MRDRKS_S2_GNKehidupan BaruWaktu bergulir dengan cepat, merambat tanpa jeda, menggulung setiap peristiwa mengganti dengan peristiwa baru. Aksan sudah melewati masa demi masa perjalanan kehidupannya, ia pernah terjebak pada sebuah perasaan yang keliru, menikahi Nilam hanya demi sebuah balas Budi meski perlahan cinta hadir dan Aksan sangat mencintai perempuan itu. Tapi masa lalu kembali mengulang kisah cintanya yang tak pernah sampai di masa SMA, kepergian adik kembarnya membuat dirinya lupa diri hingga memanfaatkan keadaan dengan menikahi istri sang adik yang depresi dan menganggap Aksan suaminya. Berbohong, merangkai cerita palsu. Tapi perlahan semua terbongkar, Nilam merasa sangat disakiti, dikhianati dengan sembunyi tanpa memperdulikan hatinya. Semua seakan menyakiti hati Nilam hingga dia memilih pergi dan menggugat cerai Arkan, pergi menikmati kehidupan sendiri. Arkan awalnya tak merasa begitu berat melepas Nilam, karena ada Namira dan Qonita yang bisa ia jadikan target cintany
"Mas Aksan," lirih perempuan itu."Namira,' jawab Aksan Keduanya terdiam sejenak, hening tanpa suara, saling bertatapan tak percaya jika takdir mempertemukan mereka kembali. Segera Namira membetulkan sepeda motornya dan kembali pada posisi mengendarai, Aksan masih terdiam dan baru tersadar ketika Namira menyalakan mesin. "Tunggu," ucap Aksan menghalangi Namira pergi. "Aku gak punya banyak waktu, Mas. Tolong minggir," ucap Namira.Aksan pun menggeser tubuhnya, ia membiarkan Namira pergi tapi setelah beberapa menit, Aksan segera masuk ke dalam mobil dan mengikuti Namira.Sepanjang perjalanan, Aksan teringat pada sosok Namira yang dulu sempat membuat hatinya bergetar. Satu dari tiga perempuan yang diharapkannya bisa jadi salah satu istrinya, yang pada akhirnya Aksan harus menerima kekecewaan ketika ketiganya tak ada satu pun yang menjadi istrinya. Kilatan masa lalu terbayang dan menari-nari di pelupuk mata Aksan, menemani perjalanannya mengikuti Namira, matanya tetap fokus meski sese
Mata nanar menatap pemandangan yang baginya tak biasa, Aksan sudah menjalin hubungan dengan Jelita satu tahun lamanya, tapi Aksan sangat menghargai dan menghormati Jelita tak pernah sedikit pun memperlakukan Jelita dari sekedar mengusap rambut atau mencium tangannya. Sedangkan pipi Jelita tak pernah dikecupnya, bagaimanapun Aksan lelaki dewasa, dia paham harus bersikap bagaimana pada perempuan. Tapi semua itu runtuh seketika saat melihat perempuan yang dia jaga bisa dengan mudah berpelukan dan dibanjiri kecupan dari seorang lelaki. Pantas dia ingin berhenti sejenak merapikan penampilannya sebelum bertemu Jelita, dia tak menyangka justru hal ini yang didapatinya. Jelita tengah mengobrol dengan seorang pria di pinggir jalan tepat di depan rumahnya, lalu mengakhiri obrolan mereka dengan pelukan dan kecupan di kening dan pipi. Terlihat jelas Jelita tampak bahagia dengan pertemuan itu. Aksan memegang kuat setir, menghempaskan tubuhnya di jok, amarahnya mulai bergejolak. Lalu menarik napa
"Lalu kapan waktunya?"Aksan menatap Jelita penuh tanya, tatapan mereka bertemu. Aksan memindai wajah perempuan yang dicintai, yang berharap bisa menggantikan posisi mereka para perempuan yang pernah hadir di kehidupannya terutama Nilam. Jelita serba salah ditatap penuh arti oleh Aksan. "Ah, sayang kenapa harus bahas ini sih? Aku gak suka deh," ucapnya. Aksan menghela napas berat, Ibunya pernah mengingatkan dirinya untuk tak menjalin hubungan dengan Jelita yang jauh berbeda usianya. Harusnya Aksan mencari perempuan yang siap menikah dengannya, usianya kini sudah tak muda lagi jangan mencari yang sangat muda darinya. Tapi Aksan tak mengikuti ibunya, lagi dan lagi Aksan selalu merasa dirinya benar. Padahal apa yang terjadi dalam dirinya akibat dari tak menuruti ibunya, berbeda dengan Ikhsan kembarannya yang sudah tak ada sangat penurut pada orang tua mereka. "Sayang," ucap Jelita seraya menepuk bahu Aksan hingga Aksan terkejut. "Kok melamun sih, ya sudah kalau kamu gak mau beliin a
"Lalu kapan waktunya?"Aksan menatap Jelita penuh tanya, tatapan mereka bertemu. Aksan memindai wajah perempuan yang dicintai, yang berharap bisa menggantikan posisi mereka para perempuan yang pernah hadir di kehidupannya terutama Nilam. Jelita serba salah ditatap penuh arti oleh Aksan. "Ah, sayang kenapa harus bahas ini sih? Aku gak suka deh," ucapnya. Aksan menghela napas berat, Ibunya pernah mengingatkan dirinya untuk tak menjalin hubungan dengan Jelita yang jauh berbeda usianya. Harusnya Aksan mencari perempuan yang siap menikah dengannya, usianya kini sudah tak muda lagi jangan mencari yang sangat muda darinya. Tapi Aksan tak mengikuti ibunya, lagi dan lagi Aksan selalu merasa dirinya benar. Padahal apa yang terjadi dalam dirinya akibat dari tak menuruti ibunya, berbeda dengan Ikhsan kembarannya yang sudah tak ada sangat penurut pada orang tua mereka. "Sayang," ucap Jelita seraya menepuk bahu Aksan hingga Aksan terkejut. "Kok melamun sih, ya sudah kalau kamu gak mau beliin a
Sesampainya di rumah Aksan menjatuhkan bobot tubuhnya di kasur, hari ini terasa sangat berat. Dia seperti mulai jengah dengan hubungannya bersama Jelita, gadis itu kini mulai menunjukan sifat aslinya. Hari ini saat menjemput gadia pujaannya dia tengah dengan lelaki itu lalu setelah bersamaku seharian, ternyata lelaki itu ada lagi bahkan mirisnya lelak itu masuk ke dalam rumah digandeng mesra sedangkan tadi dia ingin mengantar sampai rumahnya justru malah tidak boleh. Sikap Jelita membuat Aksan semakin curiga, ada apa sebenarnya? Siapa lelaki itu? Sayang dia tak bisa melihat dengan jelas wajah lelaki itu. Ketukan pintu membuyarkan lamunannya, ia berteriak menyuruh sang pengetuk pintu yang tak lain pasti Mamanya itu untuk masuk. Tak lama kemudian pintu terbuka dan Mama sudah masuk dan berjalan menghampiri Aksan yang dengan segera merubah posisinya dari terlentang jadi duduk. "Ada apa?" tanya Mama.Seorang ibu tentu tak akan mudah dibohongi, ia akan tahu bagaimana kondisi hati anakny
Pertemuannya dengan Namira kembali bersamaan dengan terbongkarnya sesuatu tentang Jelita. Tak pernah menyangka jika gadis itu mengkhianati Aksan, memang belum jelas dan Aksan masih mencari tahu kebenarannya tapi dua kali melihat tingkah Jelita pada lelaki itu tentu saja membuat Aksan paham bagaimana hubungan keduanya. Setelah bercerita pada Mama dan Mama meminta Aksan mencari Namira, bagaimanapun Namira adalah orang yang berjasa bagi Mama, mungkin Mama ingin bertemu dengan Namira bukan karena Aksan tapi karena memang Namira sangat berarti dalam hidup Mama. Aksan memerintahkan seseorang yang bisa dipercaya untuk mencari tahu tentang Namira, beruntung dia masih menyimpan photo delapan tahun yang lalu, mungkin wajah Namira sudah berubah tapi setidaknya bisa sedikit membantu. Pencarian Namira ia serahkan pada seseorang dan dia akan fokus menyelidiki tentang Jelita, gadis yang tak mau dinikahinya itu pasti punya lelaki lain di belakang Aksan. [Sayang, aku mau ke rumah ya nanti malam. M
Sepanjang perjalanan Aksan berhasil dibuat tak henti-hentinya memikirkan perkataan satpam itu, rumah Jelita yang menempatinya adalah sepasang suami istri muda? Apa dia salah dengar atau memang seperti itu. Dengan segera ia menelpon Jelita tapi tak ada jawaban, lalu ia teringat pesannya dan kejadian beberapa bulan yang lalu. Aksan menepi, ia mencoba mengulang setiap slide kehidupan bersama Jelita. Gadis itu, beberapa bulan yang lalu izin untuk pergi bersama orang tuanya ke luar kota dalam waktu satu bulan, bahkan Jelita jarang menghubunginya dan melarang Aksan menghubunginya alasannya karena ada acara keluarga yang bisa membuat marah jika Jelita main ponsel terus. Ketika pulang Jelita sedikit berubah, dia jadi lebih materialistis banyak meminta dan mengajak Aksan pergi kemana pun, kalau Jelita sudah menikah harusnya tak perlu seperti itu bahkan harusnya dia pergi menjauh perlahan dari kehidupan Aksan. Tapi sikap Jelita berbeda, lalu Aksan ingat dengan lelaki yang dia temui, Jelita se