Home / Romansa / MENJADI IBU SUSU BAYI CEO AROGAN / DIREMEHKAN SANG NYONYA BESAR!

Share

DIREMEHKAN SANG NYONYA BESAR!

last update Last Updated: 2025-02-27 15:09:55

Keduanya beradu pandang, dan Gina semakin merasa, dari tatapan mata Bara yang sekarang menatapnya, pria itu benar-benar ingin menegaskan pada Gina bahwa ia tidak mau ditentang karena ia yang berkuasa atas siapapun di rumah besar tersebut.

'Bagaimana ini? Ternyata Arin benar, orang ini nggak mudah untuk dihadapi, tapi aku nggak mau mengorbankan Raya, aku bekerja seperti ini untuk Raya, nggak mungkin aku justru mengabaikan kebutuhan Raya....'

Dalam gejolak perasaannya yang merasa sudah diujung tanduk ketika melihat tatapan Bara padanya, Gina mengucapkan kalimat itu di dalam hati seraya terus menguatkan diri bahwa keputusannya itu tidak bisa diubah lagi, meski oleh Bara sekalipun.

"Aku tanya padamu, Gina, jika aku tidak mau mengabulkan permintaanmu, kamu mau apa? Aku yang membuat aturan di sini, bukan, kau!"

Suara Bara yang mengucapkan kalimat itu membuat Gina semakin tercekat di tempatnya berdiri, namun, bayangan wajah Raya berkelebat di benak Gina, dan itu membuat Gina semakin berusaha untuk menguatkan hati tidak goyah dengan apa yang ia putuskan.

"Maaf, Tuan. Jika memang Tuan keberatan dengan apa yang saya inginkan, dengan sangat terpaksa, saya akan mengundurkan diri, tidak jadi menjadi ibu susu anak, Tuan."

Akhirnya, kalimat itu terucap juga di bibir Gina dan itu membuat Bara mengepalkan telapak tangannya pertanda ia semakin murka dengan apa yang diucapkan oleh Gina.

"Mengundurkan diri? Apakah Arin tidak memberitahumu, jika sudah bekerja di sini, kau, tidak bisa seenaknya mengundurkan diri ketika kau merasa tidak cocok?"

Gina kembali menundukkan kepalanya, dadanya semakin bergemuruh. “Ta–tapi, Tuan, saya tidak bisa membiarkan anak saya sendiri diperlakukan seperti itu.”

"Aku tidak peduli. Setelah 2 tahun, kau baru bisa pergi dari sini, Gina!" seru Bara penuh penekanan.

"Apa? 2 tahun, Tuan?”

"Kurang jelas?" tanya Bara dengan nada suara seolah menganggap remeh Gina.

"Maaf, sangat jelas, tapi saya tidak diberitahu sebelumnya mengenai hal ini, Tuan. Mungkin jika saya diberitahu sebelumnya tentang aturan bahwa, saya tidak boleh memberikan ASI saya pada anak saya, saya tidak akan melamar pekerjaan ini meskipun sangat butuh pekerjaan."

Gina tetap berusaha untuk memperjuangkan hak anaknya, meskipun Bara seolah mempersulitnya.

Ia bicara tanpa bermaksud menentang aturan yang sudah ditetapkan oleh Bara, karena memang ia tidak tahu aturan tidak boleh memberikan ASI pada anaknya sendiri, dan hal itu tidak dijelaskan dari awal hingga Gina merasa ia punya hak untuk mengajukan protes.

"Kau tidak bertanya sejak awal."

Dengan dingin, Bara hanya mengucapkan kalimat itu untuk aksi protes Gina tadi, yang bersikeras untuk mengundurkan diri karena tidak mau mengorbankan Raya untuk anak orang lain.

Sekarang, Gina didera perasaan kacau, ia memang salah karena tidak menanyakan hal itu sejak awal. Namun, bagaimana mungkin Gina bisa tetap bekerja menjadi ibu susu untuk anak Bara, sementara ia tidak memberikan hak anaknya sendiri?

Gina benar-benar dibuat berpikir keras, hingga kemudian....

"Kalau begitu, saya ingin ada kontrak kerja di antara kita, Tuan! Jika memang saya tidak boleh keluar dari rumah ini sekarang, saya ingin ada perjanjian tertulis agar semuanya jelas."

Bara terdiam sejenak, ia menatap Gina dengan tajam, satu alisnya terangkat. Ia benar-benar tidak menyangka bahwa Gina akan seberani ini hanya untuk anaknya.

"Baik. Aku akan membuatnya!" sahut Bara akhirnya, yang langsung membuat Gina semakin berani untuk mengajukan syaratnya pula yang lain.

"Saya juga mau, Tuan mengizinkan saya untuk memberikan ASI saya pada anak saya, dengan satu catatan, kebutuhan ASI anak Tuan tetap tercukupi," kata Gina dengan lebih berani.

"Kau-" Bara menggertakkan giginya. Tidak pernah ada orang yang berani mengaturnya sebelum ini!

"Maafkan saya, Tuan! Tapi saya mohon, izinkan saya melakukan tugas sebagai ibu yang baik pula di samping menjadi karyawan yang baik untuk, Tuan!"

Gina membungkukkan tubuhnya dalam-dalam seraya bicara seperti itu pada Bara. Berharap, Bara tidak menganggapnya sebagai seseorang yang tidak tahu diri, karena sudah berani menyampaikan apa yang ia inginkan padahal ia juga butuh pekerjaan tersebut.

Hanya saja, Gina mampu melakukan itu karena ia tadi sudah ingin mengundurkan diri, tapi Bara tidak mengizinkan dengan cara menjeratnya dengan kontrak tidak tertulis yang mengharuskan ia tidak pergi dari rumah itu kecuali sudah 2 tahun lamanya.

Di bagian itulah, Gina merasa berhak menyuarakan isi hatinya, sebab, ia tidak bisa begitu saja membiarkan anaknya mengalah demi anak orang lain. Namun, ia juga memang salah karena tidak bertanya lebih dulu tentang aturan pekerjaan dan mengira tidak akan ada hal semacam itu.

"Baiklah! Permintaanmu itu aku kabulkan, tapi kau tidak boleh mengutamakan anak kamu dulu sebelum ASI untuk anakku tercukupi. Kau bekerja untukku, maka kau tetap harus patuh dengan aturan yang sudah aku tetapkan!"

Telapak tangan Gina mengepal mendengar keputusan yang diucapkan oleh Bara untuk syarat kedua yang diajukannya.

Rasanya sesak, sampai untuk bernapas saja Gina terasa sulit membayangkan anaknya harus mengalah untuk anak orang lain padahal ia adalah ibunya.

Akan tetapi, apa boleh buat, kali ini Gina tidak bisa melakukan bantahan lagi, yang terpenting adalah, ia tetap bisa memberikan ASI untuk Raya. Meskipun harus tetap mengutamakan Gavin, tapi Gina berjanji, Raya tidak akan kekurangan ASI hanya karena ia harus mengutamakan anak orang kaya yang memberinya pekerjaan tersebut.

Pembahasan tentang kontrak kerja sudah selesai. Gina kembali ke kamarnya dan mendapati sang anak sudah ada di sana sedang tertidur dengan lelapnya.

Perlahan, Gina mendekati sang anak dan membelai wajah Raya dengan penuh kasih sayang. Rasa sesak karena sudah membuat anaknya mengalah demi orang lain masih menguasai hati Gina, hingga Gina sangat merasa bersalah pada sang anak sekarang ini.

"Maafkan Mama, ya, Nak. Mama berjanji ini tidak akan terulang, kamu tetap yang harus Mama utamakan, tidak ada orang lain...."

***

"Siapa kamu? Kenapa kamu menyusui anakku?!"

Sebuah suara membuat Gina yang sedang menyusui Gavin di kamarnya pagi itu langsung tersentak. Seorang wanita cantik bertubuh tinggi semampai masuk ke dalam kamar Gavin.

Wanita itu yang tadi bersuara dengan sangat lantang pada Gina. Karina Mahira, istri Bara, ibunya Gavin.

Karina adalah seorang model yang karirnya sedang naik. Penyebab mengapa Bara mencari ibu susu untuk Gavin adalah, istrinya itu tidak mau menyusui Gavin dengan dalih dadanya akan rusak jika ia menyusui bayi.

Dengan kasar, tanpa peduli posisi Gina yang sedang menyusui sang anak, Karina merampas Gavin dari sisi Gina hingga mendapatkan sentakan seperti itu oleh Karina, Gavin menangis.

"Sa–saya Gina, saya bekerja sebagai ibu susu untuk anak Tuan Bar–"

"Ibu susu? Kamu? Kamu menjadi ibu susu untuk anakku?" potong Karina, tidak percaya dengan apa yang dijelaskan oleh Gina padanya.

Matanya menatap remeh pada Gina seolah-olah, Gina adalah seonggok sampah yang tidak pantas menyentuh anaknya yang berharga.

Bahkan, tangisan Gavin pun tidak diperdulikannya, karena Karina lebih fokus meluapkan kemarahannya pada Gina.

"Maaf, Nyonya. Saya hanya mengerjakan tugas saya, Nyonya," ucap Gina terbata-bata. Ia hanya bisa menundukkan kepala, tidak berani menatap Karina.

"Yang benar saja, aku nggak terima anakku disusui oleh perempuan seperti kamu! Pergi kamu dari rumah ini, Gavin tidak perlu ibu susu pengganti segala!!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MENJADI IBU SUSU BAYI CEO AROGAN    DITOLAK ANAK SENDIRI

    Namun, karena tidak mau harga dirinya jatuh, Karina tidak mau memperlihatkan hal itu di hadapan Gina."Apa yang sedang kau pikirkan? Kenapa anak kecil seperti Gavin tidak diizinkan memakai Pampers? Dia masih kecil, jika dia buang air bagaimana?" kata Karina yang menilai tindakan Gina untuk tidak membiarkan Gavin memakai popok itu keterlaluan. "Bukan hanya Gavin, tapi juga Raya, semua sama-sama aku ajarkan untuk tidak lagi memakai Pampers, tapi kalau keluar rumah aku tetap memakaikannya.""Apa maksudnya? Didikan orang desa kamu pakai untuk Gavin?"Nada suara Karina meninggi dan itu membuat Gavin merengek mendengar suaranya. Akan tetapi, Karina yang sudah terlanjur kesal dengan Gina tidak peduli dengan hal itu.Ia mengabaikan perasaan yang dianggap tidak tulus oleh Gina tadi padanya lantaran ia lebih mengutamakan untuk membahas tindakan Gina yang menurutnya tidak masuk akal."Karina, ini bukan masalah didikan dari desa atau semacamnya, aku hanya ingin Gavin dan Raya bisa mandiri."Gin

  • MENJADI IBU SUSU BAYI CEO AROGAN    DIANGGAP TIDAK TULUS

    "Dengan kata lain, kau tidak menganggap aku adalah majikan mu?" katanya seraya menatap wajah Santi dengan sangat tajam."Bukan seperti itu, Tuan. Mana mungkin saya se-lancang itu? Saya hanya ingin berpesan pada Tuan, jika memang Tuan sangat mencintai Nyonya Karina, Tuan harus bisa berusaha lebih keras lagi!" Santi buru-buru mengucapkan kalimat tersebut, agar tidak membuat Farrel marah padanya.Telapak tangan Farrel makin kuat mengepal. Rasanya ia sekarang semakin marah, tapi sulit untuk dilampiaskan, khawatir Karina yang sedang tidak baik-baik saja jadi kembali berprasangka macam-macam padanya."Kau mantan pelayan yang bekerja di rumah Bara, kau pasti tahu, bagaimana cara Bara memperlakukan Karina seperti apa, kurasa, aku dan Bara tidak bisa disamakan, Bara dingin dan tidak peduli, sementara aku? Perhatian dan sangat peka.""Ya, Tuan betul. Pak Bara itu dingin dan arogan, tidak bisa ditentang jika sudah bicara, saya banyak melihat pertengkaran yang terjadi saat dahulu Nyonya Karina d

  • MENJADI IBU SUSU BAYI CEO AROGAN    SANDIWARA KARINA

    "Bukan, bukan membersihkan tempat tidur, tapi kewajiban yang ingin kau pelajari itu dimulai dari tempat tidur ini."Farrel berusaha untuk menjelaskan seraya menarik lebih kuat salah satu tangan Karina hingga mereka berdua jatuh ke atas tempat tidur.Tidak hanya sampai di situ, tangan Farrel juga berusaha untuk membuka pakaian yang dikenakan oleh Karina, hingga Karina terkejut menerima perlakuan Farrel yang demikian."Rell! Apa yang kamu lakukan!?" seru Karina sembari melakukan perlawanan tidak mau pakaiannya dibuka oleh Farrel."Kamu bilang ingin menjadi ibu rumah tangga yang baik, melayani suami di atas tempat tidur juga salah satu tugas istri, Rina. Jadi lakukan tugas itu sekarang!" jawab Farrel berujung dengan permintaan. Mendengar apa yang dikatakan oleh Farrel, Karina baru paham. Dengan gerakan penolakan yang semakin gencar dilakukannya, Karina berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman Farrel dan....Plak!Farrel terkejut ketika telapak tangan Karina justru menampar wajahny

  • MENJADI IBU SUSU BAYI CEO AROGAN    INGIN JADI IBU RUMAH TANGGA SAJA

    Mendengar apa yang dikatakan oleh Farrel, Santi terpaksa bungkam. Padahal, ia ingin sekali mengatakan sebuah kalimat bantahan karena kesimpulan yang dikatakan oleh Farrel itu tidak benar.Namun, Santi khawatir Farrel akan mengadu pada Karina dan resikonya ia akan kehilangan pekerjaan, hingga akhirnya ia terpaksa untuk diam saja.Farrel beranjak meninggalkan Santi dengan wajah yang terlihat menahan kemarahannya, lantaran ucapan Santi cukup membuat ia tertohok juga meskipun ia tadi bersikap seolah tidak percaya dengan perkataan Santi dengan pongahnya.Pria itu menyusul Karina ke kamar, untuk menenangkan istrinya tersebut sekaligus mempelajari bahasa tubuh Karina, apakah perkataan Santi itu memang benar. Di kamar, Farrel melihat Karina sedang duduk di tepi tempat tidur dengan wajah yang terlihat masih kacau seperti tadi.Dengan perlahan, Farrel melangkah mendekati sisi tempat tidur, dan duduk di samping sang isteri masih dengan gerakan yang sangat hati-hati."Sayang, aku minta maaf, aku

  • MENJADI IBU SUSU BAYI CEO AROGAN    MERASA KASIHAN DENGAN FARREL

    "Diam!!" bentak Karina sembari menghempaskan bokongnya di sofa. Dari jauh, Santi memperhatikan apa yang dilakukan Karina dan ia hanya geleng-geleng kepala. Setelah menikah dengan Farrel, Karina memang membawa Farrel tinggal di rumahnya dan menolak permintaan Farrel yang ingin mereka tinggal dengan orang tua Farrel.Karena tidak ingin ribut, Farrel mengalah, wajar jika Santi satu-satunya orang yang selalu melihat keseharian Karina dengan Farrel yang tidak mirip pasangan pengantin baru karena tidak terlihat mesra.Dibentak seperti itu oleh Karina, Farrel menghela napas sejenak, tapi ia tidak beranjak meninggalkan Karina meskipun Karina enggan Farrel mendekatinya."Ada apa? Kita sudah menikah, masalahmu adalah masalah ku juga, coba ceritakan apa yang sudah terjadi?" tanya Farrel dengan nada suara yang terdengar lembut. "Gina hamil, Farrel!" kata Karina dengan tegas, dan Farrel tidak mengerti mengapa Karina sedemikian histeris mendengar Gina yang hamil."Terus, kenapa kamu marah-marah?

  • MENJADI IBU SUSU BAYI CEO AROGAN    AKHIRNYA BISA TERBUKA

    "Yank, aku-""Baiklah! Aku keluar dulu, jika perlu apa-apa katakan saja!" potong Bara sembari menyembunyikan wajahnya yang terlihat salah tingkah pada Gina. Pria itu bangkit dan berdiri dari sisi bathtub lalu berbalik setelah itu pergi meninggalkan istrinya yang hanya bisa menatapnya dengan pandangan mata tidak paham dengan apa yang sebenarnya terjadi. "Dia marah, kah?" tanya Gina pada dirinya sendiri sembari memastikan Bara sudah keluar dari kamar mandi dan sekarang ia hanya sendirian di sana.Untuk sesaat, Gina memejamkan matanya agar pikirannya yang gelisah tidak gelisah lagi sembari menggosokkan tangannya pada tubuhnya untuk membuat tubuhnya terasa rileks.Beberapa saat kemudian, Gina selesai dengan mandinya dan ia terkejut karena ternyata ia tidak bisa melangkah dengan benar lantaran miliknya masih cukup perih walau tidak seperih saat belum berendam air hangat.Setengah mati, Gina melangkah keluar dari kamar mandi, dan saat Bara melihat dirinya, ia buru-buru mendekati sang istr

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status