Pagi yang cerah, keadaan jalan di Ibukota tampak ramai lancar.Di sebuah komplek perumahan elit yang berada di pusat Jakarta, kendaraan mewah Sudirman tampak terparkir di depan halaman sebuah rumah mewah yang dihuni oleh sepasang suami istri bernama Senja dan Alden.Setelah insiden pemukulan yang dilakukan Samudra terhadap Alden kemarin siang di salah satu restoran Jepang di kawasan Jakarta Selatan, Sudirman baru bisa menyempatkan waktunya menengok keadaan Alden pagi ini, sekalian dirinya berangkat ke kantor.Senja baru saja menyuguhkan secangkir teh manis hangat untuk sang tamu hingga setelahnya dia memberikan ruang bagi Sudirman dan Alden untuk bicara."Bagaimana keadaanmu sekarang?" Tanya Sudirman memulai percakapannya."Ya beginilah Om. Om bisa lihat sendiri, kan?" jawab Alden yang masih menyimpan sedikit amarah dalam nada bicaranya."Om tidak menyalahkan Samudra atas tindakannya. Om justru menyayangkan tindakanmu yang ceroboh, Alden," ucap Sudirman lagi.Alden mengesah pasrah, ke
Setelah mengetahui cerita baru dari Alden mengenai Gara, Sudirman yang awalnya mempercayai Gara pun mulai curiga.Hingga lelaki paruh baya itu pun mengutus salah satu anak buahnya untuk mengikuti kemana aktifitas Gara seharian ini.Dan untuk masalah Gara kali ini, Sudirman kembali harus merahasiakan hal ini dari Samudra terlebih dahulu sebelum dia bisa memastikan sendiri kebenaran mengenai Rika dan Narendra yang masih hidup.Sudirman hanya ingin, Samudra fokus saja pada Airish dan rencana pernikahan keduanya."Saat makan siang tadi, Gara keluar dari kantor. Dia membeli cukup banyak makanan dan membawa makanan itu ke Daerah rumah susun di Blok S, Tuan," lapor salah satu anak buah Sudirman."Rumah susun? Di Blok S?""Ya, Tuan. Dan setelah saya mencari tahu lebih jauh, dari informasi tetangga sekitar rumah susun bernomor 55 itu, ada tiga orang yang menghuni rumah susun tersebut, mereka dua wanita dewasa dan satu orang anak kecil laki-laki." Lapor sang anak buah lebih jelas."Mereka hampi
Talia di kamarnya tampak kebingungan karena sudah beberapa hari ini, dia tak bisa menghubungi Dawis. Nomor Dawis tak pernah lagi aktif.Saking bingung dan cemasnya, Talia sampai berpikir buruk, kalau-kalau Dawis sudah tewas dibunuh oleh si peneror itu.Dalam keadaannya yang sedang kalut, posisi berbaring seperti apa pun tak terasa nyaman untuk tubuh rentanya. Bahkan Talia baru ingat bahwa sejak tadi pagi dirinya belum makan apa pun kecuali buah-buahan.Anehnya, Talia tak juga merasakan lapar di perutnya. Makanan dan obat yang sudah Jingga sediakan untuknya di nakas masih utuh tak tersentuh sedikit pun.Saat itu, Talia masih sibuk mengutak-atik ponselnya sambil duduk berselonjor kaki dengan tubuh bersandar ke kepala tempat tidur.Talia masih berusaha untuk menghubungi Dawis.Suara ketukan di pintu kamarnya membuat Talia sangat terkejut hingga dia hampir saja menjatuhkan ponsel di tangannya. Buru-buru, Talia menyembunyikan ponsel rahasianya di balik bantal saat dia mendengar suara Samud
Sore harinya, Samudra datang ke kediaman Airish saat Sudirman mengabari bahwa Airish baru saja mendapat teror dari pelaku penyerangan di muara baru.Samudra yang saat itu berencana pergi bersama Mutiara untuk memesan kue ulang tahun Talia terpaksa memasrahkan segalanya pada sang adik.Selain pesta besar-besaran yang akan diadakan besok malam di Aula salah satu hotel mewah di pusat Jakarta, rencananya, malam ini tepat pukul dua belas malam nanti, Samudra dan ketiga adiknya akan memberikan surprise kecil-kecilan di kediaman mereka untuk Talia."Ini beli kuenya yang bagaimana? Kak Sam nggak tanggung jawab nih, masa ninggalin aku gitu aja sih di Mall?" Omel Mutiara di telepon setelah mengetahui bahwa Samudra sang Kakak malah meninggalkannya di Mall sendirian."Kuenya yang kecil aja, nggak usah besar-besar. Kamu pasti taulah selera mama kayak apa. Tadi Kakak sudah telepon Pak Jay untuk jemput kamu ke situ. Kakak harus ke rumah Airish sekarang, maaf ya?" Balas Samudra sambil menyetir mobil.
Seperti yang sudah Samudra dan ketiga adiknya rencanakan, malam ini mereka berempat akan memberikan surprise party kecil-kecilan untuk Talia tepat di pukul dua belas malam.Saat semua penghuni rumah mewah di kediaman Atlanta sudah tertidur lelap, Samudra, Jingga, Mutiara dan Senja sudah tampak bersiap melakukan aksi mereka.Malam ini, Senja memang sengaja menginap di kediaman utama keluarga Atlanta, tentunya tanpa kehadiran Alden sang suami. Senja sengaja tak mengizinkan Alden ikut bersamanya, karena tak ingin membuat suasana menjadi terkesan tegang. Selain itu, kedatangannya malam ini ke rumah kedua orang tuanya, dikarenakan Senja yang ingin meminta maaf pada Samudra atas apa yang sudah dilakukan sang suami terhadap sang Kakak.Saat itu, Samudra yang memang tak ingin memperpanjang masalah dengan Alden dikarenakan kondisi Senja yang sedang berbadan dua, terpaksa menurunkan egonya dan memaafkan Alden demi Senja.Itulah sebabnya, hubungan Samudra dengan Senja saat ini terlihat sudah kem
Malam itu, Gara datang ke kediaman utama keluarga Atlanta, untuk melancarkan rencana yang telah dia susun sebelumnya, yakni mempertemukan Samudra dan Aisha kembali, termasuk mengumumkan tentang Rika dan Narendra yang ternyata masih hidup.Gara sudah membawa serta Aisha, Angkasa, serta sang Ibunda di dalam mobilnya. Namun untuk memastikan keadaan tetap kondusif, Gara turun lebih dulu saat dia melihat kendaraan milik Alden terparkir di depan teras kediaman Atlanta.Entah kenapa, perasaan Gara tiba-tiba saja tidak enak begitu mengetahui keberadaan Alden di dalam sana, sebab yang Gara ketahui dari Senja, Alden tidak akan datang malam ini ke kediaman Atlanta.Berjalan pelan dan setengah mengendap, Gara mendapati seluruh penghuni inti keluarga Atlanta sedang berkumpul di ruang keluarga, di mana di tengah-tengah mereka, terdapat sosok wanita asing yang jelas-jelas Gara kenal.Santi?Pekik Gara dalam hati.Lelaki itu cukup terkejut, namun dengan cepat mengerti dan mampu menguasai keadaan.Pad
"Halo, kemana saja kamu seharian ini? Aku menunggu teleponmu!""Kamu tahukan kondisiku sekarang bagaimana? Jangan bodoh Dawis!""Teror itu semakin menjadi-jadi, Talia! Cepat selesaikan masalah ini dan tangkap biang keladi yang sudah menerorku itu!""Sabar, Dawis! Aku di sini juga sedang berusaha pelan-pelan. Semua ini tidak mudah bagiku--"*Belum selesai rekaman percakapan itu terputar, Talia sudah lebih dulu meraih ponsel Gara yang lelaki itu letakkan di atas meja.Talia hendak membantingnya, namun Samudra lekas menahan."Ada apa, Ma? Kenapa Mama jadi seperti ini?" ucap Samudra yang sudah berhasil meraih kembali ponsel Gara di tangannya."Jangan percaya pada Gara, Sam. Kamu anak mama, percayalah pada mama, Nak," ucap Talia memohon."Selama ini Sam dan yang lain percaya pada Mama, kami di sini menyayangi Mama. Tapi, biarkan Gara menyelesaikan penjelasannya tentang Tante Rika. Ini sudah menjadi amanah Papa sebelum beliau meninggal agar Sam bisa menangkap siapa orang yang sudah mencoba
"Jawabannya, karena ayah kalian lebih menyayangi aku dan Narendra!"Tak ada yang menyangka hal ini sebelumnya.Bahkan Gara di sana termasuk Aisha tampak sangat terkejut mendengar suara Rika yang berteriak lantang dan tegas seperti itu.Selama ini, Gara tak pernah mendengar sang ibu bicara selain menyebut nama Adipati, suaminya. Selain Adipati, Rika biasanya bertanya soal Narendra. Selebihnya Rika hanya diam. Tak jarang juga Rika berteriak-teriak sendiri seperti orang ketakutan lalu dia menangis terisak setelahnya hingga meraung-raung memanggil-manggil Adipati.Itu saja yang dilakukan Rika dari hari ke hari tanpa pernah dia bicara layaknya manusia normal pada umumnya seperti yang baru saja dia katakan tadi.Jadi, wajar saja, jika Aisha mau pun Gara dibuatnya terkaget-kaget karena hal itu.Kini, semua tatapan manusia di ruangan itu teralihkan pada sosok Rika yang tampak meraba-raba sandaran kursi rodanya, mencari tangan Aisha berada.Aisha yang peka langsung meraih lebih dulu tangan Rik