Tiga hari berada di rumah sakit, kini akhirnya Dariel bisa pulang dengan keadaan yang jauh lebih baik. Lucia mendorong kursi roda Arthur masuk ke bangunan rumah yang sama sekali belum mereka tinggali. “Dimana kau membawaku?” Tanya Dariel pada wanita itu saat melihat di depannya ada rumah yang cukup besar bahkan jauh lebih mewah dari villa kemarin. “Rumah kita yang baru.” Ucap Lucia dengan tersenyum pada pria itu. “Bukankah akses villa itu sangat jauh dari kota? aku membeli rumah ini agar kau lebih nyaman jika kau bosan dan ingin pergi jalan-jalan, terlebih jalan disini tidak naik turun sehingga memudahkanmu.” Ucap Lucia lalu mendorong kursi roda Dariel untuk semakin masuk ke dalam rumah tersebut. Disana semua perabotan rumah belum lengkap dan terdapat lantai dua disana yang bisa digunakan untuk bersantai dan ruang kamar mereka karena bagian bawah adalah khusus untuk aktivitas jika menyambut tamu ataupun memasak. “Kamar mu ada di lantai bawah tapi jika kau sudah bisa berjalan kau b
“Bagaimana kabarmu, Bela? kita sudah sangat lama tidak bertemu satu sama lain.” Ucap Fedrick dengan ramah pada Bela, wanita cantik itu.“Sangat baik, aku sangat merindukanmu. Bagaimana jika kita pergi ke cafe yang ada di seberang sana.” Ucap Bela sambil merangkul tangan pria itu dengan semangat dan menariknya.Fedrik yang melihat itu mengikuti wanita itu dan terkekeh pelan.Mereka berdua adalah sahabat di masa kecil, Fedrik adalah teman bermain Bela sejak umur lima tahun dan hubungan mereka sampai saat ini terbilang cukup baik namun harus terpisahkan karena karir mereka masing-masing.“Kau ingin apa? Akan aku pesankan.” Ucap Bela pada Fedrik, wanita itu tampak sangat senang bertemu dengan teman lamanya itu.“Es Cappucino.” Ucap Fedrick dengan lembut.Bela mengangguk dan menyuruh Fedrick mencari tempat duduk selagi dia memesan di kasir menu yang mereka inginkan.Setelah itu, Bela kembali dan duduk di depan Fedrick.“Sekarang kau bekerja dimana? kau tak pernah membalas pesanku.” Ucap Be
Makan malam hari ini terasa sangat tenang, tak ada pembicaraan lain di meja makan tersebut selain suara denting sendok yang saling beradu dengan piring. “Johny akan kesini besok, apa kau tak masalah? Atau kau ingin mengganti perawat baru?” Tanya Lucia pada Dariel yang sedang minum setelah makanannya habis. Dariel melirik ke arah Lucia yang sedang menatapnya. “Dia cukup baik.” Ucap Dariel dengan tenang. “Baiklah, apa kau tak masalah aku tinggal lagi?” Tanya Lucia dengan ragu tapi dia juga tak bisa meninggalkan pekerjaannya. “Kita hanya partner yang tinggal satu rumah, kenapa kau harus bertanya seperti itu.” Ucap Dariel dengan wajah datarnya. Lucia tersenyum tipis lalu mengangguk. “Terima kasih, aku tak pernah memiliki teman sepertimu. Ku harap setelah kita bercerai kita akan menjadi teman yang baik meskipun hubungan kita awalnya tidak terlalu baik.” Ucap Lucia dengan tulus. Namun, Dariel hanya diam saja. Dia melirik ke arah Lucia dengan tenang. “Aku tak suka memiliki teman seor
Suara langkah kaki yang menuruni tangga membuat Dariel yang akan pergi tidur mengurungkan niatnya.Dariel ingin keluar untuk melihat apa yang dilakukan Lucia tengah malam ini, namun hal yang tidak diduga terjadi.DUG!Suara pukulan keras benda tumpul itu terdengar di telinga Dariel, dia bisa melihat dengan jelas Lucia yang dipukul kepalanya oleh pria misterius.Dia buru-buru mendorong kursi rodanya untuk mendekat namun pukulan dua kali di kepala Lucia membuat wanita itu langsung tak sadarkan diri.“Lucia!!” Teriaknya karena melihat darah mengucur di kepala wanita itu.Dariel langsung menatap ke arah pria misterius itu.“Siapa kau?” Wajahnya memerah menahan amarah.Pria dengan menggunakan penutup wajah hitam tersebut terkekeh.“Kau tak perlu tahu, karena aku tak ingin menyakiti pria lumpuh jadi aku hanya akan membawa wanita ini saja.” Ucap pria misterius itu.Dariel terpancing emosi, bukan berarti saat dia tak bisa berjalan dia tak bisa melawan pria itu.Dengan teknik penyerangan meng
“Tuan-” Ucap Johny ketika menghampiri Dariel yang masih menunggu di ruang operasi tersebut. Operasi memang sangat lama karena proses operasi yang rumit membuat operasi berjalan dengan sangat lama. “Apakah anda ingin mengganti pakaian anda?” Tanya Johny yang melihat pakaian Dariel dipenuhi dengan darah bahkan tangannya masih ada bekas darah kering di sana. “Tidak.” Ucap Dariel dengan dingin. “Baiklah.” Ucap Johny yang langsung diam lalu duduk di kursi tunggu. “Bagaimana bisa nyonya Lucia sampai operasi seperti ini, tuan?” Tanya Johny dengan penasaran. “Jatuh dari tangga.” Ucap Dariel dengan datar. Johny menaikkan alisnya karena tak percaya, namun dia hanya bisa diam. Bahkan dia penasaran bagaimana pria yang lumpuh membawa istrinya sampai ke rumah sakit. “Aku sedikit curiga dengan pria ini.” Batin Johny sambil melihat terus ke arah Dariel. Hingga pintu operasi terbuka, tanda operasi telah selesai. Dariel langsung mendorong kursi rodanya untuk mendekat ke arah dokter tersebut. “
Ketika semua orang terlelap tidur, bahkan Johny yang tidur di sofa dan Lucia yang sepertinya juga terlelap mungkin akibat benturan di kepalanya yang membuatnya dia merasa pusing dan tertidur. Dariel, tak beranjak dari kursi rodanya.Dia malah membuka ponselnya untuk melihat email yang dikirimkan Viktor untuknya dimana itu adalah laporan tentang istrinya.“Tiga puluh halaman?” Gumam Dariel saat melihat file yang dikirimkan sebanyak itu.Dia langsung menatap ke arah Lucia, dia menatap dengan pandangan dalam pada Lucia karena ternyata identitas wanita itu sebanyak misterinya.“Aku harus membacanya malam ini hingga selesai.” Dariel langsung menatap ke arah ponselnya kembali.Dia membaca kata demi kata yang ada di file tersebut.Setiap kalimat yang dia baca membuat jantungnya berdebar, otaknya yang tak bisa berpikir, dan hatinya yang terkejut mengetahui fakta tersebut.Selama satu jam seperti seharian, dia membaca fakta tentang Lucia dengan hati yang gundah."Kau dokter legendaris itu, Luc
“Kau dari mana?”Pertanyaan itu terdengar saat Dariel tiba di kamar rumah sakit Lucia pukul tiga dini hari.Pria itu langsung menghentikan dorongan kursi rodanya dan melihat ke arah wanita yang duduk dan menyandar di ranjang rumah sakit tersebut.“Aku hanya penat, jadi aku keluar untuk berjalan-jalan.” Dariel berkata setenang mungkin agar wanita itu tidak mencurigainya.“Apakah kau tak bisa tidur?” Tanya Lucia dengan nada bersalah karena dia menganggap Dariel tak bisa tidur karena tak ada ranjang disini untuk dirinya bisa tidur dengan nyaman.“Aku baik-baik saja, Lucia. Apakah kau terbangun sejak tadi?” Tanya Dariel sambil mendekati ranjang wanita itu.“Aku terbangun jam dua pagi tadi dan melihat kau yang tak ada di ruangan ini dan hanya melihat Johny yang tertidur dengan begitu pulasnya di sofa.” Ucap Lucia dengan tenang.“Lalu kemana dia?” Tanya Dariel karena dia tak melihat keberadaan Johny disini.“Dia aku suruh mencarimu, karena aku khawatir kau pergi sendirian karena aku belum m
“Fedrick!”Seruan seorang wanita yang baru saja keluar dari rumahnya membuat pria yang berjas rapi tersebut tersenyum dengan sangat lebar."Kau sangat cantik, Bela." Ucap Fedrick dengan lembut."Kau juga tampan. Ayo, aku sungguh tak sabar makan malam denganmu." Ucap Bela sambil menggandeng tangan Fedrick bersamanya.Hingga mereka berdua masuk ke dalam mobil milik Fedrick.Mereka saling bertukar cerita tentang apa saja yang telah mereka lalui selama mereka tidak bertemu.Mereka masih saja akrab seperti dulu dan Fedrick sangat mensyukuri itu, tak ada yang berubah dengan Bela."Kita sudah sampai." Ucap Fedrick saat mobil berhenti di sebuah restoran mewah bintang lima yang sudah direservasi oleh Fredrick sebelumnya.Karena tempat ini tergolong terkenal mewah dan jika tidak mereservasi maka mereka akan ditolak karena semua meja sudah penuh."Ini menunya, tuan, nona. Saya akan kembali lagi lima menit untuk mencatat pesanan anda." Ucap pelayan tersebut lalu meninggalkan keduanya untuk memili