"Kita berteduh dulu aja ya? Dari pada basah semua?"
"Iya deh. Di pohon situ aja, Nay," tunjuk Angel pada sebuah pohon trembesi yang lebat dan besar.
Nayla langsung mempercepat motornya menuju pohon. Saat Angel mengamati sekitar. Tiba-tiba dia melihat dengan jelas. Sosok sinden berkebaya merah dengan berlumuran darah di sekujur tubuhnya. Tengah berdiri beberapa meter tepat di belakang Nayla dan Angel.
Membuat Angel tercengang. Tak dapat berkata-kata dan hanya melihat ke depan.
"Nay, i-i-ituuuu!" ucap Angel terbata. Sambil ia menepuk bahu Nayla.
"Ada apa?"
Melihat Angel yang ketakutan Nayla menoleh ke belakang. Betapa kagetnya Nayla saat melihat sosok sinden itu tengah menatap mereka berdua.
Kilatan petir membuat mereka terkejut dan menjerit. Nayla langsung menggandeng tangan Angel dan menariknya. Menuju sepedah motor matic yang terparkir di dekat pohon.
"Ayo naik, Ngel!" suruh Nayla sembari menyalakan motornya.
"Ta-
Seluruh bulu kuduknya merinding. Ia sadar jika seseorang yang berada di depannya saat ini pasti bukan seorang manusia.Degup jantungnya semakin berdetak cepat, seakan seperti genderang perang.Pelan-pelan Bu Ningrum mendongakkan kepalanya ke atas. Hingga kedua matanya melotot saat melihat seorang wanita berwajah pucat dengan kepalanya yang terus mengucurkan darah . Wanita itu juga tengah melotot melihat Bu Ningrum. Kedua matanya berwarna putih tak ada warna lain.Bu Ningrum terkejut. Darah terus menetes membasahi wajah Bu Ningrum yang tepat berada di bawah wanita itu. Seluruh tubuhnya seperti tak dapat digerakkan. Bahkan untuk menjerit memanggil Nayla pun ia tak mampu.Tiba-tiba, wanita pucat itu menunduk perlahan lalu membuka mulutnya lebar-lebar. Seperti dikendalikan sesuatu, Bu Ningrum juga ikut membuka mulutnya lebar. Dengan mata yang semakin membulat.Asap berwarna hitam pekat yang keluar dari mulut wanita di hadapan Bu Ningrum mas
"Pembunuhan, Nek?" ulang Nayla mengerutkan dahinya.Nek Sami menarik napas lalu menghembuskannya lagi. Pandangannya lurus menatap Nayla dan Angel bergantian."Iya. Dulu tahun 1997 ada pembunuhan yang sangat menghebohkan warga desa. Saat itu Bundamu sedang hamil tua.""Itu tahun lahir Nayla, Nek!""Memang. Sejak kejadian pembunuhan itu, tempat itu menjadi angker dan membuat orang enggan melewatinya, apalagi saat malam hari," tutur Nek Sami menatap sang cucu.Nek Sami menuangkan air putih di dalam teko. Dalam beberapa kali teguk, air putih itu pun langsung habis."Saat itu, Kakekmu masih hidup. Bahkan Ayahmu juga masih ada.""Ayah?" ulang Nayla masih menatap pada Nek Sami.Nek Sami menganggukkan kepalanya. Sesekali ia melihat ke kamar Ningrum karena letak duduknya yang berada tepat di depan kamar. Sehingga pandangannya langsung mengarah ke kamar Ningrum."Dulu kejadian pembunuhan itu sangat menghebohkan warga, bahkan
"Hahhhh??" Angel dan Nayla terkejut mendengarnya.Sami berjalan pelan dan duduk di pinggir tempat tidur Nayla. Diikuti oleh Nayla yang juga duduk di sebelah neneknya.Sementara Angel menarik sebuah kursi kecil lalu duduk di depan mereka berdua. Ikut mendengarkan cerita nenek Nayla."Dulu sering sekali terjadi perselisihan dan persaingan antar sinden untuk menjerat para lelaki yang menyawernya. Berbagai cara dilakukan sinden. Mulai memasang susuk di wajah dan sekujur tubuhnya sampai di bagian kelaminnya. Ada juga yang memakai sintren agar saat mereka menari atau menyanyi begitu indah di mata orang yang melihatnya.""Apa sinden-sinden itu semua datang ke Kakek, Nek?""Enggak!! Yang Nenek ingat ada satu sinden yang datang ke Kakekmu waktu itu.""Siapa Nek?""Rumahnya kalau enggak salah di dekat pohon asam itu. Namanya Kusumawardhani," ujar Nek Sami yang berusaha mengingat-ingat."Kusumawardhani?" ulang Nayla seraya men
"Menurutku, kita sepertinya harus bertemu dengan si Rasti itu deh, Nay. Kita tanyakan semuanya. Biar kita bisa menyelesaikan misteri tusuk konde ini," usul Angel sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal."Tapi kalian harus tetap hati-hati. Ini sudah berurusan dengan dunia gaib. Yang enggak bisa dinalar," tutur Nek Sami."Baik, Nek," jawab Nayla dan Rasti bersamaan.Tiba-tiba terdengar suara Bu Ningrum yang terbatuk. Spontan mereka bertiga terkejut."Bunda!!" teriak Nayla yang langsung berlari menuju kamar Bu Ningrum. Disusul Angel dan Nek Sami dari belakang.Saat tiba di kamar Bu Ningrum, tampak wanita itu sudah duduk tegap di atas kasur menatap ke arah Nayla yang berdiri di depan pintu.Wajahnya terlihat sangat pucat. Sorot matanya menatap tajam ke arah Nayla. Sejenak Nayla tercekat melihat tatapan Bu Ningrum."Bunda ... udah enakan , Bun, kok langsung duduk gitu?" tanya Nayla lembut sembari mendekati sang bunda.Wanita itu m
Gadis itu mengintip sedikit dari jendela kayu dapur. Sontak kedua matanya langsung membulat lebar saat melihat apa yang ada di depannya."Tidak mungkin!" Spontan kedua tangan Nayla menutup mulutnya yang ternganga. Raut wajahnya begitu terkejut.Karena ia masih tidak percaya dengan yang dilihatnya, Nayla kembali mengintip dari sela-sela kayu jendela."Nyatakah yang aku lihat ini?" desis Nayla.Membuat gadis itu mengusap kedua matanya. Lalu mengerjap hingga beberapa kali.Sebuah kesenian gamelan lengkap dengan beberapa sinden serta para lelaki yang ikut menari bersama sinden nampak jelas di depan mata Nayla. Semuanya sangat nyata.Namun ada yang membuat Nayla begitu kaget saat melihat salah satu sinden yang sedang menari dengan seorang lelaki."Diaaaa ...."Tiba-tiba sebuah tepukan mendarat di bahu Nayla. Hingga membuatnya hampir melompat karena terkejut. Lalu ia menoleh ke belakang."Angel! Bikin a
"Itu suara burung gagak 'kan?""Iyaa, Nay.""Kok kayaknya di atas genteng rumahku sih.""Ayo kita tidur aja ahh." ajak Angel yang langsung menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Gadis itu begitu ketakutan karena suara burung gagak yang terdengar berkali-kali."Loh ... Ngel, kok malah udah tutup selimut duluan!"Kraaakk ... kraaakk ... kraaakk.Suara burung gagak semakin kencang terdengar. Suasana malam itu tiba-tiba terasa sunyi sepi. Bahkan suara jangkrik yang semua terdengar, kini sudah tergantikan oleh suara burung gagak yang menyeramkan.'Kok aku jadi merinding gini ya,' batin Nayla dengan manik mata yang mengamati sekeliling.Akhirnya Nayla mengikuti seperti yang dilakukan Angel. Ia menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Mencoba untuk memejamkan matanya walaupun sulit.Dug! Dug! Dug!Belum hilang rasa takutnya karena suara burung gagak, ia mendengar seperti suara langkah kaki yang mendekat k
Wanita tua itu terdiam sesaat. Beralih melihat ke jam dinding yang masih menunjukkan pukul tiga pagi."Kalian tidur aja dulu. Besok pagi Nenek akan tunjukkan sesuatu pada kamu, Nay," ucap Nek Sami seraya bangkit dan berjalan meninggalkan Nayla dan Angel.Kini, wanita tua itu sudah kembali di dalam kamarnya. Pandangan matanya melihat ke atas lemari pakaian. Sebuah bungkusan berwarna hitam dan sedikit berdebu terus di pandanginya."Apa sekarang saatnya aku harus memberitahu tentang mimpiku beberapa hari yang lalu dan yang kulihat waktu itu? Tapi aku enggak percaya kalau itu ternyata suatu pertanda." ucap Nek Sami dalam hatinya.Beberapa jam berlalu. Sinar matahari mulai menampakkan diri. Semua manusia di bumi mulai melakukan aktivitasnya. Termasuk Nayla dan Angel yang baru saja bangun, sebab kemarin malam mereka tak dapat tidur akibat suara burung gagak dan sosok sinden merah yang menghantui."Ngel, bangun!" ucap Nayla seraya menggoyangkan tubu
"Kayaknya mau hujan, ayo kita masuk ke dalam, Bu," ajak Ningrum yang langsung masuk ke dalam rumah.Ketika Sami akan masuk ke dalam rumah, dari sudut matanya ia melihat seseorang yang bersembunyi di balik pohon mangga depan rumah.Sontak Nek Sami membalikkan badannya. Dengan matanya yang sedikit menyipit, ia mengamati pohon mangga itu.Namun bayangan tersebut tampak gelap karena tak ada penerangan di sekitar pohon mangga. Sehingga ia tak dapat melihat dengan jelas.Nek Sami melangkah maju hingga pinggiran teras. Ia masih mengamati siapa yang bersembunyi di balik pohon.Tiba-tiba, petir kembali menyambar. Kilatan cahayanya memberikan sedikit penerangan. Seketika Nek Sami terkejut dan menutup mulutnya."Po-pocooong!!!" pekik Sami yang terkejut dengan mata yang membulat lebar.Sosok seseorang yang di bungkus oleh kain berwarna putih itu tampak melompat ke arah Nek Sami berdiri saat ini.Tubuh Nek Sami bergetar. Kedua k