Home / Romansa / MISTERI CINTA CEO TAMPAN / BAB. 5 Bermimpi Bertemu Paula

Share

BAB. 5 Bermimpi Bertemu Paula

last update Huling Na-update: 2025-05-30 22:00:12

Malam itu, suasana rumah sakit sunyi dan tenang, hanya terdengar bunyi lembut mesin-mesin medis dan sesekali langkah kaki perawat yang berjaga.

Di sebuah kamar rawat, seorang gadis kecil bernama Mikha terbaring dengan tubuh yang masih dipenuhi luka-luka. Siang tadi, Mikha mengalami kejadian yang mengerikan. Dia berlari kencang menghindari penculik anak bersama Paula, seorang anak perempuan yang juga menjadi target penculikan.

Karena keberanian keduanya, mereka berhasil lolos, dari sebuah rumah kosong yang dijadikan penculik anak itu untuk mengurung mangsa mereka. Namun sayangnya Mikha dan Paula harus berlari di jalur yang berbeda untuk mengecoh penculik itu. Mereka berdua sama-sama mengalami cedera dan dibawa ke rumah sakit oleh orang-orang.

Mikha masih merasa nyeri di sekujur tubuhnya, tapi lebih dari itu, hatinya juga terluka mengenang kejadian yang baru saja dialaminya tadi siang.

Karena kelelahan menangis, Mikha pun tanpa sadar telah tidur. Bunda Nadia yang mengetahui jika anaknya telah tertidur di dalam pelukannya. Dia pun meluruskan badan Mikha agar dapat tidur dengan sempurna di atas ranjang rumah sakit.

Mikha memejamkan matanya, mencoba untuk tidur. Perlahan, dia terlelap dan masuk ke dalam dunia mimpi. Di dalam mimpinya, dia menemukan dirinya berada di sebuah taman yang indah, penuh dengan bunga-bunga warna-warni yang mekar dengan ceria. Matahari bersinar lembut, menciptakan suasana yang hangat dan damai. Taman itu sungguh sangat sempurna laksana surga impian setiap orang.

Di tengah taman, ada sebuah danau yang jernih, airnya berkilauan diterpa sinar matahari. Tiba-tiba, Mikha melihat sosok yang dikenalnya.

"Paula!" seru Mikha dengan gembira, melambaikan tangan ke arah temannya.

Paula, dengan rambut hitam panjangnya yang berkibar lembut tertiup angin, tersenyum dan berlari ke arah Mikha.

Paula tampil dengan memakai gaun putih panjang wajahnya memancarkan cahaya putih yang semakin menambah kecantikannya.

“Paula, kamu sangat cantik dengan gaun putih ini!” kagum Mikha kepadanya.

“Terima kasih, atas pujianmu, Mikha!” sahut Paula lembut.

Mereka berdua tertawa dan bermain-main di tepi danau, melemparkan batu kecil ke dalam air, menciptakan riak-riak yang menyebar luas. Kegembiraan keduanya seolah menghapus segala kenangan buruk dari siang tadi.

"Paula, lihat! Bunga-bunga ini indah sekali, ya?" ucap Mikha sambil menunjuk ke arah hamparan bunga yang beraneka warna.

"Iya, Mikha. Bunga-bunga ini seperti mimpi, begitu cantik dan membuat hati senang," jawab Paula dengan senyum manis di wajahnya.

Mereka terus bermain, berlari-lari di sekitar danau, menghirup udara segar yang penuh dengan aroma bunga. Segalanya terasa begitu sempurna, seperti dunia yang mereka inginkan, bebas dari ketakutan dan rasa sakit. Namun, tiba-tiba, ekspresi wajah Paula berubah menjadi serius.

"Mikha, ada yang ingin aku katakan," ucap Paula dengan suara lembut namun tegas.

"Apa itu, Paula?" tanya Mikha, sedikit bingung dengan perubahan sikap temannya.

Paula menatap Mikha dengan mata yang penuh dengan kehangatan namun juga kesedihan.

"Aku akan pergi jauh, Mikha. Tapi aku ingin kau berjanji satu hal padaku."

Mikha merasa dadanya berdebar kencang.

"Pergi jauh? Maksudmu apa, Paula? Kamu akan pergi ke mana?"

Paula menghela napas panjang dan menggenggam tangan Mikha, lalu meletakkannya di atas dadanya, tepat di atas jantung.

"Mikha, jangan pernah melupakan aku. Aku akan selalu ada di hatimu dan tidak akan pernah meninggalkanmu. Kamu adalah aku. Aku adalah kamu. Kita adalah satu,” seru Paula sambil menatap tulus ke arah Mikha.

“Mikha, ingatlah selalu kenangan saat kita bersama dan jangan biarkan kesedihan menguasaimu," tutur Paula lagi.

Mata Mikha mulai berkaca-kaca.

"Tapi, Paula, aku tidak ingin kamu pergi. Kita masih bisa bermain bersama, kan? Bisakah aku ikut pergi bersamamu? Kamu tahu, Paula. Hanya kamu satu-satunya sahabatku! Tolong jangan pergi, please?" seru Mikha penuh harap.

Paula tersenyum lembut, air matanya juga mulai mengalir. "Kita akan selalu bersama di dalam hati, Mikha. Tidak peduli seberapa jauh aku akan pergi, kamu akan selalu menjadi sahabatku."

Setelah berkata seperti itu, perlahan, tubuh Paula mulai memudar, seolah ditelan oleh cahaya putih yang sangat terang. Mikha mencoba menggenggam tangan Paula lebih erat, tapi tangannya hanya meraih udara yang kosong.

"Paula! Jangan pergi! Paula!" Mikha berteriak dengan penuh kepanikan, namun suaranya terdengar jauh dan samar.

Dengan sekejap, taman yang indah itu hilang, dan Mikha terbangun dengan napas terengah-engah. Dia mendapati dirinya kembali di kamar rumah sakit, cahaya lampu redup menerangi ruangan. Suara mesin medis kembali memenuhi pendengarannya. Sadar jika semuanya hanya mimpi, Mikha merasakan gelombang kesedihan yang tiba-tiba menghantam hatinya.

"Paula ..." bisiknya lirih, air mata mulai mengalir di pipinya.

Pagi itu, perawat masuk untuk memeriksa keadaan Mikha. Melihat Mikha yang sedang menangis, perawat itu mendekat dengan penuh perhatian.

"Ada apa, Sayang? Apa kamu merasa sakit?" tanya perawat dengan suara lembut.

Mikha menggelengkan kepala, mencoba menyeka air matanya.

"Aku bermimpi tentang sahabatku, Paula. Dia bilang dia akan pergi jauh dan meminta agar aku tidak melupakannya. Aku sangat merindukannya sekarang."

Perawat itu tersenyum lembut dan duduk di samping tempat tidur Mikha.

"Terkadang, orang-orang yang kita sayangi muncul dalam mimpi kita untuk memberi pesan. Paula pasti ingin kamu tahu jika dia selalu ada bersamamu, di dalam hatimu."

Mikha menunduk, merasakan hangatnya kehadiran Paula dalam hatinya meskipun hanya dalam mimpi.

"Aku akan selalu mengingat Paula. Dia adalah sahabat terbaikku."

Perawat itu mengangguk, menepuk bahu Mikha dengan lembut.

"Itu adalah hal yang baik. Kenangan kita tentang orang-orang yang kita sayangi akan selalu hidup dalam hati kita."

Mikha mengangguk, mencoba menguatkan dirinya.

"Terima kasih, Kakak Perawat. Aku akan selalu ingat pesan Paula untuk tidak melupakan persahabatan kami."

Pagi itu, meskipun hatinya masih diliputi kesedihan, Mikha menemukan kekuatan baru. Dia tahu bahwa Paula tidak benar-benar pergi. Selalu ada bagian dari dirinya yang hidup dalam kenangan dan hatinya. Mereka mungkin tidak bisa bermain bersama di taman yang indah itu lagi, tapi cinta dan persahabatan keduanya akan selalu abadi.

Hari berikutnya di rumah sakit, Mikha mulai sembuh dari luka-lukanya. Dia sering melihat keluar jendela, membayangkan taman indah yang dia lihat dalam mimpinya.

Setiap kali Mikha merasa sedih atau rindu, dia memejamkan mata dan merasakan tangan Paula yang hangat menggenggam tangannya, meyakinkannya bahwa segalanya akan baik-baik saja.

Ketika akhirnya Mikha diperbolehkan pulang, dia membawa kenangan tentang Paula bersama dirinya. Di rumah, dia menulis diary tentang petualangan mereka, tentang keberanian keduanya melawan penculik, dan tentang janji yang dibuat di taman dalam mimpinya.

Diary itu menjadi simbol dari persahabatan mereka, pengingat bahwa cinta dan kenangan bisa melampaui batasan waktu dan ruang.

Dan setiap kali Mikha merindukan Paula, dia hanya perlu melihat ke dalam hatinya, di sana Paula selalu tersenyum, mengingatkannya bahwa mereka akan selalu bersama, selamanya.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • MISTERI CINTA CEO TAMPAN    BAB. 24 Malah Semakin Akrab

    Setelah Mikha sepenuhnya sadar dan dokter memastikan kondisinya stabil, Samuel segera mengurus administrasi rumah sakit. Dia tidak ingin Mikha terlalu lama di sana. Begitu semua urusan selesai, pria itu kembali ke kamar rawat dan melihat Mikha sudah duduk di tepi ranjang, bersiap untuk pergi."Kamu sudah siap, Mikha? Kita akan keluar dari rumah sakit sebentar lagi," ucap Samuel lembut.Mikha menoleh dan tersenyum tipis. "Ya, aku siap kok. Terima kasih, Samuel. Kalau bukan karena kamu, aku nggak tahu apa yang terjadi tadi."Samuel menggeleng. "Aku cuma kebetulan ada di sana. Lagi pula, aku nggak bisa diam saja melihat seseorang dalam bahaya. Tapi ku sarankan lain kali jangan melewati jalan yang sepi, itu bisa menimbulkan kejadian yang tak terduga. Seperti yang kamu alami tadi."Mikha menatapnya sejenak, lalu berdiri. "Iya, Sam. Lain kali aku akan lebih berhati-hati lagi. Kalau begitu, ayo kita keluar dari sini."“Baiklah, Mikha.”Samuel pun menuntun Mikha keluar dari rumah sakit. Be

  • MISTERI CINTA CEO TAMPAN    BAB. 23 Pertemuan Tak Terduga

    Langit siang itu begitu terik, dan jalanan Kota Jakarta dipenuhi dengan suara klakson yang bersahut-sahutan. Samuel duduk di balik kemudi mobilnya, mengetukkan jarinya ke setir dengan gelisah. Dia baru saja selesai bertemu dengan seorang klien dan kini hendak kembali ke kantornya, SPAD Corp. Setelah tadi singgah sebentar melihat keadaan ibunya di sebuah rumah sakit jiwa.Nyonya Dela, sang ibu. Masih saja belum sembuh dengan depresi karena kehilangan Paula, putri kesayangannya. Padahal peristiwa itu telah terjadi bertahun-tahun yang lalu. Akan tetapi perempuan tua itu masih mengingat jelas kejadian yang menimpa Paula, yang masih tak jelas sampai sekarang.Samuel mencoba menghela napasnya. Membiarkan perasaan kalutnya hilang begitu saja. Namun, kemacetan di depannya tampak tak berujung. Membuat dirinya malah semakin gelisah.“Hei, ada apa denganku? Kenapa aku menjadi gelisah seperti ini?” gumamnya dalam hati.Samuel mendesah panjang. "Sial, kenapa siang ini macet banget?" gumamnya lagi

  • MISTERI CINTA CEO TAMPAN    BAB. 22 Perasaan Gelisah Yang Tiba-tiba Menyapa

    Assisten Eki melangkah keluar dari ruang kerja Bos Samuel dengan perasaan berat. Dia tahu Mikha pasti berharap bisa bertemu langsung dengan Samuel hari ini, apalagi setelah usaha kerasnya menemukan gadis itu. Namun, keadaan berkata lain. Samuel harus segera ke rumah sakit untuk melihat ibunya, dan pertemuan dengan Mikha harus ditunda.Saat Asisten Eki kembali ke ruang tunggu, Mikha masih duduk di sana dengan sabar, sesekali memainkan ujung jemarinya di atas tasnya yang tergeletak di pangkuan. Dia menoleh ke arah Asisten Eki dengan tatapan penuh tanya saat pria itu muncul.“Bagaimana, Asisten Eki. Apakah saya akan bertemu dengan Tuan Samuel sekarang? Soalnya saya tidak bisa berlama-lama. Saya ada pekerjaan penting di tempat lain,” tutur Mikha kepada pria itu.Namun dengan cepat Asisten Eki berkata,"Maaf, Nona Mikha," ucap Asisten Eki dengan nada lembut. "Tuan muda Samuel tidak bisa menemui Anda saat ini. Dia memiliki urusan keluarga mendesak di rumah sakit."Mikha terdiam sejenak. Ma

  • MISTERI CINTA CEO TAMPAN    BAB. 21 Tak Jadi Bertemu

    Asisten Eki mengemudi dengan penuh semangat setelah mendapatkan informasi yang cukup akurat tentang keberadaan Mikha Clarissa. Kelegaan yang dirasakannya begitu besar karena akhirnya dia bisa memberikan kabar baik kepada Samuel, sang CEO yang selama ini terus menanyakan keberadaan gadis yang telah menarik perhatian hati atasannya.Setelah bertemu dengan dua wanita yang memberikan informasi tentang lokasi Mikha, Asisten Eki langsung menuju daerah Kemayoran, seperti yang telah diberitahukan. Dia menemukan sebuah rumah kecil yang tampaknya memang tempat tinggal Mikha. Namun, saat Asisten Eki mendatangi rumah kontrakan tersebut, Mikha tidak ada di sana, dan pemilik kontrakan hanya bisa memberikan informasi jika gadis itu sudah pindah beberapa minggu lalu ke rumah kontrakan yang lebih besar.Meskipun demikian, Asisten Eki tak mau menyerah. Berdasarkan petunjuk yang didapatkan olehnya, dia akhirnya mengetahui jika Mikha kini bekerja paruh waktu di sebuah toko bunga kecil tak jauh dari rum

  • MISTERI CINTA CEO TAMPAN    BAB. 20 Mulai Mendapatkan Titik Terang

    Pencarian seorang gadis bernama Mikha oleh CEO SPAD Corp.Di sebuah gedung pencakar langit yang menjulang tinggi di pusat Kota Jakarta, kantor CEO SPAD Corp, Samuel Anderson, dipenuhi ketegangan. Pria tampan dan berkharisma dengan jas hitam elegan itu sedang duduk di kursinya dengan ekspresi murka dingin. Matanya tajam menatap seorang pria muda berjas abu-abu yang berdiri di hadapannya. Dia adalah Eki, asisten pribadinya."Aku sudah bilang padamu, Eki. Pastikan gadis bernama Mikha itu lolos wawancara! Bagaimana mungkin dia malah tidak diterima?" suara Samuel terdengar dingin dan tajam.Asisten Eki menelan ludah, mencoba menjelaskan, "Saya benar-benar tidak tahu, Tuan Muda. Saya sudah menginformasikan kepada tim perekrut, tapi ternyata mereka tetap menjalankan seleksi seperti biasa."Samuel menggeram pelan, tangannya mengepal di atas meja kayu mahoni. Sejak pertemuannya dengan gadis bernama Mikha beberapa waktu yang lalu, perasaannya yang selama ini dingin dan selalu diselimuti emosi

  • MISTERI CINTA CEO TAMPAN    BAB. 19 Tak Sabar Ingin Bertemu Mikha

    Perayaan acara kantor.Sabtu pagi yang cerah di Pantai Ancol menjadi saksi bisu meriahnya acara ulang tahun minimarket milik Feivel Manuel Setiawan, seorang pengusaha muda, sukses, dan kaya raya. Feivel, pemilik mini lmarket itu, berdiri dengan penuh wibawa di panggung utama, mengamati para karyawan yang telah hadir dari berbagai cabang di Jakarta. Suara deburan ombak berpadu dengan riuh rendah obrolan karyawan yang saling bercengkerama di bawah tenda putih besar yang dihiasi balon-balon berwarna cerah.Di antara kerumunan itu, Mikha, salah satu kasir baru di cabang yang terletak di dekat area perkantoran, tampak menikmati suasana. Sang gadis cantik tersebut mengenakan kaos seragam yang dirancang khusus untuk acara ini, dipadukan dengan celana jeans sederhana. Tak ada yang menyangka, termasuk dirinya, jika hari ini akan menjadi hari yang mengubah hidupnya.Persiapan acara yang digelar sungguh sangat dinanti-nantikan.Sebelumnya, Hendro, asisten pribadi Feivel, telah bekerja keras meny

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status