Home / Romansa / MISTERI CINTA CEO TAMPAN / BAB. 4 Paula Telah Pergi Selamanya

Share

BAB. 4 Paula Telah Pergi Selamanya

last update Last Updated: 2025-05-30 21:59:30

Di malam yang dingin dan berangin itu, Samuel, seorang anak jenius kelas enam SD, baru saja pulang dari restoran ayam cepat saji bersama Asisten Akri, yang selalu setia menemaninya.

Malam itu, suasana terasa aneh bagi Samuel. Sesuatu di udara membuatnya merasa tidak nyaman, seolah ada yang tidak beres. Ketika mereka mendekati rumahnya, Samuel melihat banyak orang yang berkumpul di halaman dan di dalam rumahnya. Lampu-lampu rumah terlihat terang, namun ada suasana muram yang menyelimuti.

"Asisten Akri, kenapa banyak sekali orang di rumahku?" tanya Samuel dengan nada bingung dan sedikit cemas.

Asisten Akri hanya menggelengkan kepala, wajahnya juga tampak muram, tidak seperti biasanya.

"Entahlah, Tuan Muda Samuel. Mari kita masuk dan cari tahu," jawabnya sambil menepuk pundak Samuel dengan lembut.

Sebenarnya Asisten Akri sudah mengetahui semuanya. Namun dia tidak sanggup mengatakan yang sejujurnya kepada Samuel. Akri tidak mau mematangkan hati bocah laki-laki itu.

Samuel pun mulai berjalan masuk ke rumahnya dengan hati-hati. Setiap langkah yang diambilnya terasa berat, seolah ada beban yang tidak terlihat yang sedang mengikat kakinya.

Ruangan di dalam rumahnya yang megah itu telah penuh dengan keluarga dan kerabat yang sedang berbicara dengan suara rendah, beberapa di antaranya menatap Samuel dengan pandangan kasihan. Anak lelaki tersebut semakin bingung dan mulai merasa ada yang benar-benar salah.

"Samuel, kemarilah," panggil seorang kerabat dekatnya dengan suara lembut namun serius.

Samuel mengikuti suara itu, menembus kerumunan orang yang berdiri di ruang tamu. Semakin dalam dia masuk, semakin jelas suara tangisan yang terdengar.

Di sudut ruang tamu, Samuel dapat melihat kedua orang tuanya, Nyonya Dela dan Tuan Amos, yang duduk di sofa sambil menangis tersedu-sedu. Ibunya, Nyonya Dela, memeluk erat selembar kain yang sepertinya merupakan pakaian adiknya, Paula. Ayahnya, Tuan Amos, memegang kepalanya dengan kedua tangan, terisak tanpa henti.

"Mami, Papi, ada apa ini? Kenapa kalian menangis?" tanya Samuel dengan suara gemetar, mencoba menahan perasaan takut yang mulai merambat di dalam dirinya.

Nyonya Dela menoleh ke arah putranya, air mata semakin deras mengalir deras di pipinya. Dia tidak sanggup menjawab, hanya bisa menangis lebih keras. Tuan Amos pun tampak tak berdaya untuk memberi penjelasan kepada Samuel.

Baik Tuan Amos maupun Nyonya Dela sangat tahu bagaimana putra sulung mereka, Samuel sangat menyayanginya adiknya, Paula yang kini telah meninggalkan mereka semua untuk selamanya.

Asisten Akri yang berdiri di belakang Samuel, menunduk dan menepuk bahu anak lelaki itu. Dengan berat hati dia pun berkata,

"Tuan muda Samuel, sebenar ada yang ingin kami sampaikan. Saya berharap Anda dapat tabah dan kuat menerima semuanya," tutur Asisten Akri dengan suara serak.

Samuel mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan, dan matanya akhirnya tertuju pada sebuah tempat tidur kecil yang terletak di tengah ruang tamu. Di atas tempat tidur itu, terbaring tubuh mungil yang begitu dikenalnya. Tubuh Paula, adik perempuannya yang masih duduk di kelas empat SD, terbujur kaku dengan wajah yang sangat pucat dan bibir yang telah membiru.

"Paula! Paula kenapa? Papi! Mami! Apa yang terjadi kepada Paula?" jerit Samuel dengan suara yang penuh kesedihan.

"Paula, bangun! Paula, kenapa kamu diam saja?" Samuel lalu segera berlari ke arah tempat tidur kecil itu, dan mulai mengguncang-guncang tubuh Paula yang dingin dan tak bergerak. Tangisannya pecah, memenuhi seluruh ruangan dengan jeritan pilu.

"Paula! Jangan tinggalkan aku! Paula! Bangun, ini aku, Samuel! Kakakmu! Kita masih punya banyak hal yang harus kita lakukan bersama! Paula, bangun!" Samuel berteriak dengan histeris, memeluk erat tubuh adiknya yang sudah tidak bernyawa lagi.

Nyonya Dela dan Tuan Amos semakin menangis melihat pemandangan itu. Mereka tahu betapa dekatnya hubungan Samuel dengan Paula.

Samuel, bocah yang selalu ceria dan penuh semangat, kini berubah menjadi sosok yang putus asa dan hancur.

Orang-orang di sekitar hanya bisa menunduk, beberapa di antaranya ikut menangis menyaksikan penderitaan keluarga kecil itu. Tidak ada kata-kata yang bisa menghibur atau mengurangi kesedihan yang dirasakan Samuel dan keluarganya malam itu.

"Asisten Akri, tolong katakan ini tidak benar. Katakan bahwa Paula hanya sedang tidur dan akan bangun sebentar lagi." Samuel pun memohon dengan suara yang hampir tak terdengar, penuh dengan harapan yang rapuh.

Asisten Akri menggelengkan kepala dengan sedih,

"Tuan Muda Samuel, Nona Paula sudah pergi. Dia sudah berada di tempat yang lebih baik sekarang."

"Tidak! Tidak! Ini tidak mungkin! Paula tidak boleh meninggalkanku!" Samuel terus meratap, suaranya pecah dalam isakan yang memilukan.

Malam itu, dunia Samuel seketika menjadi runtuh. Di usianya yang masih muda, dia harus menerima kenyataan pahit jika adik tercintanya telah pergi untuk selama-lamanya. Tidak ada lagi tawa riang Paula, tidak ada lagi cerita-cerita sebelum tidur, tidak ada lagi kehadiran yang selalu membuat hari-harinya berwarna. Semua kenangan itu kini hanya menyisakan luka yang begitu dalam.

Samuel akhirnya terduduk di lantai, memeluk tubuh Paula erat-erat. Dia tidak ingin melepaskan adiknya, tidak ingin percaya bahwa ini adalah kenyataan. Di tengah jerit tangisnya, Samuel merasakan kekosongan yang tak terhingga, seolah separuh jiwanya telah hilang bersama kepergian Paula.

"Aku akan selalu merindukanmu, Paula. Aku janji akan selalu mengingatmu. Selamat tinggal, adikku," bisiknya pelan, sambil terus memeluk tubuh Paula yang dingin.

Nyonya Dela dan Tuan Amos kemudian menghampiri Samuel, mereka bertiga berpelukan, saling memberikan kekuatan di tengah badai duka yang melanda. Meskipun perasaan kehilangan itu begitu menyakitkan, mereka tahu bahwa sebagai sebuah keluarga, mereka harus saling mendukung dan melanjutkan hidup, meskipun tanpa Paula di sisi mereka.

Malam itu menjadi malam terkelam dalam hidup Samuel. Namun, dari kesedihan itu, dia belajar tentang arti kekuatan, ketabahan, dan cinta yang tidak pernah akan luntur. Dan di tengah tangis dan isak yang memeluk malam, Samuel berjanji pada dirinya sendiri untuk selalu menjaga kenangan tentang Paula, adik tercintanya, dalam hatinya, selamanya.

Sementara Mikha, gadis yang juga menjadi korban kecelakaan. Masih berada di rumah sakit, air mata semakin menetes di kedua pipinya. Entah kenapa hatinya sangat sakit bagaikan disayat-sayat oleh belati tajam.

Bunda Nadia yang sedang menjaga putrinya, segera berkata,

“Mikha, kamu kenapa menangis? Apakah luka-lukamu masih terasa sakit?”

“Aku nggak tahu, Bunda. Entah kenapa aku merasa sangat sedih sekarang. Bunda, bolehkah aku memelukmu untuk melepaskan beban ini?”

Tanpa ragu lagi, Bunda Nadia segera memeluk putri tunggalnya itu. Seketika tangisan Mikha pecah di dalam pelukan ibunya. Tiba-tiba gadis kecil itu mengingat tentang Paula.

Karena kelelahan menangis, Mikha pun tertidur di dalam pelukan Bunda Nadia.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MISTERI CINTA CEO TAMPAN    BAB. 25 Tawa Bahagia Mikha

    Setelah beberapa saat berlalu, tangisan Mikha akhirnya reda. Dia menghela napas panjang, berusaha menenangkan dirinya. Samuel masih membiarkan gadis itu bersandar di bahunya, tanpa mengatakan apa pun. Pria itu hanya membelai rambut Mikha dengan lembut, memberikan ketenangan dalam diam.Mikha perlahan menjauh, menyeka sisa air mata di pipinya, lalu menatap Samuel dengan mata yang masih sedikit memerah. "Maaf ya, aku jadi cengeng."Samuel tersenyum tipis. "Nggak apa-apa, kok. Kadang, menangis itu perlu."Mikha mengangguk pelan. "Terima kasih, Samuel."Untuk membuat suasana lebih baik, Samuel tiba-tiba berkata, "Ayo kita jalan-jalan di tepian pantai. Udara sore di pantai ini cukup menyegarkan."Mata Mikha berbinar mendengar ajakan itu. "Serius? Apakah boleh?"Samuel tertawa lagi melihat antusiasmenya. "Tentu saja. Ayo."Mikha dengan cepat berdiri, lalu berjalan menuju bibir pantai. Tanpa diduga, dia langsung melepas sepatunya dan mulai berjalan tanpa alas kaki di atas hamparan pasir p

  • MISTERI CINTA CEO TAMPAN    BAB. 24 Malah Semakin Akrab

    Setelah Mikha sepenuhnya sadar dan dokter memastikan kondisinya stabil, Samuel segera mengurus administrasi rumah sakit. Dia tidak ingin Mikha terlalu lama di sana. Begitu semua urusan selesai, pria itu kembali ke kamar rawat dan melihat Mikha sudah duduk di tepi ranjang, bersiap untuk pergi."Kamu sudah siap, Mikha? Kita akan keluar dari rumah sakit sebentar lagi," ucap Samuel lembut.Mikha menoleh dan tersenyum tipis. "Ya, aku siap kok. Terima kasih, Samuel. Kalau bukan karena kamu, aku nggak tahu apa yang terjadi tadi."Samuel menggeleng. "Aku cuma kebetulan ada di sana. Lagi pula, aku nggak bisa diam saja melihat seseorang dalam bahaya. Tapi ku sarankan lain kali jangan melewati jalan yang sepi, itu bisa menimbulkan kejadian yang tak terduga. Seperti yang kamu alami tadi."Mikha menatapnya sejenak, lalu berdiri. "Iya, Sam. Lain kali aku akan lebih berhati-hati lagi. Kalau begitu, ayo kita keluar dari sini."“Baiklah, Mikha.”Samuel pun menuntun Mikha keluar dari rumah sakit. Be

  • MISTERI CINTA CEO TAMPAN    BAB. 23 Pertemuan Tak Terduga

    Langit siang itu begitu terik, dan jalanan Kota Jakarta dipenuhi dengan suara klakson yang bersahut-sahutan. Samuel duduk di balik kemudi mobilnya, mengetukkan jarinya ke setir dengan gelisah. Dia baru saja selesai bertemu dengan seorang klien dan kini hendak kembali ke kantornya, SPAD Corp. Setelah tadi singgah sebentar melihat keadaan ibunya di sebuah rumah sakit jiwa.Nyonya Dela, sang ibu. Masih saja belum sembuh dengan depresi karena kehilangan Paula, putri kesayangannya. Padahal peristiwa itu telah terjadi bertahun-tahun yang lalu. Akan tetapi perempuan tua itu masih mengingat jelas kejadian yang menimpa Paula, yang masih tak jelas sampai sekarang.Samuel mencoba menghela napasnya. Membiarkan perasaan kalutnya hilang begitu saja. Namun, kemacetan di depannya tampak tak berujung. Membuat dirinya malah semakin gelisah.“Hei, ada apa denganku? Kenapa aku menjadi gelisah seperti ini?” gumamnya dalam hati.Samuel mendesah panjang. "Sial, kenapa siang ini macet banget?" gumamnya lagi

  • MISTERI CINTA CEO TAMPAN    BAB. 22 Perasaan Gelisah Yang Tiba-tiba Menyapa

    Assisten Eki melangkah keluar dari ruang kerja Bos Samuel dengan perasaan berat. Dia tahu Mikha pasti berharap bisa bertemu langsung dengan Samuel hari ini, apalagi setelah usaha kerasnya menemukan gadis itu. Namun, keadaan berkata lain. Samuel harus segera ke rumah sakit untuk melihat ibunya, dan pertemuan dengan Mikha harus ditunda.Saat Asisten Eki kembali ke ruang tunggu, Mikha masih duduk di sana dengan sabar, sesekali memainkan ujung jemarinya di atas tasnya yang tergeletak di pangkuan. Dia menoleh ke arah Asisten Eki dengan tatapan penuh tanya saat pria itu muncul.“Bagaimana, Asisten Eki. Apakah saya akan bertemu dengan Tuan Samuel sekarang? Soalnya saya tidak bisa berlama-lama. Saya ada pekerjaan penting di tempat lain,” tutur Mikha kepada pria itu.Namun dengan cepat Asisten Eki berkata,"Maaf, Nona Mikha," ucap Asisten Eki dengan nada lembut. "Tuan muda Samuel tidak bisa menemui Anda saat ini. Dia memiliki urusan keluarga mendesak di rumah sakit."Mikha terdiam sejenak. Ma

  • MISTERI CINTA CEO TAMPAN    BAB. 21 Tak Jadi Bertemu

    Asisten Eki mengemudi dengan penuh semangat setelah mendapatkan informasi yang cukup akurat tentang keberadaan Mikha Clarissa. Kelegaan yang dirasakannya begitu besar karena akhirnya dia bisa memberikan kabar baik kepada Samuel, sang CEO yang selama ini terus menanyakan keberadaan gadis yang telah menarik perhatian hati atasannya.Setelah bertemu dengan dua wanita yang memberikan informasi tentang lokasi Mikha, Asisten Eki langsung menuju daerah Kemayoran, seperti yang telah diberitahukan. Dia menemukan sebuah rumah kecil yang tampaknya memang tempat tinggal Mikha. Namun, saat Asisten Eki mendatangi rumah kontrakan tersebut, Mikha tidak ada di sana, dan pemilik kontrakan hanya bisa memberikan informasi jika gadis itu sudah pindah beberapa minggu lalu ke rumah kontrakan yang lebih besar.Meskipun demikian, Asisten Eki tak mau menyerah. Berdasarkan petunjuk yang didapatkan olehnya, dia akhirnya mengetahui jika Mikha kini bekerja paruh waktu di sebuah toko bunga kecil tak jauh dari rum

  • MISTERI CINTA CEO TAMPAN    BAB. 20 Mulai Mendapatkan Titik Terang

    Pencarian seorang gadis bernama Mikha oleh CEO SPAD Corp.Di sebuah gedung pencakar langit yang menjulang tinggi di pusat Kota Jakarta, kantor CEO SPAD Corp, Samuel Anderson, dipenuhi ketegangan. Pria tampan dan berkharisma dengan jas hitam elegan itu sedang duduk di kursinya dengan ekspresi murka dingin. Matanya tajam menatap seorang pria muda berjas abu-abu yang berdiri di hadapannya. Dia adalah Eki, asisten pribadinya."Aku sudah bilang padamu, Eki. Pastikan gadis bernama Mikha itu lolos wawancara! Bagaimana mungkin dia malah tidak diterima?" suara Samuel terdengar dingin dan tajam.Asisten Eki menelan ludah, mencoba menjelaskan, "Saya benar-benar tidak tahu, Tuan Muda. Saya sudah menginformasikan kepada tim perekrut, tapi ternyata mereka tetap menjalankan seleksi seperti biasa."Samuel menggeram pelan, tangannya mengepal di atas meja kayu mahoni. Sejak pertemuannya dengan gadis bernama Mikha beberapa waktu yang lalu, perasaannya yang selama ini dingin dan selalu diselimuti emosi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status