Share

Bab 2

Author: Aura_Aziiz16
last update Last Updated: 2023-01-09 21:26:32

Bab 2

 

 

Aku memandangi petugas kepolisian yang sedang menanyai Mas Reno juga Andre seputar alasan apa yang kira-kira membuat ART kami itu sejauh ini diduga melakukan bunuh diri dengan sengaja mengkonsumsi obat tidur melebihi dosis yang dianjurkan dan dari mana kira-kira Ning mendapatkan obat itu yang dijawab suamiku dengan gelengan kepala tidak tahu.

 

Wajar memang Mas Reno tidak tahu karena aku sendiri juga tidak mengerti dari mana Ning bisa mendapatkan obat tidur itu dan sejak kapan ia mengkonsumsinya? Kapan pula gadis itu membeli obat itu dan untuk apa? Apakah Ning bermasalah dengan pola tidurnya hingga perlu mengkonsumsi obat-obatan seperti itu?

 

Setelah menanyai Mas Reno, sekarang giliran aku yang ditanyai. Senada dengan suamiku, pertanyaan polisi pun hanya kujawab dengan gelengan kepala tak tahu karena aku sendiri juga tidak habis mengerti alasan apa yang membuat Ning perlu mengkonsumsi obat tidur.

 

Selama ini kulihat tak ada masalah apapun dengan pola tidur gadis itu. Jam sepuluh malam ia sudah masuk kamar dan sebelum subuh juga sudah bangun.

 

Ning termasuk gadis yang tidak banyak tingkah dan tidak aneh-aneh. Meski kadang di hari libur, ia suka minta waktu untuk diizinkan keluar rumah sekedar refreshing ke mall, tapi tak ada yang patut dicurigai dari sikap gadis itu.

 

Petugas kepolisian kemudian mengambil ponsel milik Ning yang memang kuberikan pada gadis itu dulu supaya kami tetap bisa berhubungan saat aku sedang berada di luar rumah, dan membawanya berikut tablet obat tidur yang masih tersisa untuk dijadikan alat bukti guna penyelidikan lebih jauh penyebab kematian gadis itu.

 

💌💌💌💌💌

 

Sepeninggal petugas, aku menatap kamar Ning yang sedikit berantakan akibat petugas berusaha mencari bukti-bukti guna menyimpulkan sebab kematian Ning yang sesungguhnya.

 

Mas Reno dan Andre tampak duduk berselonjor di lantai dengan wajah kusut. Sementara kondisiku pun tidak jauh lebih baik.

 

Berkali-kali suamiku menghela nafas panjang lalu menghembuskannya dengan gelisah. Sementara Andre tampak meraup muka dengan ekspresi yang tak jauh beda dengan aku dan Papanya pasti, sama-sama gelisah dan terpukul.

 

Ya, siapa yang tidak terpukul? Seorang ART ditemukan meninggal bunuh diri dengan cara minum obat tidur melebihi dosis di rumahnya, siapa yang tidak kacau dan shock melihatnya?

 

Barusan aku sudah menghubungi kedua orang tua Ning. Mengabarkan keadaan putrinya yang baru saja meninggal di dalam kamarnya. Dan kedua orang tua Ning begitu panik serta mengatakan secepatnya akan datang untuk mengambil jenazah putrinya guna dikebumikan di kampung halamannya yang berjarak delapan jam dari kota ini.

 

Aku pun mengiyakan dan berjanji akan membantu membiayai operasional mobil jenazah yang akan membawa jasad gadis itu usai autopsi nanti menuju kampung halamannya. 

 

Selain karena rasa tanggung jawab sebagai seorang majikan, aku pun begitu empati terhadap musibah yang menimpa Ning dan empati terhadap perasaan keluarganya yang ditinggalkan.

 

Aku hendak membuka mulut, teringat soal ucapan Mas Reno yang mengatakan jika subuh tadi masih bisa bicara dengan Ning, dan hendak menanyakan kebenaran perkataan Mas Reno itu, saat suamiku itu tiba-tiba lebih dulu membuka mulutnya.

 

"Kata petugas dari rumah sakit tadi, kalau melihat kondisi jenazah Ning, diperkirakan dia sudah meninggal lebih dari delapan jam yang lalu, Ma. Lalu siapa yang Papa lihat sebelum subuh tadi keluar dari kamar Ning dan mengiyakan saat Papa minta tolong semirkan sepatu? Apa karena bunuh diri, arwah Ning berubah gentayangan? Apa Mama percaya hal-hal mistik dan di luar akal seperti itu?" tanya Mas Reno dengan wajah pias.

 

Aku tahu suamiku itu bukan tipikal lelaki penakut. Tapi mendapati hal di luar dugaan seperti ini bisa jadi psikologis Mas Reno sedikit terganggu. Dan aku memaklumi itu karena saat ini pun perasaanku juga terguncang.

 

Mendengar ucapan papanya, sontak Andre menghambur, memeluk Mas Reno. Demikian pula aku yang juga tanpa babibu langsung merapat ke tubuh suamiku.

 

"Papa serius? Nggak bohong soal ketemu Ning sebelum sholat subuh tadi? Apa Papa sudah lihat sepatunya? Beneran disemir atau tidak?" tanyaku dengan lidah kelu sembari berharap Mas Reno menggeleng, mengatakan sepatu itu masih tergeletak di tempatnya dalam keadaan belum disemir.

 

Namun, alih-alih menjawab begitu, Mas Reno justru menatapku lama lalu menganggukkan kepalanya. 

 

"Sudah Papa lihat sepatunya, Ma ... habis disemir. Malah sudah disiapkan Ning di dekat pintu keluar. Kalau benar Ning sudah meninggal malam tadi, lalu yang nyemir sepatu Papa dan meletakkan di situ siapa ya?" tanya Mas Reno lagi dengan suara berbisik.

 

Mendengar pengakuan suamiku itu, aku makin dilanda rasa takut dan gamang hingga 

merapatkan badan ke tubuh Mas Reno. Begitu pun Andre yang kulihat tegang.

 

"Papa jangan bikin mama sama Andre takut dong! Coba dicek lagi, beneran sepatu Papa habis disemir Mbak Ning atau memang dari kemarin nggak terlalu kotor jadi tetap seperti habis disemir, Pa kelihatannya?" Andre berusaha menyangkal perkataan Mas Reno. Mendengar ucapannya, aku pun menganggukkan kepala tanda setuju pada perkataan putraku itu.

 

"Beneran, Ma ... Ndre. Untuk apa Papa bohong? Papa nggak mungkin bohong karena sekarang ini kita menghadapi rasa bingung, khawatir dan takut yang sama. Ning kemungkinan besar sengaja minum obat tidur berlebihan hingga meninggal dunia. Pertanyaannya, sejak kapan dia minum obat tidur dan untuk apa? Bukannya selama ini ia tidak pernah punya masalah dengan pola tidurnya? Jam sepuluh sudah tidur, kan? Lalu buat apa dia minum obat lagi? Lagipula, sepatu itu sudah beranjak dari tempat semula. Tadinya di rak sepatu, tapi tadi Papa lihat sudah ada di depan pintu, lengkap dengan kaos kakinya, sama persis seperti biasanya Ning siapkan sebelum Papa ke kantor," sahut Mas Reno lagi sembari menyapu wajahku dan Andre bergantian, seolah hendak meyakinkan kami jika yang ia katakan bukanlah halusinasi belaka.

 

Mendapati itu, aku pun makin dilanda rasa cemas. Aku tahu Mas Reno bukan tipikal laki-laki pembohong. 

 

Dua puluh tahun hidup bersama telah membuatku paham dan hafal sifat dan karakternya. Mas Reno selalu jujur terhadap apa yang ia ucapkan. Ia berani mengakui kesalahannya jika memang benar bersalah, begitu pun sebaliknya.

 

Dan jika saat ini ia mengaku bertemu Ning sebelum subuh tadi dan meminta gadis itu membersihkan sepatunya, kemungkinan besar itu adalah cerita sesungguhnya.

 

Tapi jika demikian, bukankah itu artinya arwah Ning belum juga pergi dari rumah ini? Namun, bisakah demikian? Bukankah setiap jiwa yang sudah meninggal akan kembali ke haribaan yang Maha Kuasa untuk mempertanggungjawabkan segala amal perbuatannya? 

 

Lalu bagaimana bisa arwah Ning masih berkeliaran di rumah ini dan untuk apa? Apa karena masih ada rahasia penyebab kematiannya yang belum terungkap? Atau jangan-jangan ... Ning bunuh diri akibat orang yang ada di rumah ini?

 

Ya, meskipun pahit tapi aku harus mengakui jika kemungkinan seperti itu akan selalu ada. Ning masih muda dan cantik. Laki-laki normal seperti Mas Reno atau pun Andre yang usianya mulai beranjak dewasa, pasti akan tertarik jika tak punya iman yang kuat.

 

Tapi benarkah begitu? Rasanya sulit sekali hendak mempercayai kemungkinan itu, namun jika tidak ada penyebabnya, mungkinkah Ning akan bunuh diri dan menampakkan diri seperti ini? Ah, memikirkan semua ini kepalaku makin sakit rasanya.

 

💌💌💌💌💌

 

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MISTERI KEMATIAN ART-KU    Bab 23 (Ekstra Part)

    Part 23Nungky menatap lelaki muda berwajah tampan yang barusan menjadi saksi sidang kasus pembunuhan Ning Adelia, kakak kembarnya dengan senyum terulas di bibirnya.Sejak sidang kasus itu mulai bergulir, Ferdy memang menjadi saksi utama kasus pembunuhan itu, selain Bram dan kedua orang tuanya yang juga ikut menjadi saksi yang memberatkan para terdakwa.Kesaksian Ferdy sendiri soal kedatangan Varo dan kawan-kawannya ke kediaman majikan kakaknya malam di mana Ning dinodai, memang menjadi bukti permulaan kejahatan Varo dan para pembantunya terkuak.Satu persatu tabir kejahatan itu akhirnya terbongkar juga, hingga terakhir adalah terungkapnya kejahatan dokter Herman, yang bukan saja telah sengaja menghilangkan nyawa Ning atas permintaan Varo tetapi juga kejahatannya selama ini telah membuka praktek aborsi ilegal yang dilarang oleh agama dan pemerintah.Oleh karena itu, selain dihukum atas kesalahannya yang telah sengaja melakukan upaya pembunuhan dan malpraktek terhadap Ning dengan membe

  • MISTERI KEMATIAN ART-KU    Bab 22 (Ending)

    Part 22"Aku tak akan pernah mengakui hal yang tidak aku perbuat! Lagipula apa hak kalian memaksaku bicara? Andai pun benar aku yang menyuruh orang lain untuk menghilangkan nyawa perempuan itu, kalian mau apa? Ingat, orang tuaku orang terpandang dan berpengaruh di sini, kalau aku tidak pulang sampai besok pagi, bisa dipastikan polisi akan mengejar kalian ke manapun kalian pergi. Siap-siap saja kalian masuk penjara!" sahut Varo dengan bibir tersenyum sinis.Mendengar kalimat itu, Joe menggertakkan rahangnya."Oh ya? Coba kau lihat aku sekarang! Apa kelihatannya aku orang yang takut pada ancaman polisi? Kau salah, aku justru berteman baik pada mereka. Itu sebabnya hanya dengan sedikit bukti dan pengakuan saja darimu, kupastikan polisi justru akan membekukmu dan memasukkanmu dalam penjara! Kau tidak percaya? Perlu aku buktikan?" tanya Joe sembari menaikkan sedikit sudut bibirnya tak kalah sinis, membuat Alvaro mencibir mendengarnya."Terserah, apapun katamu, aku tak akan pernah mengakui

  • MISTERI KEMATIAN ART-KU    Bab 21

    Part 21Perempuan muda bernama Lira itu membuka pintu mobil yang terparkir di depan tempat hiburan malam di mana mereka baru saja menghabiskan waktu bersama lalu membantu Alvaro yang tampak sempoyongan tidak berdaya dalam pelukannya untuk masuk dan duduk di bagian kursi penumpang.Laki-laki itu terlihat mabuk berat hingga tak memungkinkan baginya untuk mengemudikan kendaraan sendirian. Apalagi Lira memang bukan tak punya tujuan tertentu membawa Alvaro saat ini. Ada sebuah rencana yang sedang bermain di benak gadis itu saat ini, tentu saja atas perintah Joe, partner kerjanya.Usai membantu Alvaro duduk, Lira kemudian bergeser ke bagian sopir dan bersiap-siap pergi dari tempat itu.Tetapi sebelum pergi, ia mengambil ponsel miliknya lebih dulu dari dalam tas lalu menghubungi Joe yang saat itu juga sedang mengawasi dua teman Lira yang lain yang saat itu tengah menemani Dicky dan Bram, menghabiskan minumannya di bar.Berkali-kali Joe menggeleng-gelengkan kepalanya demi melihat keliaran Bra

  • MISTERI KEMATIAN ART-KU    Bab 20

    Part 20 "Sekarang ceritakan padaku, bagaimana kronologi kematian Ning sebenarnya sepanjang yang kamu ketahui?" tanya Nungky sembari menatap Ferdy yang sedang memainkan pipet minumannya dengan gerakan tak tenang di depannya. Ada mendung bergayut di sepasang bola mata elang lelaki itu, membuat Nungky sadar jika lelaki di depannya itu memang benar-benar telah kehilangan seorang Ning. Sebelum menjawab, Ferdy menghembuskan nafasnya terlebih dahulu. "Baiklah. Aku akan bicara jujur apa adanya tanpa ada satu hal pun yang akan aku tutup-tutupi. Silahkan berikan penilaian apa saja padaku setelah kau mendengar penjelasanku, tapi satu hal jangan pernah ragukan ketulusanku pada Ning karena aku berani bersumpah atas nama Tuhan, jika aku memang benar-benar ingin menolong saudarimu." Ferdy menghela nafas lalu melanjutkan kembali ucapannya. "Malam itu ... aku terpaksa mengantar Andre, anak majikan kakak kembarmu yang sedang mabuk, pulang ke rumahnya. Aku hampir saja pergi setelah itu ta

  • MISTERI KEMATIAN ART-KU    Bab 19

    Part 19[Kamu siapa?] tanya Ferdy pada gadis pengirim inbox.[Aku Ning.] Jawab Nungky dengan harap-harap cemas menanti sebuah petunjuk dari laki-laki di seberang telepon yang akan mampu membongkar misteri kematian saudari kembarnya itu sesungguhnya.[Ning? Jangan bercanda! Dia sudah meninggal dunia!] sahut Ferdy dengan tegas. Ia memang tak sudi dipermainkan, apalagi oleh orang yang tidak ia kenal seperti gadis ini.Senyum simpul tampak terukir di bibir Nungky demi membaca balasan pesan darinya itu. Ia merasa pancingannya kena. Sejauh ini Ferdy menunjukkan sikap mengenal Ning dengan cukup baik. Itu membuatnya tinggal mengorek sejauh mana lelaki itu mengenal Ning.[Kamu yakin? Aku Ning. Dan aku masih hidup.] balas Nungky lagi. Keukeuh.[Jangan main-main! Aku tahu Ning sudah meninggal dunia, dan orang yang sudah meninggal dunia tak akan bisa hidup lagi dan kembali lagi ke dunia. Jadi berhentilah mempermainkanku karena aku nggak punya waktu untuk bercanda!] tegas Ferdy lagi.[Tapi aku ben

  • MISTERI KEMATIAN ART-KU    Bab 18

    Part 18Nungky menatap pria di depannya yang tengah duduk dan terlihat tidak sabar menunggu instruksi darinya.Lelaki bertubuh gempal dengan tatto menghiasi hampir sekujur tubuhnya itu tampak menyeringai lebar sambil memandangi foto yang terlihat berserakan di hadapannya. Semuanya ada tujuh buah foto dengan orang yang berbeda-beda."Jadi, katakan apa tugasku?" tanya pria itu dengan suara parau sembari mengambil foto-foto itu dan mengamatinya satu persatu.Pada foto yang memperlihatkan gambar Alvaro, lelaki itu mengamatinya lebih lama dan tajam. Keningnya berkerut, mata memicing lalu detik berikutnya hembusan nafas keluar dari hidungnya. "Andai ada tugas lain yang lebih menyenangkan daripada harus berurusan dengan begundal-begundal ingusan ini. Mereka berbuat kejahatan bukan karena terpaksa tapi karena tak ada yang bisa mereka lakukan untuk mengisi hidup mereka yang kosong. Bocah butuh pengakuan! Butuh jati diri tapi orang tuanya tak peduli dan jadi bocah sampah! Hanya bisa berlindun

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status