Mendengar issu tentang Annisa yang akan menggeser posisinya, Bella naik pitam. Wanita itu langsung menemui Annisa dan menggebrak meja kerjanya.“Dasar tukang cari muka! Baru kerja di sini sudah mau geser posisiku” Bella menatap tajam ke arah Annisa yang sedang sibuk dengan pekerjaannya itu.“Maaf, saya tidak berusaha menggeser posisi anda,” sanggah Annisa“Cih, munafik kamu! Apa kamu tahu, sebelum ini aku juga pernah bertemu gadis menyebalkan sepertimu, dan kau tahu bagaiamana nasibnya? Dia keluar dari kantor ini. Dan jika kau masih mencoba menyinggungku! Aku pastikan kau juga segera angkat kaki dari kantor ini!”“Aku tidak merasa melakukan hal buruk, untuk apa aku angkat kaki dari kantor ini?” Annisa tampak mencoba mempertahankan dirinya.“Jangan kurang ajar ya!” Bella menunjuk Annisa dengan tatapan mengancam.Annisa yang sejak tadi duduk langsung berdiri dan beranjak membuka pintu agar Bella keluar ruangannya dan tidak menganggunya. Rekan kerjanya yang lain juga sepertinya sudah ter
Bella tentu tidak terima dengan pemecatan itu. Bagaimanapun dirinya harus menemui Purwa untuk mengadu. Kemarin setelah pemecatan itu dia shock dan harus mencari pelampiasan ke bar agar dirinya tidak meledak-ledak. Akhirnya baru hari ini dia akan menemui Purwa. Meski emosinya masih belum bisa mereda. “Mbak Bella? Cari Pak Wisnu?” tanya Damar menghampiri“Bukan, aku mau bertemu Om Purwa. Dimana dia?” jawab Bella tak ramah pada pembantu itu. Damar sangat tidak menyukai wanita ini setiap kali dia berkunjung ke rumah. Sikapnya sungguh arogan.“Maaf Mbak, Pak Purwa-nya masih ada repot di samping. Jadi Mbak Bella tunggu sebentar ya?” Damar berusaha menahan Bella.“Apa? kau memintaku menunggu? Apa kau tahu aku sudah menyempatkan waktuku untuk mengunjunginya, seharusnya kau punya sopan santun dengan tidak menyuruhku menunggu!” ucap Bella ketus.Damar menghela nafas dengan sikap wanita ini. Dalam hati dia berujar, siapa juga yang suruh datang? tidak datang juga lebih bagus. Dasar nenek sihir!
Amanda sedang memikirkan papanya. Dia sudah menelponnya beberapa kali sejak dua hari yang lalu tapi tidak juga diangkat. Di-chat juga tidak dibalas. Mamanya hanya mengatakan bahwa papanya masih sibuk menyelesaikan urusannya tapi tidak bilang apa-apa selain hal itu.“Sedang mikirin apa?” tanya Wisnu yang menggugah lamunan Amanda. gadis itu sampai sedikit berjingkat karena saking terkejutnya. “Astaga, maaf-maaf, aku mengagetkanmu ya?”“Mas Wisnu, ah!”“Ada apa sih?” tanya Wisnu menatap Amanda dan menelisik apa yang sedang dipikirkan gadis ini.“Tidak apa-apa”“Jangan bohong, kau sedang memikirkan sesuatu. Katakan saja, aku akan membantumu,” ujar Wisnu menarik tangan Amanda dan menggenggamnya.“Tidak usah, Mas. Aku malu selalu membuat repot …” kalimat Amanda terpotong melihat tatapan tak suka Wisnu karena lagi-lagi dirinya selalu keberatan jika Wisnu membantunya.Wisnu dengan gemas meraihnya dan hendak mencium namun Amanda yang sudah belajar menghindari pria ini segera melepaskan diri.W
Wisnu terlihat santai membaca berita dari gawainya sambil menemani Purwa berjemur sebelum pergi ke kantor pagi ini.“Ada masalah apa di kantor? Kenapa Andrian sepagi ini menelponku terkait Bella?” tanya Purwa yang sudah nampak baikan.“Om sudah dengar kan, aku memecat Bella.” ujar Wisnu tanpa mengalihkan perhatiannya dari gawai. Dia sedang menscroll layar untuk membaca berita. “Bagaimanapun juga Adrian ikut andil membesarkan perusahaan, pikirkan perasaannya saat kau memecat Bella”“Prilaku Bella sangat menghawatirkan, Om. Aku yakin Om juga tahu hal itu.” Wisnu meminta orang tua itu tidak terlalu lemah hanya karena sebuah hubungan persahabatannya. “Lagipula aku bisa merekomendasikannya kerja di perusahaan Amerika jika dia mau, mungkin dia bisa berubah di lingkungan baru”Wisnu tentu tidak begitu saja memecat Bella tanpa memberikannya solusi. Dia tahu keluarga Bella sudah tinggal di Amerika beberapa tahun ini. Pindah kerja ke Amerika bisa jadi pilihan yang bagus baginya di samping bis
Bella sudah tampak legowo menerima pemecatan itu karena ayahnya sudah memberitahu bahwa Wisnu memberikan rekomendasi ke perusahaan mitranya di Amerika untuk menerimanya kerja di sana.Tapi tetap saja dia masih ingin memberikan pelajaran untuk dua gadis yang sudah membuatnya kesal itu. Dan bukankah dua gadis itu sepertinya sama-sama menaruh hati pada Wisnu? Bella berpikir hendak mengadu domba mereka saja. Dengan sedikit hasutan maka kedua gadis itu tentu akan saling salah paham. Tidak cuma itu, Wisnu juga akan kena imbasnya.‘Haha! Kena kalian. Biar tahu rasa karna sudah menyinggung seorang Bella!’ “Om, Mama dan saya minta maaf baru bisa mengunjungi Om. Tapi saya senang Om sudah baikan” ujar Bella.“Iya Mas Purwa, saya baru datang dari Amerika semalam, sekalian bantu Bella akan pindahan” Delia, Mama Bella menyahut.“Oh, tentang itu… Wisnu sudah membicarakannya sendiri dengan Adrian bukan?” Purwa merasa tidak enak Delia menyinggung tentang pindahan.“Sudah kok, Om! Its okey, sepertinya
“Bella itu biang gossip, pasti memang dia ke sini untuk hal itu” Amanda menggerutu sendiri mendengar semua yang disampaikan Bella.Tapi, Purwa terdengar sangat antusias dengan wanita itu. Amanda jadi sedih. Dia ingin sekali menelpon Wisnu dan mengkonfirmasi semua yang disampaikan Bella. Ya, setelah ini dia akan langsung menghubunginya.“Amanda?” panggil Bella pada gadis itu yang terlihat muram, mungkin karena dia sudah mendengar semuanya.“Ehem, Amanda…?” panggil Bella lagi dan Amanda baru tersadar ada Bella yang menghampirinya.”Ya ampun, kau pasti melamun ya? aku sudah panggil berkali-kali lho tadi!”“Ada apa?” tanya Amanda tidak ramah.“Duuh galak amat nona perawat satu ini, aku mau pamit nih,” suaranya masih terdengar sangat senang.‘Pulang, pulang saja. Ngapain juga pakai pamit segala? Sok akrab sekali sih dia! Pasti mau manas-manasin lagi!’ batin Amanda.Dan memang benar apa yang dipikirkan Amanda. Bella memang datang padanya untuk tujuan itu.“Dengar besti, aku tahu kau sangat b
Amanda melamun sangat lama sampai tidak mendengar suara ketukan pintu. Saat tersadar, dengan malas dia membuka pintu. “Kunciku ketinggalan, maaf kalau bangunin kamu malam-malam,” ujar Lesti berlalu masuk. Bangunin apaan? Tidur juga belum! Batin Amanda menutup pintu lagi dan memilih duduk di depan TV sambil menyalakannya. “Kamu gak istirahat? Udah malam lho ini?” Lesti yang baru selesai membersihkan dirinya mengingatkan Amanda. “Gak bisa tidur!” “Kenapa?” Lesti merasa temannya itu ada masalah. Jadi disempatkannya untuk menghampirinya sekedar menanyakan apa ada yang terjadi? “Udah gak apa, kamu pasti capek jam segini baru pulang kerja. Tidur sana!” suruh Amanda pada Lesti. “Ada apa sih? aku hafal lho kalau kamu lagi ada masalah.” Lesti tiba-tiba teringat tentang dia yang tak sengaja melihat Wisnu bersama seorang wanita berhijab makan berdua di sebuah restoran. Apakah Amanda juga memikirkan hal yang sama? “Lesti, aku…” Amanda menarik napas dalam, tapi kemudian menggeleng karen
Kantor cabang perusahaan Dinata di Surabaya tiba-tiba heboh karena tanpa pemberitahuan sebelumnya akan kedatangan Presiden Direktur mereka. Asisten Wisnu baru memberitahu rencana kedatangannya begitu sudah sampai di Bandara Juanda. Pihak kantor dengan persiapan seadanya akhirnya bisa menyambut sang Bos Muda bersama dua asistennya, Abim dan Tio. Semua pegawai terpana melihat bos baru mereka ternyata masih sangat muda dan tampan. Namun demikian penampilannya yang rapi dan berwibawa membuatnya sangat kharismatik dan menyedot rasa kagum dan segan. Kedua asistennya pun tampak masih muda menjadikan daya tarik tersendiri saat mendampingi bos mereka. “Selamat datang, Pak Wisnu!” sapa seorang wanita yang merupakan wakil direktur dari kantor cabang itu. “Terima kasih, Bu … ???” Wisnu lupa nama wanita itu. “Naina, pak. Nama saya Naina” Wanita itu menyodorkan tangannya untuk bersalaman. “Oh, anda Wakil Direkturnya Pak Bob ya? Senang bertemu dengan anda!” Wisnu menjabat tangan Naina. “Apa