“Kenapa Raya diberi susu formula? ASI aku itu berlimpah, Arin! Aku bisa menyusui dua bayi sekaligus! Aku harus ketemu Raya!" kata Gina dengan kesal.
Gina shock sekaligus marah karena Raya diberikan susu formula tanpa sepengetahuannya. Ia ingin mencari pengasuh yang dikatakan Arin untuk mengambil Raya. Akan tetapi, niat Gina dihentikan oleh Arin, dan temannya itu menatap serius wajah Gina, pertanda ia tidak mau Gina sulit untuk diatur. "Kamu harus tahan diri kamu, Gina! Ini rumah orang yang berkuasa, dia wajib dipatuhi, apa yang dilakukan oleh pengasuh tuan muda itu atas perintah Pak Bara langsung, jadi, kamu enggak usah bereaksi kayak gini, bikin kamu nanti dipecat!" Arin mengucapkan kata-kata itu sambil mencengkram salah satu tangan Gina, agar Gina tidak nekat untuk mencari babysitter Gavin yang sedang menjaga Raya. Akan tetapi, Gina tetap tidak terima, anaknya diberikan susu formula padahal Raya, anak yang paling berhak mendapatkan ASI darinya ketimbang anak orang lain. "Kamu tahu nggak perasaan aku sekarang? Kamu pernah melahirkan dan punya anak, nggak? Bagaimana mungkin aku membiarkan anakku sendiri minum susu formula sementara aku memberikan asiku untuk anak lain? Apa itu adil untuk Raya, Arin? Ibu macam apa aku ini, sampai menelantarkan anak sendiri?" "Jaga ucapan kamu, Gina. Pelankan suara kamu, di rumah ini, enggak ada orang yang bisa merubah keputusan Pak Bara, dia yang mengendalikan semuanya, kamu mau dipecat kalau dia tahu kamu nggak terima dengan apa yang sudah dia putuskan?" Arin masih berusaha untuk membujuk Gina agar Gina tidak mempermasalahkan tentang Raya yang diberikan susu formula oleh pengasuh Gavin. Namun, Gina tetap saja tidak terima anaknya diperlakukan seperti itu oleh Bara sekalipun. "Bawa aku ketemu sama Pak Bara! Aku mau tahu kenapa dia melakukan ini pada anakku, aku merasa ditipu, atau, bawa aku ketemu pengasuh itu, aku akan ambil anakku dan pergi dari sini!" Wajah Arin berubah mendengar apa yang diucapkan oleh Gina padanya. "Kamu itu gila apa? Kamu pikir bisa mudah pergi dari sini setelah kamu diterima kerja oleh Pak Bara?” Perkataan Arin membuat Gina mengerutkan keningnya. Mengapa dari kalimat yang diucapkan oleh Arin, Gina merasa seolah ada unsur pemaksaan yang tersirat? Apakah karena Bara orang kaya hingga Arin saja seperti seorang budak yang sangat takut dengan majikan? Namun, meskipun ada pertanyaan demikian berkelebat di benak Gina, tetap saja, bagi Gina ia harus memperjuangkan hak anaknya bagaimanapun caranya. "Aku ingin memperjuangkan hak anakku, Rin!" ucap Gina, tanpa merespon ucapan Arin tadi untuk membujuk sekaligus menakutinya. Sepasang mata Arin terbelalak mendengar Gina tidak peduli dengan apapun yang diucapkannya. Ditatapnya Gina dengan mata yang masih melotot, seolah dengan tatapan itu, Arin ingin menegaskan, permintaan Gina itu benar-benar gila. "Kamu jangan bercanda, Gina. Aku nggak mau dipecat karena kamu sulit diatur seperti ini!" katanya dengan nada suara yang ditekan walaupun ucapan itu dilontarkannya tidak terlalu lantang karena khawatir ada yang mendengar perdebatan mereka. “Bukan cuma kamu aja yang akan sulit, tapi aku juga, Gin! Aku yang bawa kamu ke sini, tapi kamu malah kayak gini!” lanjut Arin yang semakin tersulut. Gina menantang tatapan mata Arin, meskipun sebenarnya ada rasa khawatir juga di dalam hatinya karena ia tahu berurusan dengan orang kaya yang berkuasa itu tidak mungkin mudah. Juga mungkin akan berimbas pada Arin, tetapi Raya adalah segalanya bagi Gina, itu sebabnya meskipun sangat perlu dengan pekerjaan itu, Gina ingin tetap memperjuangkan hak anaknya bagaimanapun caranya. “Kamu gak tahu rasanya karena kamu belum punya anak, Rin,” ucap Gina lirih. Ia benar-benar tidak rela jika harus membiarkan Raya diperlakukan seperti itu. “Aku tahu, Gina, aku tahu itu berat. Tapi kamu gak bisa seenaknya sendiri di sini. Akhirnya, karena Gina bersikeras untuk tetap ingin bertemu dengan Bara. Arin terpaksa mengabulkan permintaan Gina dengan berat hati. Teman satu kampung Gina itu segera mengantarkan Gina ke ruang Bara, dan berharap apa yang dilakukan oleh Gina tidak berimbas pada dirinya juga jika kemudian Bara merasa Gina sulit untuk diatur. Ketika sudah dipersilakan untuk masuk, Gina merasa sedikit gugup karena ternyata keberaniannya yang tadi berkobar-kobar saat mengatakan ingin bicara dengan Bara seolah musnah setelah sekarang ia sudah berhadapan langsung dengan ayah Gavin tersebut. 'Kamu harus bisa, Gina! Demi Raya, katakan apa yang kau ingin katakan pada pria kaya itu, agar dia juga tidak seenaknya padamu!' Gina bicara demikian di dalam hati, untuk menyemangati dirinya sendiri yang seolah kehilangan keberanian setelah berhadapan dengan Bara. "Ada apa?" Suara Bara membuat Gina yang sedang berusaha mengumpulkan kekuatan terusik oleh suara berat Bara yang terdengar menyuarakan bahwa ia sedikit terganggu dengan kedatangan Gina. Gina menautkan jemari tangannya dengan erat, untuk mengatasi perasaan gugup yang membuat ia sulit untuk bicara. Sampai akhirnya.... "Maaf, Tuan, jika mungkin apa yang saya katakan ini kedengarannya terlalu lancang, tapi saya harus menanyakan masalah ini karena saya ingin memperjuangkan hak anak saya...." Sedikit terbata, Gina akhirnya berhasil untuk mengucapkan kalimat tersebut di hadapan Bara, meskipun sekarang jantungnya berdetak kencang khawatir reaksi Bara tidak terima dengan apa yang ia sampaikan. "Saya keberatan anak saya diberi susu formula …" lanjut Gina. "Aku yang memberikan perintah itu, apa kamu masih keberatan?" potong Bara dengan tegas. "Maaf, Tuan, maaf sekali lagi maaf, saya tetap keberatan, Tuan, bukan bermaksud ingin menentang peraturan dari Tuan, tapi sebelum saya melamar pekerjaan ini, saya pastikan bisa memberikan ASI untuk dua anak sekaligus!" Gina berusaha untuk menjelaskan se-sopan mungkin pada Bara, meskipun ia sekarang sedang melakukan aksi protesnya. "Memangnya kau yakin bisa melakukan hal itu? Aku mau Gavin dicukupi kebutuhan susunya, jika ia berbagi dengan anak kamu, aku tidak yakin anakku bisa mendapatkan ASI yang cukup, Gina!" Nada suara Bara terdengar mulai meninggi, pertanda pria itu mulai diselimuti perasaan tidak suka. "Tapi, saya berani menjamin, ASI saya cukup untuk mereka berdua, Tuan. Tolong percaya pada saya, saya akan memenuhi kebutuhan ASI mereka berdua tanpa ada salah satu yang harus mengalah." Meskipun tahu, Bara seperti ragu padanya, Gina tetap berusaha untuk memperjuangkan hak sang anak, di hadapan ayah Gavin tersebut meskipun masih sambil menggenggam jemarinya sendiri satu sama lain pertanda ia juga sebenarnya sangat gugup melakukan hal itu. "Kalau aku tidak mau, kau mau apa?" Mendengar apa yang diucapkan oleh Bara, Gina mengangkat wajahnya yang sejak tadi hanya menunduk setelah ia mengucapkan kalimat aksi protesnya pada Bara.Ucapan yang diberikan oleh Jessica membuat Haris mengerutkan keningnya pertanda ia tidak paham dengan apa yang dikatakan oleh perempuan tersebut.Namun, raut wajah Haris yang demikian justru membuat Jessica semakin merasa dirinya sangat memprihatinkan."Kamu enggak bisa jawab, artinya apa yang aku katakan itu benar, kan?" katanya saat Haris masih diam saja meskipun kalimat nya tadi sudah dikatakan oleh Jessica selang beberapa menit yang lalu.Haris mengusap wajahnya dengan kasar, sebelum akhirnya ia mencoba untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Jessica tadi."Jessica, kenapa disaat seperti ini kamu justru membahas hal hal seperti itu? Tidak penting, bukan? Jadi -""Jadi, kamu enggak mau mengakui itu?" potong Jessica tanpa nada."Aku bukannya tidak mencintai kamu, aku hanya-""Kamu selingkuh sama aku karena ingin membuat Gina patuh sama kamu, tapi ternyata dia justru bersikap sebaliknya, dia minta cerai dan kamu marah karena hal itu, iya, kan?"Lagi-lagi, Jessica memotong ucapan
Dengan nada suara meninggi, Haris mengucapkan kalimat tersebut pada Jessica merasa tidak terima karena Jessica juga menamparnya seperti yang dilakukan oleh ayah perempuan itu tadi padanya.Mendengar bentakan yang dilakukan oleh Haris padanya, Jessica justru mendelik ke arah pria tersebut. Wajahnya terlihat sangat marah."Kau pikir aku senang hamil anak kamu? Ini anak kamu! Aku enggak pernah berhubungan intim dengan pria lain selain kamu!" ketus Jessica dan ucapannya membuat Haris tercekat untuk beberapa saat."Kau yakin anak ini anakku?" tanya Haris setelah beberapa saat ia hanya diam."Kenapa kamu enggak percaya? Kamu benar-benar mengira aku semudah itu tidur dengan pria lain?"Jessica menjawab masih dengan nada suaranya yang meninggi."Tapi, aku tahu kamu suka dengan model itu, kan? Saat kita bercerai kamu mengejar dia, pasti kalian sudah tidur bersama, kan?" ucap Haris masih bersikeras bahwa anak yang dikandung Jessica bukan anaknya. "Meskipun begitu, tapi dia sama sekali enggak
"Karina bunuh diri? Itu tidak akan pernah terjadi, dia begitu egois dengan orang lain, tidak akan mungkin menyakiti dirinya sendiri."Indira menjawab pertanyaan sang anak buah dengan sangat yakin."Nyonya yakin?""Ya!""Jadi, kita tinggalkan saja dia demikian.""Pergi saja!"Anak buah Indira segera menstater mobil. Detik berikutnya, mereka sudah meninggalkan rumah Karina.***"Kenapa kau ada di sini?"Bara terkejut ketika ingin menengok Gina di hari kedua sang istri dirawat inap, ia melihat Haris berada di depan pintu rumah rawat inap istrinya."Aku mendengar, Gina masuk rumah sakit karena Karina.""Kau diminta oleh dia untuk mengetahui kondisi istriku, apakah dia keguguran atau tidak oleh dia?" kata Bara berakhir dengan pertanyaan yang sinis."Aku tidak diminta Karina untuk mengecek kondisi Gina, aku datang atas kemauan ku sendiri, karena aku khawatir dengan dia.""Dia sudah tidak apa-apa. Kau pulanglah, aku akan menyampaikan salam mu pada Gina."Bara memilih untuk tidak menerima ked
"Bukankah dia sudah menikah lagi, untuk apa dia masih mengganggu mu, ini seperti yang aku duga sebelumnya, dia menikah hanya karena ingin bisa rujuk lagi dengan kamu, Bara, karena kamu menalak 3 dia, kan?" Indira mengucapkan kalimat tersebut dengan wajah yang terlihat sangat marah. Hingga membuat Bara menarik napas berat. "Apapun yang dilakukannya, aku tidak akan rujuk dengan seseorang yang sudah menghilangkan kepercayaan ku.""Bagus! Kamu jaga Gina, biar Mami yang urus mantan istri kamu itu!""Apa yang akan Mami lakukan?" "Pembicaraan sesama perempuan."Tanpa menunggu persetujuan dari Bara, Indira membalikkan tubuhnya dan melangkah meninggalkan Bara yang tidak bisa mencegah kepergiannya.Ibu Bara itu mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam ruang rawat inap Gina. Kemarahannya pada Karina membuat mertua Gina itu mengurungkan niatnya dahulu menengok Gina hingga wanita yang tetap cantik itu tidak bisa dicegah meskipun oleh Bara sekalipun.Tidak berapa lama, Indira yang tahu rumah K
Meskipun sebenarnya Gina merasa hancur, tapi karena ia tidak mau Bara semakin geram, Gina berusaha untuk menahan diri.Ia mengatakan hal itu dengan nada suara yang terdengar perlahan hingga Bara menatapnya dengan tatapan mata terlihat sangat khawatir dengan keadaan dirinya."Aku akan melaporkan apa yang dilakukannya ke polisi, dia harus bertanggung jawab atas semua yang dilakukannya pada kita terlebih padamu!" ucap Bara dengan nada suara yang tegas."Bisakah kita tunggu hasil dari usaha dokter yang menangani kondisiku?" tanya Gina dengan hati-hati."Kenapa? Kamu masih ingin berbelas kasih padanya? Dia saja tidak pernah memikirkan kamu, Gina, bahkan dia ingin mencelakakan kamu!" tegas Bara tidak mau Gina yang sangat memikirkan orang lain jadi memaafkan Karina begitu saja. "Aku tahu, apa yang dilakukan oleh Karina sekarang itu sudah sangat keterlaluan. Aku juga marah padanya. Tapi, biar bagaimanapun dia ibunya anak kamu, kalau apa yang dilakukan oleh dokter ternyata membuat aku baik-ba
"Tidak akan ada yang terjadi padamu, Gina, dan aku tidak akan membiarkan sesuatu yang buruk terjadi padamu."Meskipun bingung mengapa sang istri mengucapkan kalimat seperti itu padanya, tapi Bara tetap menjawab juga pertanyaan sang istri dengan tegas.Gina tertunduk mendengar apa yang dikatakan oleh Bara. Sebenarnya ia suka mendengar itu diucapkan oleh sang suami, tapi tidak dapat dipungkiri, ada kekhawatiran menyelimuti hati Gina karena minuman itu sudah ia minum sampai habis. Minuman yang sudah diberikan sesuatu oleh Karina karena mengira Gina memang sedang hamil.'Aku akan tunggu dulu hasil pemeriksaan, kalau nanti hasilnya fatal, aku akan mengatakan semuanya pada Bara tentang apa yang dilakukan oleh Karina padaku, tapi kalau ternyata enggak begitu fatal, demi Gavin aku akan memaafkannya, tapi ini yang terakhir, jika dia melakukan sesuatu yang keterlaluan lagi padaku, aku benar-benar tidak akan mengampuni Karina lagi!'Di dalam hati, Gina mengucapkan kalimat tersebut, hingga Bara