini sendiri.” Ucap Dariel dengan dingin pada istrinya tersebut.“Tak apa, kau sudah menjadi tanggung jawabku.” Ucap Lucia dengan tenang.“Apa kau ingin air hangat? aku akan membuatkannya untukmu. Kemarin saat kau tidur Johny membawakan teko pemanas air kesini.” Ucap Lucia dengan tenang.Namun Dariel tak m