Masuk“Suatu saat, aku pasti bisa terbebas dari lingkaran setan ini! Pasti! Jika ada seutas harapan yang muncul dihadapanku, aku pasti akan memegangnya dengan erat sampai mustahil terlepas dari genggamanku!” batin Sariska Lianor dalam diam ketika terus berjalan sampai ke lantai bawah.
Tak berselang lama, Sariska Lianor telah sampai di lantai bawah. Berbeda dengan keadaan di lantai atas, kondisi di sini jauh lebih normal dan sangat beradab selayaknya kafe pada umumnya. Para pelanggan yang datang tentu hanya ingin memesan secangkir kopi, makanan, dan berbagai minuman lainnya.
Meski begitu, satu hal jelas tak berubah. Sosok cantiknya Sariska Lianor jelas langsung memikat berbagai macam tatapan binatang buas yang bertahun-tahun kelaparan dengan hasrat terpendam. Tentu saja, tatapan rasa iri para wanita juga tak jauh berbeda.
Hanya saja, mereka semua lebih beradab dan hanya melihat sekilas atau setidaknya paling banter hanya sebatas curi-curi pandangan saja. Sariska Lianor tidak terlalu terganggu akan hal itu, langkah kakinya terus berlalu sampai ke salah satu sudut antrian yang kosong.
Tempat antrian itu tidak seperti yang lainnya. Pasalnya, antrian itu hanya diperuntukkan demi melayani para pelanggan di lantai atas, berbeda dengan yang lainnya ketika penuh dengan antrian pelanggan di lantai bawah maupun pelanggan dari layanan aplikasi online.
“Hmm? Sariska rupanya! Sudah jam delapan malam, belum pulang juga rupanya!” ucap seorang wanita berusia 47 tahun bernama Bu Aniran, sosok pemilik Kafe Layanan Malam tempat Sariska Lianor bekerja saat ini.
“Bu Aniran pasti bercanda, kan? Sejak kapan wanita penghibur seperti saya ini pulang di pukul delapan malam? Bagi mereka yang seperti saya, jam delapan malam serasa jam delapan pagi. Waktu yang tepat untuk memulai hari demi bekerja lebih giat lagi!” sahut Sariska Lianor dengan senyum lembut seolah menyadari kalau Bu Aniran memang sengaja menggodanya.
“Haha, memang begitulah adanya kenyataan dirimu saat ini! Ya sudah, kamu pasti sibuk kerja, kan? Lalu, kamu pasti datang ke sini karena butuh sesuatu. Katakan saja kebutuhanmu, ingatlah kalau permintaan pelanggan tidak boleh disepelekan!” tegur Bu Aniran dengan kata-kata yang santai, tapi bagi Sariska Lianor terasa seperti anak panah yang dilesatkan ke jantungnya.
Sariska Lianor sontak saja terdiam sejenak sebelum tersenyum tipis, dan diam-diam mengejek dalam hatinya. “Iblis tua ini memang tidak bisa diharapkan sama sekali. Setiap kali ada kesempatan untuk mencemoohku, pasti langsung dieksekusi saat itu juga! Benar-benar makhluk berbisa yang sangat berbahaya!”
“Iya, Bu Aniran! Sariska ingat betul dengan nasehat tulus yang berulang kali mengingatkan Sariska sewaktu lupa akibat lelah melayani para pelanggan yang selalu bahagia setiap kalinya bertemu. Kalau begitu, Sariska ingin memesan dua botol mineral dan dua kaleng cola. Dua-duanya harus dingin ya, Bu!” ungkap Sariska Lianor dengan tenang berdiri santai di depan tempat antrian tersebut seorang diri.
Jika orang awam melihatnya, sosok rupawan seperti Sariska Lianor tampak seperti pelanggan premium kelas atas. Tidak ada yang menyangka, kalau Sariska Lianor hanyalah pegawai di tempat itu. Hal itulah yang membuat Bu Aniran sangat kesal dan diam-diam mengutuk dalam hatinya.
“Sialan, rubah murahan ini terus saja merusak pemandangan! Beraninya dia memerintah atasannya sendiri dengan kata-katanya itu! Dia pikir dirinya siapa, hah? Artis papan atas, bukan! Anak elit golongan orang kaya dan penguasa juga bukan! Beraninya dia berlagak seperti ini! Apa dia sengaja berpura-pura lupa statusnya sebagai wanita penghibur dan statusku sebagai atasannya, hah?!”
Kata-kata penuh amarah yang hanya bisa tersimpan dalam hatinya saja. Bu Aniran ingin sekali berteriak sambil melontarkan kata-kata pedasnya tersebut. Sayangnya, dia harus bersikap setenang mungkin ketika menghadapi sosok licik seperti Sariska Lianor ini.
“Baiklah, aku ambilkan dulu! Tunggu sebentar!” respon Bu Aniran dengan nada suaranya yang ketus dan tidak lagi ramah.
“Baik, Bu! Saya tunggu sebentar, ya!” sahut Sariska Lianor dengan lembut dan tersenyum tipis.
“Sialan, rubah murahan! Beraninya dia memerintahku untuk cepat-cepat secara tidak langsung! Kau tunggu saja pembalasanku, Sariska Lianor!” batin Bu Aniran dalam diam, tapi raut wajahnya seketika berubah sangat suram dan menyeramkan sekali.
Meski begitu, beliau masih bisa mengendalikan dirinya untuk tetap bersikap tenang dan sewajarnya. Mereka yang tidak tahu konflik di antara keduanya, jelas bingung memikirkannya. Sejak kapan keduanya berselisih dan apa juga alasannya?
Semua berawal dari saat kedatangan Sariska Lianor melamar kerja di tempat ini. Sosok yang memberikan pertanyaan biadab saat interview lamaran kerja yang tidak lain adalah Bu Aniran itu sendiri. Dialah yang menawari Sariska Lianor pekerjaan menjadi pegawai kafe di pagi hingga sore hari, tapi menjadi wanita penghibur saat malam hari tiba.
Alasan Bu Aniran menawarkan hal itu karena bisnis kafenya sedang dalam keadaan krisis finansial akibat persaingan ketat dan inflasi yang tidak stabil. Belum lagi, munculnya pandemi virus baru yang mengacaukan segalanya jelas semakin memperburuk keadaan.
Di tengah situasi tersebut, Bu Aniran meminta izin suaminya untuk membuka layanan baru di kafe miliknya tersebut. Awalnya, sang suami langsung menolak mentah-mentah ide gila tersebut.
Lagi pula, layanan baru yang diusulkan malah mengarah jauh dari esensi kafe itu sendiri yang tenang dan damai, bukannya tempat panas dengan hasrat dan nafsu yang membara. Citra kafe yang ramah ke segala umur bisa hancur lebur kalau sampai menyebar ke mana-mana.
Sariska Lianor bisa benar-benar menikmati sensasi hubungan badan yang selayaknya dia dapatkan. Sosis kekar, tubuh gagah, dan wajah yang enak dipandang bergabung menjadi satu. Semua itu membuat Sariska Lianor terkadang kehilangan akal sehatnya karena menikmati suasana panas tersebut.Namun, Sariska Lianor tetap dengan keyakinannya bahwa hubungan badan yang dilakukannya sangat menjijikkan dan Pak Drakan tidak lebih sebagai pria bejat pada umumnya. Dalam pandangannya Sariska Lianor, tidak peduli seberapa nikmat yang dirasakan tubuhnya, hatinya tetap akan merasa jijik dan bersalah.Kembali ke posisi di mana Sariska Lianor sedang duduk santai di dalam toilet. Wanita cantik itu melepaskan salah satu sepatu haknya. Tiba-tiba, haknya berhasil dilepaskan hanya dengan beberapa trik di mana ada secarik plastik yang berisikan bubuk putih tidak dikenal.“Huh, seingatku obat tidur ini tinggal sedikit persediaannya di rumah. Sudah waktunya beli bahan di apotik saat pulang nanti, lalu diracik menjadi
“Hadeh, ada-ada saja. Sampah masyarakat sepertinya masih saja bersaing dalam hal-hal yang tidak bermutu seperti peringkat di tempat terkutuk ini. Huh…, ya biarlah! Bukan urusanku juga! Semua pasti ada waktunya lingkaran setan ini berakhir nantinya. Aku hanya perlu bertahan sampai hari itu tiba!” pikir Sariska Lianor sambil melirik kepergian Bu Risma sebelum akhirnya memutuskan langsung masuk ke dalam salah satu pintu toilet yang kosong.Peringkat yang dimaksud oleh Bu Risma tidak lain adalah List Papan Peringkat yang selama ini ditampilkan setiap bulannya oleh Bu Aniran selaku pemilik Kafe Layanan Malam. Semua itu demi memotivasi semua wanita penghibur agar dapat terus meningkatkan pendapatan dari hasil sewa masing-masing di antara wanita penghibur.Sariska Lianor sudah konsisten menjadi peringkat satu selama lima tahun ini di setiap bulannya. Sebuah rekor yang tak terkalahkan sama sekali. Peringkat keduanya jelas tak lain adalah Bu Risma yang kalau diamati baik-baik, postur tubuhnya
Kaum hawa lainnya yang berada di sana diam-diam tersenyum tipis, menyaksikan adu mulutnya antara Bu Risma dan Sariska Lianor seolah sedang menonton pertunjukkan layar lebar. Tidak ada yang ingin ikut campur termasuk melerai atau memperkeruh suasana.Diam di sana sudah cukup untuk memanaskan situasi yang ada. Tidak peduli itu Sariska Lianor ataupun Bu Risma, dua wanita penghibur yang terbilang cantik dan aduhai tubuhnya itu sama-sama memiliki banyak pembencinya. Melihat musuh mereka saling bermusuhan, jelas pilihan langka yang cukup untuk menghibur diri.Ekspresi wajahnya Sariska Lianor seketika berubah menjadi dingin dengan tatapan kosong ke arah wajahnya Bu Risma yang tampak tersenyum mengejek. Meski begitu, Sariska Lianor tetap bersikap setenang mungkin.“Apa? Marah? Tersinggung? Wah, pasti tebakanku benar, kan? Jadi lebih baik kau sadar diri, jangan coba-coba berlagak songong lagi!” tegas Bu Risma sambil melayangkan telapak tangannya mengarah ke wajahnya Sariska Lianor, bermaksud m
“Senjata makan tuan, dia sendiri yang menawarkan pekerjaan ini kepadaku, malah membenciku karena ulah bejat suaminya sendiri. Benar-benar wanita berhati busuk yang gembira dengan keuntungan ketika suami orang lain berselingkuh, tapi langsung sakit hati ketika suaminya sendiri yang selingkuh di tempat laknat ini!”Sariska Lianor terdiam membatin dalam hatinya yang kini juga sudah lama memendam perasaan tidak senang dengan sikap Bu Aniran yang menurutnya terlalu semena-mena dengan statusnya sebagai atasannya itu.Tidak pernah satu kali pun Bu Aniran memohon maaf kepadanya, apalagi menyesal atas perbuatannya melakukan bisnis gelap berupa layanan wanita penghibur di malam hari. Sosok keji dan tidak tahu malu seperti itulah diri sebenarnya Bu Aniran yang tertutupi dari kalangan umum.“Serakah, iri dengki, bernafsu, dan tidak pernah merasa bersalah. Kelakuannya tidak jauh berbeda dengan suaminya. Memang pantas takdir mempertemukan pasangan biadab seperti keduanya itu. Mungkinkah, suatu hari
Belum lagi, sang suami adalah pengusaha sukses dari Keluarga Daryankor yang tidak ingin mengambil resiko merusak reputasinya sendiri. Akan tetapi, desakan Bu Aniran yang terus memohon dengan iming-iming profit yang menggiurkan, sang suami yang merupakan investor atau pemilik kedua Kafe Layanan Malam itu pun akhirnya setuju.Itulah yang terjadi lima tahun yang lalu sehingga sejak saat itulah Kafe Layanan Malam benar-benar menyediakan layanan malam sesuai namanya. Lowongan pekerjaan yang dilihat oleh Sariska Lianor saat itu merupakan lowongan kerja yang memang sengaja dirancang dengan menemukan bibit-bibit unggulan sebagai aset wanita penghibur.Sariska Lianor salah satu di antara sekian banyak wanita cantik yang diterima kerja di sana. Semuanya berjalan seperti yang direncanakan. Dengan berbagai macam upaya promosi, Kafe Layanan Malam perlahan-lahan terkenal di kalangan para pria hidung belang.Keuntungan yang awalnya hanya khayalan kian semakin nyata. Hal itu membuat sang suami yang m
“Suatu saat, aku pasti bisa terbebas dari lingkaran setan ini! Pasti! Jika ada seutas harapan yang muncul dihadapanku, aku pasti akan memegangnya dengan erat sampai mustahil terlepas dari genggamanku!” batin Sariska Lianor dalam diam ketika terus berjalan sampai ke lantai bawah.Tak berselang lama, Sariska Lianor telah sampai di lantai bawah. Berbeda dengan keadaan di lantai atas, kondisi di sini jauh lebih normal dan sangat beradab selayaknya kafe pada umumnya. Para pelanggan yang datang tentu hanya ingin memesan secangkir kopi, makanan, dan berbagai minuman lainnya.Meski begitu, satu hal jelas tak berubah. Sosok cantiknya Sariska Lianor jelas langsung memikat berbagai macam tatapan binatang buas yang bertahun-tahun kelaparan dengan hasrat terpendam. Tentu saja, tatapan rasa iri para wanita juga tak jauh berbeda.Hanya saja, mereka semua lebih beradab dan hanya melihat sekilas atau setidaknya paling banter hanya sebatas curi-curi pandangan saja. Sariska Lianor tidak terlalu tergangg







