Steein sempat terpaku di tempanya ketika aku mengajukan pertanyaan itu. Di awal, ia tampak sedikit ragu untuk memberikan jawaban, seolah-olah tahu maksudku menanyakan hal itu. Untungnya, Steein kemudian menjawab, “Ya, benar. Apakah kamu mau ikut?”
“Ya! Aku ikut!” jawabku dengan bersemangat begitu ia mengajakku.
Sebuah senyuman muncul di wajah Steein ketika ia melihat reaksiku. Kemudian ia mengulurkan tangannya untuk membawa aku ke sana dengan teleportasi. Aku pun dengan senang hati menyambut uluran tangan Steein itu dan memejamkan mata untuk bersiap-siap.
“Kita sudah sampai,” ucap Steein.
Deg, deg, deg.
Jantungku berdebar keras bahkan sampai terasa sesak. Walau Steein sudah mengatakan kalau kami sudah sampai, aku masih tidak bisa membuka mataku. Batinku bergejolak karena takut kalau kenyataan akan menamparku.
“Bagaimana jika aku tidak berhasil? Bagaimana jika masih terjadi banjir? Bagai
Aku jadi merasa ragu karena Steein bertanya seperti itu. Namun, aku tidak punya pilihan karena aku sudah terlanjur memberikan penawaran.“Ya, jika aku sanggup mengabulkannya,” jawabku.“Baiklah. Kalau begitu, biar aku memikirkannya. Kamu sebaiknya masuk ke kamarmu,” ujar Steein.Steein terus menunggu di depan pintu sampai aku masuk ke dalam kamar. Aku pun masuk dengan perasaan yang tidak tenang. “Kenapa aku jadi merasa tidak nyaman akan tawaranku sendiri? Kira-kira apa yang akan diminta Steein, ya?” batinku.*****Seperti biasa, aku datang ke tempat kerja. Namun, ada perasan berdebar di hatiku selama aku berada dalam perjalanan untuk pergi bekerja. Karena hari ini adalah hari pertama setelah sekian lama aku bekerja seperti biasa. Itu artinya, Raja Edgar tidak akan datang lagi ke departemen sihir dan mengawasiku seharian selama aku bekerja. Itu juga menjadi tanda yang jelas bahwa semua proyek panjang
Karena aku bisa mendengar suara bisikan itu dengan jelas, tidak mungkin Karl dan Steein yang sudah terlatih di medan pertempuran dan memiliki telinga yang sensitif tidak mendengar hal itu.Namun, walau begitu , uluran tangan mereka masih berada di depanku seolah-olah tidak peduli dengan perkataan orang lain.Ini sulit. Jika aku menolak Karl, pasti para pendukung Karl akan menghujatku nanti. Sebaliknya, jika aku menolak Steein, maka kehidupanku di dunia pekerjaan akan kembali sulit karena mendapat serangan dari para bawahan dan pengikut Steein. Cara terbaik untuk menghadapi situasi ini adalah naik ke dalam kereta kuda dengan upaya sendiri.“Aku naik sendiri saja,” ujarku untuk menolak bantuan dari Karl dan Steein dan naik sendiri ke dalam kereta kuda.“Kalian tidak naik?” tanyaku kepada mereka setelah aku mengambil tempat duduk di dalam.Brak, bruk, brak.Aku terkejut dan menjauhkan tubuhku hingga ke sudu
“Baik, Yang Mulia,” jawabku dan kemudian berdiri.“Sesuai persyaratan yang kamu janjikan, maka kamu akan dibebaskan dari hukuman mati,” ujar Raja Edgar.Aku sangat gembira hingga kakiku ingin melompat-lompat untuk merayakan hari pembebasanku. Akan tetapi, rasa gembiraku itu terhenti karena Raja Edgar kembali melanjutkan ucapannya.“Mulai besok, kamu akan pindah ke Istana, dan menjadi sekretaris pribadi Raja. Tugasmu adalah membantu Raja dalam menangani administrasi kerajaan dan mengatur semua urusan yang terjadi di Istana,” ucap Raja Edgar.Aku terpaku di tempatku karena seperti mendengar sesuatu yang mustahil. Tidak pernah terbersit di benakku untuk berada lama-lama di dunia ini. Apalagi memiliki posisi yang penting di tempat yang sama sekali asing. Aku tidak ingin repot-repot karena ingin segera kembali. Namun, bukan hanya posisi penting biasa, sekarang aku malah diberikan posisi karir tertinggi bagi wanit
Aku terkekeh kecil karena sikap malu-malu Steein masih sama. “Tidak apa-apa, aku hanya senang karena kamu dan Karl masih bersikap sama seperti sebelumnya walaupun kalian mendapatkan gelar baru.”Kemudian, aku menyambut uluran tangan Steein dan berkata, “Ayo kita kembali.” Bukannya Steein, tetapi aku yang menarik tangan Steein dan membawanya menuju kereta kuda. Aku tidak menoleh untuk melihat wajah Steein, tapi aku sudah bisa menebak bagaimana merahnya wajah Steein sekarang.“Kenapa kalian bergandengan tangan seperti itu?” ucap Karl yang sudah duduk di dalam kereta begitu kami tiba.Aku melihat posisi duduk Karl. Karl duduk di tempat yang sebelumnya aku sudah katakan bahwa aku akan duduk di situ ketika pulang. “Apakah Karl buru-buru kembali ke kereta kuda karena ingin duduk di situ juga?” batinku.“Biar aku duluan yang masuk, Lissa,” ucap Steein.“Hahh?” ucapku spo
“Kenapa kamu ikut? Aku tidak mengajakmu,” cetus Steein.“Anggap saja sebagai perayaan kita bertiga mendapat gelar baru. Jika aku tidak ikut dengan kalian, kemungkinan besar keluargaku akan membuat perayaan besar dan memaksa kalian untuk ikut, terutama kamu Duke Karan. Apakah kamu mau?” Karl mempertegas ucapannya ketika ia menyebut gelar Steein. Sepertinya, keluarga Karl memang sungguh-sungguh akan memaksa Steein untuk ikut dalam perayaan itu mengingat bahwa mereka yang adalah teman masa kecil.“Ck!” Steein berdecak kesal dan tampak sangat membenci memikirkan untuk ikut perayaan seperti itu. Ya, tipe orang seperti Steein memang lebih memilih menghabiskan waktu untuk mengurung diri dan melakukan penelitian, daripada menghadiri perayaan pesta.“Kapan mau melakukan acara perpisahannya?” tanyaku memecahkan ketegangan antara Steein dan Karl.“Hari ini. Kamu beres-beres dulu, kemudian kalau suda
Entah kenapa rasanya hati ini menggelitik ketika melihat Raja Edgar. Mungkin itu karena aku benar-benar ingin berterima kasih kepada Raja Edgar karena ia telah menyelamatkan nyawaku.“Kenapa ia seperti itu?” tanya Raja Edgar dengan ekspresi tidak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat.“Ia minum alkohol yang dibawa Karl, Yang Mulia,” balas Steein. Jawaban Steein itu spontan membuat Raja Edgar memberikan tatapan tajam kepada Steein.Aku bisa mendengar pembicaraan Steein dan Raja Edgar, tetapi posisi mereka yang jauh berdiri dan berbicara berdua saja tanpa melibatkan aku dalam pembicaraan mereka, membuatku kesal.“Yang Mulia, duduk di sini, duduk di sini. Ayo gabung bersama kami. Kami sedang mengadakan acara perpisahan …. perpisahan karena aku tidak lagi bekerja di departemen Sihir…,” ucapku sambil menepuk-nepuk tempat duduk yang ada di sebelahku.Raja Edgar menepuk menatapku sambil
Aku menoleh dengan kaku dan dengan tubuh yang gemetar. Napasku tercekat ketika tatapanku bertemu dengan Raja Edgar.“Dari antara semua orang, kenapa harus Raja Edgar yang bangun lebih dulu?” teriakku dalam hati.“Emmm…” Tidak berapa lama, Karl dan Steein juga terbangun. Darahku semakin tersendat dan berhenti mengalir sehingga ujung kaki dan ujung jari tanganku terasa dingin, karena sekarang, aku harus menahan rasa malu terhadap Karl dan Steein juga.“Lissa? Kamu sudah bangun?” ucap Karl sambil mengucek-ngucek matanya.“Apakah itu patut ditanyakan ketika kamu sudah melihatku dengan jelas? Jawaban apa yang kamu harapkan?” tanyaku dalam hati karena tidak mengerti dengan maksud pertanyaan Karl.Sementara itu, Steein beranjak dari tempat duduknya dan pergi ke dapur. Setelah dari dapur, ia mendekat ke arahku sambil membawa segelas air putih di tangannya. “Minumlah. Bagaimana peras
“Kalau ini sih, sudah selayaknya aku menjadi bupati karena lebar wilayahnya sudah seperti satu kabupaten,” batinku.“Maaf, Yang Mulia. Setelah saya pertimbangkan beberapa kali pun, saya tetap tidak bisa menerima ini,” ucapku sambil menyodorkan kembali dokumen-dokumen itu. Tidak bisa aku bayangkan bagaimana cara aku menjaga kesejahteraan warga di wilayah itu sambil menjalani tugasku sebagai sekretaris Raja.“Lissa, itu bukanlah sesuatu yang bisa kamu tolak, karena ini adalah tanggung jawab kamu sebagai seorang Marchoness. Bukankah kamu sudah menerima gelarmu itu di hadapan banyak orang semalam,” ucap Raja Edgar.“Sial, ternyata itu sebabnya dilakukan serah terima tugas di depan bangsawan lain. Jika aku tahu kalau aku akan mendapatkan beban sebanyak ini, aku akan lebih memilih hidup seperti biasa dan bisa memiliki lebih banyak waktu luang,” batinku.Sekarang, aku tidak punya pilihan lagi, j