Share

MISTERI KEMATIAN ART-KU
MISTERI KEMATIAN ART-KU
Author: Aura_Aziiz16

Bab 1

Author: Aura_Aziiz16
last update Last Updated: 2023-01-09 21:25:01

Part 1

 

"Ma, Mbak Ning belum bangun ya? Kok sudah siang kamarnya masih ketutup juga?" tanya Andre, putraku satu-satunya yang baru saja berusia sembilan belas tahun sambil menarik kursi makan dan menjatuhkan tubuh kekarnya di sana. 

 

Aku yang sedang menuangkan teh panas ke dalam gelas, spontan menatap padanya. 

 

"Emang kamu mau minta tolong apa? Mungkin Ning nggak enak badan. Malam tadi muntah-muntah soalnya."

 

"Muntah-muntah? Kenapa, Ma? Sakit? Aku cuma mau minta tolong setrikain kemeja sebentar aja sih, karena mau dipake. Tapi Mbak Ning nggak bangun-bangun juga,"  sahut Andre kembali sembari mengambil piring lalu memasukkan nasi goreng yang barusan kumasak ke atasnya dan mulai menyuap.

 

"Oh. Masuk angin kayaknya. Semalam sih udah mama kerok. Tapi mungkin belum tuntas makanya belum sembuh. Kamu udah ketok pintu kamarnya tadi?"

 

"Sudah bolak-balik Ma, tapi nggak ada respon, makanya nanya Mama, kenapa Mbak Ning belum bangun-bangun juga?"

 

Mendengar jawaban Andre, aku memicingkan mata. Heran. Tidak biasanya Ning begini. Apa jangan-jangan asisten rumah tangga kami itu benar-benar sakit ya?

 

"Apa jangan-jangan pingsan ya, Ndre? Iya sih, dari tadi belum kedengaran bangun."

 

Kulirik jam di atas dinding. Pukul 07. 15 WIB. Harusnya Ning memang sudah bangun dan mengerjakan rutinitas seperti biasanya.

 

Kalau pun hari ini harus istirahat dulu sebab malam tadi, gadis itu terlihat tak sehat, tetapi mestinya perempuan itu sudah bangun. Minimal mandi atau membuat sarapan untuk dirinya sendiri.

 

Sebagai majikan, aku memang bukan majikan yang kejam dan tidak punya perasaan. Saat sedang sakit, tentu saja aku tak akan membebani Ning dengan pekerjaan rumah yang harus diselesaikan, karena meski memiliki pembantu, setiap hari aku toh tak pernah lepas tangan membantu pekerjaan Ning. Aku maklum kerja rumah tangga itu berat. Oleh karenanya, tak jarang aku ikut turun tangan menyelesaikan pekerjaan rumah supaya Ning tak kecapekan sendiri dan betah bekerja di rumah ini.

 

Aku hendak menuju kamar Ning untuk mengecek keadaannya, tetapi urung saat meihat Mas Reno, suamiku turun dari tangga lantai atas dan langsung menuju meja makan sembari memicingkan mata.

 

"Ma, Ning mana? Tadi Papa suruh nyemir sepatu, kok nggak selesai-selesai juga ya?"

 

"Papa nyuruh nyemir sepatu? Kapan?" Aku bertanya kaget, karena setahuku sedari malam Ning justru belum keluar kamar.

 

"Sebelum shalat Subuh ke masjid tadi. Papa suruh nyemir sepatu yang Papa beli kemarin. Sudah agak kotor, makanya Papa minta Ning bersihin. Sekarang Ning-nya mana?"

 

Aku mengedikkan bahu. "Itu juga yang Andre tanyain, dari tadi Ning dibangunin nggak nyaut. Bentar, mama bangunkan coba."

 

Aku beranjak menuju kamar ART kami itu lalu mengetuk dengan keras. Hening. Tak ada sahutan. Sepertinya Ning memang benar-benar sakit. 

 

"Ning! Kamu kenapa? Sakit?" Kuketuk daun pintu lebih keras, bahkan setengah menggedor, tetapi tetap saja Ning tak membuka pintu.

 

"Pa, Ning nggak nyahutin juga. Kenapa ya?" tanyaku heran.

 

"Coba Papa lihat."

 

Mas Reno bangkit dari tempat duduk lalu melangkah ke arahku, menuju kamar Ning. 

 

Sama sepertiku, Mas Reno pun buru-buru menggedor, tapi nihil. Jangankan membuka pintu, menyahut saja tidak. 

 

Mas Reno kemudian minta diambilkan kursi untuk melihat ke dalam kamar melalui lobang angin dan tersentak kaget saat akhirnya berhasil melihat ke dalam kamar Ning.

 

"Ambilkan linggis Ma, aku mau mencongkel kunci pintu ini supaya bisa dibuka!"

 

"Emang Ning kenapa, Mas?" tanyaku ingin tahu.

 

"Ning sepertinya sudah meninggal. Mulutnya berbusa. Kayanya minum racun."

 

Apa! Aku tersentak kaget sembari mengelus dada yang tiba-tiba terasa perih. Ning bunuh diri? Benarkah? Tapi kenapa? Apa penyebabnya?

 

Beribu pertanyaan berkecamuk di benak, membuatku setengah limbung saat bergerak mengambil linggis untuk membuka pintu kamar asisten rumah tangga kami itu.

 

💌💌💌💌💌

 

Ning. Gadis berusia dua puluh satu tahun itu tampak sudah terbujur kaku dengan bibir berbusa saat akhirnya Mas Reno berhasil membuka paksa pintu kamar ART kami itu menggunakan linggis.

 

Lelaki yang sudah menjadi suamiku selama dua puluh tahun itu langsung berinisiatif menghubungi polisi setelah berhasil menenangkan diri, karena kematian tidak wajar yang dialami Ning.

 

Aku sendiri masih saja merasa tak percaya. Apa yang menyebabkan gadis yang telah bekerja di kediaman kami selama dua tahun tersebut memutuskan menempuh jalan pintas seperti ini untuk mengakhiri hidupnya?

 

Beban apa yang menyebabkan gadis cantik itu nekat bunuh diri? Benar-benar tidak bisa kumengerti.

 

Selama ini sikap dan tingkah laku Ning biasa-biasa saja. Tak ada satu pun hal mencurigakan yang patut dijadikan alasan untuk kami mencurigainya akan melakukan hal nekad seperti ini.

 

Gadis itu tak pernah terlihat sedang memendam masalah hingga aku pribadi tak pernah berpikiran buruk kalau gadis itu akan menempuh jalan nekad seperti ini untuk mengakhiri beban hidupnya.

 

Kecuali bahwa pada malam sebelum kematiannya, gadis itu mengeluh mual dan perutnya tak enak. Selain itu Ning hampir tak punya keluhan lain.

 

Lalu mengapa gadis pendiam yang selama ini sudah bekerja di rumah kami dengan baik itu tiba-tiba memutuskan bunuh diri seperti ini? Tak habis-habisnya aku bertanya pada diri sendiri alasan apa yang membuat gadis itu bunuh diri. 

 

Next?

 

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MISTERI KEMATIAN ART-KU    Bab 23 (Ekstra Part)

    Part 23Nungky menatap lelaki muda berwajah tampan yang barusan menjadi saksi sidang kasus pembunuhan Ning Adelia, kakak kembarnya dengan senyum terulas di bibirnya.Sejak sidang kasus itu mulai bergulir, Ferdy memang menjadi saksi utama kasus pembunuhan itu, selain Bram dan kedua orang tuanya yang juga ikut menjadi saksi yang memberatkan para terdakwa.Kesaksian Ferdy sendiri soal kedatangan Varo dan kawan-kawannya ke kediaman majikan kakaknya malam di mana Ning dinodai, memang menjadi bukti permulaan kejahatan Varo dan para pembantunya terkuak.Satu persatu tabir kejahatan itu akhirnya terbongkar juga, hingga terakhir adalah terungkapnya kejahatan dokter Herman, yang bukan saja telah sengaja menghilangkan nyawa Ning atas permintaan Varo tetapi juga kejahatannya selama ini telah membuka praktek aborsi ilegal yang dilarang oleh agama dan pemerintah.Oleh karena itu, selain dihukum atas kesalahannya yang telah sengaja melakukan upaya pembunuhan dan malpraktek terhadap Ning dengan membe

  • MISTERI KEMATIAN ART-KU    Bab 22 (Ending)

    Part 22"Aku tak akan pernah mengakui hal yang tidak aku perbuat! Lagipula apa hak kalian memaksaku bicara? Andai pun benar aku yang menyuruh orang lain untuk menghilangkan nyawa perempuan itu, kalian mau apa? Ingat, orang tuaku orang terpandang dan berpengaruh di sini, kalau aku tidak pulang sampai besok pagi, bisa dipastikan polisi akan mengejar kalian ke manapun kalian pergi. Siap-siap saja kalian masuk penjara!" sahut Varo dengan bibir tersenyum sinis.Mendengar kalimat itu, Joe menggertakkan rahangnya."Oh ya? Coba kau lihat aku sekarang! Apa kelihatannya aku orang yang takut pada ancaman polisi? Kau salah, aku justru berteman baik pada mereka. Itu sebabnya hanya dengan sedikit bukti dan pengakuan saja darimu, kupastikan polisi justru akan membekukmu dan memasukkanmu dalam penjara! Kau tidak percaya? Perlu aku buktikan?" tanya Joe sembari menaikkan sedikit sudut bibirnya tak kalah sinis, membuat Alvaro mencibir mendengarnya."Terserah, apapun katamu, aku tak akan pernah mengakui

  • MISTERI KEMATIAN ART-KU    Bab 21

    Part 21Perempuan muda bernama Lira itu membuka pintu mobil yang terparkir di depan tempat hiburan malam di mana mereka baru saja menghabiskan waktu bersama lalu membantu Alvaro yang tampak sempoyongan tidak berdaya dalam pelukannya untuk masuk dan duduk di bagian kursi penumpang.Laki-laki itu terlihat mabuk berat hingga tak memungkinkan baginya untuk mengemudikan kendaraan sendirian. Apalagi Lira memang bukan tak punya tujuan tertentu membawa Alvaro saat ini. Ada sebuah rencana yang sedang bermain di benak gadis itu saat ini, tentu saja atas perintah Joe, partner kerjanya.Usai membantu Alvaro duduk, Lira kemudian bergeser ke bagian sopir dan bersiap-siap pergi dari tempat itu.Tetapi sebelum pergi, ia mengambil ponsel miliknya lebih dulu dari dalam tas lalu menghubungi Joe yang saat itu juga sedang mengawasi dua teman Lira yang lain yang saat itu tengah menemani Dicky dan Bram, menghabiskan minumannya di bar.Berkali-kali Joe menggeleng-gelengkan kepalanya demi melihat keliaran Bra

  • MISTERI KEMATIAN ART-KU    Bab 20

    Part 20 "Sekarang ceritakan padaku, bagaimana kronologi kematian Ning sebenarnya sepanjang yang kamu ketahui?" tanya Nungky sembari menatap Ferdy yang sedang memainkan pipet minumannya dengan gerakan tak tenang di depannya. Ada mendung bergayut di sepasang bola mata elang lelaki itu, membuat Nungky sadar jika lelaki di depannya itu memang benar-benar telah kehilangan seorang Ning. Sebelum menjawab, Ferdy menghembuskan nafasnya terlebih dahulu. "Baiklah. Aku akan bicara jujur apa adanya tanpa ada satu hal pun yang akan aku tutup-tutupi. Silahkan berikan penilaian apa saja padaku setelah kau mendengar penjelasanku, tapi satu hal jangan pernah ragukan ketulusanku pada Ning karena aku berani bersumpah atas nama Tuhan, jika aku memang benar-benar ingin menolong saudarimu." Ferdy menghela nafas lalu melanjutkan kembali ucapannya. "Malam itu ... aku terpaksa mengantar Andre, anak majikan kakak kembarmu yang sedang mabuk, pulang ke rumahnya. Aku hampir saja pergi setelah itu ta

  • MISTERI KEMATIAN ART-KU    Bab 19

    Part 19[Kamu siapa?] tanya Ferdy pada gadis pengirim inbox.[Aku Ning.] Jawab Nungky dengan harap-harap cemas menanti sebuah petunjuk dari laki-laki di seberang telepon yang akan mampu membongkar misteri kematian saudari kembarnya itu sesungguhnya.[Ning? Jangan bercanda! Dia sudah meninggal dunia!] sahut Ferdy dengan tegas. Ia memang tak sudi dipermainkan, apalagi oleh orang yang tidak ia kenal seperti gadis ini.Senyum simpul tampak terukir di bibir Nungky demi membaca balasan pesan darinya itu. Ia merasa pancingannya kena. Sejauh ini Ferdy menunjukkan sikap mengenal Ning dengan cukup baik. Itu membuatnya tinggal mengorek sejauh mana lelaki itu mengenal Ning.[Kamu yakin? Aku Ning. Dan aku masih hidup.] balas Nungky lagi. Keukeuh.[Jangan main-main! Aku tahu Ning sudah meninggal dunia, dan orang yang sudah meninggal dunia tak akan bisa hidup lagi dan kembali lagi ke dunia. Jadi berhentilah mempermainkanku karena aku nggak punya waktu untuk bercanda!] tegas Ferdy lagi.[Tapi aku ben

  • MISTERI KEMATIAN ART-KU    Bab 18

    Part 18Nungky menatap pria di depannya yang tengah duduk dan terlihat tidak sabar menunggu instruksi darinya.Lelaki bertubuh gempal dengan tatto menghiasi hampir sekujur tubuhnya itu tampak menyeringai lebar sambil memandangi foto yang terlihat berserakan di hadapannya. Semuanya ada tujuh buah foto dengan orang yang berbeda-beda."Jadi, katakan apa tugasku?" tanya pria itu dengan suara parau sembari mengambil foto-foto itu dan mengamatinya satu persatu.Pada foto yang memperlihatkan gambar Alvaro, lelaki itu mengamatinya lebih lama dan tajam. Keningnya berkerut, mata memicing lalu detik berikutnya hembusan nafas keluar dari hidungnya. "Andai ada tugas lain yang lebih menyenangkan daripada harus berurusan dengan begundal-begundal ingusan ini. Mereka berbuat kejahatan bukan karena terpaksa tapi karena tak ada yang bisa mereka lakukan untuk mengisi hidup mereka yang kosong. Bocah butuh pengakuan! Butuh jati diri tapi orang tuanya tak peduli dan jadi bocah sampah! Hanya bisa berlindun

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status