Share

Bab 20

Author: El Baarish
last update Last Updated: 2025-07-23 22:56:23

Seleb 20

.

Duar!

Mataku terbuka saat mendengar sebuah ledakan entah dari mana. Aku masih mengumpulkan nyawa karena beberapa waktu lalu tertidur, kupikir hanya mimpi buruk. Namun, setelah sadar dan membuka mata dengan sempurna, aku bahkan terbatuk karena gempulan asap memenuhi kamar.

Suasana pun terasa sangat panas, kipas angin mati, lampu tidur juga mati. Sulit untuk melihat jelas apa yang terjadi, tapi dari ventilasi, di luar sana kulihat ada cahaya kemerahan. Langsung saja hatiku berdebar sangat kuat, aku ketakutan sambil meneriakkan nama suami.

"Baaaaang!" teriakku.

"Kebakaran!" teriak suamiku yang ternyata juga sudah bangun. Mungkin sama sepertiku, saat bangun pertama susah menyesuaikan diri dengan keadaan.

Aku memegang tangan Bang Fahri, sambil mendekat pada lemari untuk mengambil beberapa barang penting.

Suamiku terus berteriak agar semua orang di rumah ini bangun. Kami segera membuka pintu kamar dan melihat api yang berkobar dari arah dapur.

"Mamak, Bang, Mamak." Aku menatap Ba
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • MERTUA BAIK, IPAR NYELEKIT!   Bab 22

    Seleb 22.Siang hari, Bang Fahri pulang ke rumah Mayra. Ia bilang, pemilik ruko memberikan kami harga sewa yang di bawah rata-rata karena ia tahu kami sedang mendapat musibah. Untuk satu bulan hanya tiga ratus ribu. Benar-benar seperti dititipin buat tinggal dan urus ruko itu aja, karena mana ada sewa ruko segitu yang kata Bang Fahri lumayan besar. Apalagi letaknya tidak di pelosok desa, melainkan di jalan utama dekat dengan pasar.Semalaman kami semua tinggal di rumah Mayra. Oh, jangan ditanya berapa banyak drama yang kami lalui. Benar saja sikapku tadi membeli beberapa sayuran untuk dimasak siang, karena kulihat kulkasnya entah memang tak terisi atau dia sembunyikan. Lucunya, setelah semuanya matang, ia yang paling awal menyisihkan masakan itu untuk suaminya. Katanya kalau malam pulang kerja, suaminya selalu makan di rumah.Udahlah aku dan Adel yang masak, eh dia malah seenaknya.Entah kenapa hari ini Adel terlihat penurut dan diam sekali. Biasanya mana mau dia bantu-bantu di dap

  • MERTUA BAIK, IPAR NYELEKIT!   Bab 21

    Bab 21.Beberapa jam sebelumnya, untuk melalui malam kami habiskan di rumah sakit dengan tidak tidur sampai subuh. Paginya kami langsung pulang, karena ibu yang minta untuk segera pulang.Ibu pengen liat rumahnya. Para perawat di situ membolehkan pulang, karena kondisi ibu memang tidak fatal, hanya sesak karena terlalu banyak menghirup asap. Beberapa jam setelah dipasang oksigen, ia kembali normal.Kak Rina, aku dan keluarga akhirnya pulang. Di bawah matahari terbit, rumah yang seluruhnya telah menghitam itu begitu jelas terlihat. "Ya Allah, Pak. Rumah kita habis terbakar …," rintih Ibu sambil luruh lututnya di atas rerumputan. Ia terlihat tak kuasa menahan pilu yang amat dalam.Orang-orang juga mulai terlihat ramai untuk melihat kejadian yang menimpa kami semalam. Orang yang lewat lalu lalang, pasti berhenti sejenak untuk melihat keadaan rumah kami. Berita ini pun sudah menyebar ke banyak wilayah. Setelah subuh tadi, aku mendapat telepon dari Ibu dan nenekku. Mereka baru melihat c

  • MERTUA BAIK, IPAR NYELEKIT!   Bab 20

    Seleb 20.Duar!Mataku terbuka saat mendengar sebuah ledakan entah dari mana. Aku masih mengumpulkan nyawa karena beberapa waktu lalu tertidur, kupikir hanya mimpi buruk. Namun, setelah sadar dan membuka mata dengan sempurna, aku bahkan terbatuk karena gempulan asap memenuhi kamar.Suasana pun terasa sangat panas, kipas angin mati, lampu tidur juga mati. Sulit untuk melihat jelas apa yang terjadi, tapi dari ventilasi, di luar sana kulihat ada cahaya kemerahan. Langsung saja hatiku berdebar sangat kuat, aku ketakutan sambil meneriakkan nama suami."Baaaaang!" teriakku."Kebakaran!" teriak suamiku yang ternyata juga sudah bangun. Mungkin sama sepertiku, saat bangun pertama susah menyesuaikan diri dengan keadaan.Aku memegang tangan Bang Fahri, sambil mendekat pada lemari untuk mengambil beberapa barang penting.Suamiku terus berteriak agar semua orang di rumah ini bangun. Kami segera membuka pintu kamar dan melihat api yang berkobar dari arah dapur."Mamak, Bang, Mamak." Aku menatap Ba

  • MERTUA BAIK, IPAR NYELEKIT!   Seleb 19

    Seleb 19.Beberapa hari kemudian, Ibu pulang dari rumah sakit. Kondisinya sudah jauh lebih membaik, tapi dokter menyarankan agar Ibu istirahat banyak dan jangan melakukan pekerjaan berat, jangan stres."Mamak jangan jualan es tebu dulu ya," kataku saat memberikannya obat dari dokter."Kek mana pula, jualan itu udah kek hidup Mamak, Nak." Tampak sekali guratan kesedihan di wajahnya. Sedih karena tak bisa melakukan aktivitas yang biasa ia lakukan."Jangan pikir kali itu, Mak. Kesehatan Mamak lebih penting. Biar Ozan yang jualan," kata adik iparku yang baru selesai makan, dan langsung ke kamar Ibu.Ozan udah daftar kuliah, udah beres semuanya. Hanya tinggal menunggu tanggal masuk. Melihat Ibu yang terbaring lemah di kasur, mungkin membuatnya tak tega hingga ia dengan rela menggantikan Ibu untuk jualan.Adel hanya diam dan berdiri di pintu. Mayra tadi sempat singgah, tapi ia harus menjemput Naufal sekolah."Mak … udah saatnya pula Mamak pensiun." Bang Fahri tiba-tiba berkata seperti itu.

  • MERTUA BAIK, IPAR NYELEKIT!   Bab 18

    Seleb 18.Aku lagi melakukan night rutin skincare. Pakai produk sendiri seperti yang kujelaskan pada Bang Fahri sebelumnya.Aku menyisir rambut, dan tak lupa pakai parfum sebelum tidur. Hal yang sudah menjadi rutinitasku, tidur harus tetap wangi. Apalagi tidur sama suami yang hari demi hari bikin makin cinta.Namun, sedari tadi sepertinya Bang Fahri menatapku. Bisa kulihat dari cermin besar yang ada di depanku.Aku membalikkan badan ke belakang, mendekat pada suami yang kini sudah berbaring."Kenapa, Bang? Adek cantek kali ya?" tanyaku menggodanya demi menghangatkan suasana.Sebenarnya aku tahu, sepertinya Bang Fahri ada hal yang ingin dikatakan.Suamiku pun bangun dan duduk berdekatan denganku."Adek tadi ngobrol apa sama Ozan?" tanya suamiku.Ah, aku mengerti ke mana arah pembicaraannya."Emangnya Ozan bilang apa sama Abang?" tanyaku."Adek mau biayain kuliah dia?" tanya suamiku memastikan. Mungkin Ozan sudah menceritakan semuanya. Mengingat mereka juga sangat dekat satu sama lain.

  • MERTUA BAIK, IPAR NYELEKIT!   Bab 17

    Seleb 17.Matahari masih saja terik, padahal udah sore pukul 5. Aku belum mandi, tapi masih cantik, masih wangi. Elah.Bukan gitu maksudnya, aku sengaja belum mandi di waktu yang sesore ini karena ingin menyusul Bang Fahri di kebun. Pulang kerja, dia langsung ke kebun untuk menyiram kacang panjang dan tomat di sana.Katanya kalau sudah berbuah, dia mau masak seperti menu Adel kemarin di restoran. Ya, biar porsinya gak dikit amat katanya, kan dari kebun sendiri.Aku keluar lewat pintu belakang, mengenakan daster semata kaki dan jilbab kurung seperti kebiasaan di rumah.Namun, mataku fokus pada seseorang yang duduk di gazebo seperti biasanya, Ozan. Bukan apa, tapi kali ini kulihat pandanganya jauh menerawang entah ke arah mana. Sesekali ia melihat ponsel di tangannya.Biasanya anak itu kalau di gazebo ya belajar, bukan ngelamun gak jelas di sini.Aku mendekat, penasaran karena gak biasanya Ozan seperti itu."Hayooo! Mikir cewek kau?" Aku mengejutkan Ozan.Agak terkejut sih emang, jadi u

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status