MISTERI VITAMIN YANG DIBERIKAN OLEH SUAMIKU
BAB 5
Setelah bersiap dan dandan yang tipis-tipis, aku keluar dari dalam kamar.
"Sudah mau pergi?" Aku terlonjak kaget. Bapak mertuaku sudah berdiri di samping pintu kamarku. Orang tua satu ini sering kali membuat jantungku sakit karena terkejut.
"Iya," jawabku singkat.
"Pergi sama Dian? Kenapa larangan kami tidak kamu dengar, Amira? Jangan pergi dengan wanita itu!" bentaknya sambil menunjuk wajahku.
"Tidak, Amira pergi sendiri naik ojek," dalihku sambil membawa langkah dari hadapannya.
Aku mengirimkan pesan kepada Mbak Dian, agar dia menunggu di ujung gang. Jangan sampai Bapak mertuaku melihatnya.
Aku memilih tidak mendengarkan larangan Mas Aldi untuk tidak pergi dengan Mbak Dian. Karena sudah terlanjur janji, tidak mungkin diingkari bukan? Lagi pula, ada banyak pertanyaan yang ingin aku tanyakan pada Mbak Dian.
Tring!!!
[Tanpa kamu suruh, Mbak sudah menunggumu di ujung gang, cepatlah ke sini.] balas pesan dari Mbak Dian.
Mbak Dian ini ajaib, tidak dikasih tahu kok bisa tahu?
Gegas aku membawa langkah keluar pagar, aku menoleh ke arah rumah, Bapak mertuaku tampak mengintip dari balek jendela yang tertutup gorden.
Aku sampai ke ujung gang, dan Mbak Dian langsung melajukan motornya menuju ke cafe yang kami sepakati.
_____
"Amira, kamu bahagia tidak sih, hidup bersama Aldi?" Tiba-tiba saat sedang menikmati makan di sebuah cafe bersama Mbak Dian. Dia melontarkan pertanyaan yang membuat keningku berkerut mendengarnya.
"Bahagialah, Mbak. Memangnya kenapa, Mbak?" Aku balik bertanya.
"Ya, bagus kalau bahagia." Raut wajah dan gerak-gerik Mbak Dian seperti ada yang ingin dia bicarakan. Aku pun menyudahi makan, dan menatap Mbak Dian dengan serius.
"Apa yang Mbak tahu tentang keluarga Mas Aldi?" tanyaku langsung, daripada harus menyimpan rasa penasaran. Karena sudah dua kali Mbak Dian menanyakan, tentang bahagiakah aku hidup bersama laki-laki yang bergelar suamiku itu?
Sambil melihat ke kiri dan ke kanan Mbak Dian berkata. "Hati-hati, Amira,"
"Mbak, kenapa? Kok, Mbak seperti ketakutan gitu?"
"Tidak, tidak ada apa-apa, Amira."
"Mbak, tidak perlu takut, katakan saja. Apa yang Mbak tahu?" desakku lagi. Aku yakin, ada sesuatu hal yang tidak aku tahu tentang Mas Aldi.
"Amira, tapi kamu harus janji, jangan bilang kepada siapa pun, kalau Mbak yang memberitahu kamu," ucap Mbak Dian.
"Aku janji, Mbak." Cepat aku menyahut, karena tidak sabar lagi untuk mendengar apa yang sudah Mbak Dian tahu.
"Aldi pernah cerita tidak? Kalau dia sudah pernah menikah sebelum dia menikah denganmu?" tanya Mbak Dian.
Aku menggeleng cepat, lalu Mbak Dian mulai menceritakan tentang Mas Aldi.
Badanku langsung bergetar mendengarnya. Bagaimana tidak? Aku tidak pernah tahu kalau dia pernah menikah sebanyak empat kali, jadi, aku ini istri yang ke lima begitu? Apa sekarang Mbak Dian sedang mengada-ada?
Aku mengingat ucapan Mas Aldi dan Bapak mertua tadi pagi, bahwa Mbak Dian suka membicarakan orang dengan membicarakan hal-hal yang tidak-tidak. Tapi, kalau dilihat dari mata Mbak Dian. Sepertinya, dia tidak lagi berbohong.
"Amira, malah melamun." Mbak Dian mengibaskan tangannya di depan wajahku.
"Maaf, Mbak. Soalnya, aku sedikit terkejut mendengarnya, tidak mungkin Mas Aldi seorang duda, dia saja menyebut dirinya masih perjaka ting-ting," kekehku, mencoba membuat suasana tegang ini menjadi lucu. Tapi, Mbak Dian hanya menatapku dengan wajah datar.
"Mbak lagi serius, Amira. Apa Aldi tidak mengatakan apa-apa tentang statusnya?"
"Aduh, Mbak. Setahu aku, Mas Aldi itu bujang, di ktp-nya saja masih status lajang, kok sudah menikah sih?" sahutku, karena tidak ingin membuat Mbak Dian marah. Kujawab saja apa yang sebenarnya.
"Aldi sudah pernah menikah siri, nikah siri itu tidak ada buku nikah, yang artinya tidak bisa mengubah status di ktp, bisa sih bisa, tapi harus banyak cara pengurusannya, pokoknya ribet, lanjut ke cerita yang tadi, sebenarnya suamimu itu sudah menikah siri sebanyak empat kali," jelas Mbak Dian membuat mulutku terbuka mendengarnya. Nikah sebanyak empat kali dan semuanya nikah siri, gila memang kalau itu benar-benar terjadi.
"Kamu menikah sah 'kan? Apa status ktp-nya sudah berubah?" Aku menggeleng.
"Sudah tiga bulan menikah dan ktp aku mau pun Mas Aldi belum diubah statusnya. Katanya, setelah punya anak baru sekalian diurus dan buat kartu keluarga." Mbak Dian menggelengkan kepala mendengar penuturanku.
"Pokoknya sekarang kamu harus hati-hati, Amira. Jangan sampai kamu menjadi seperti Lilis," ucap Mbak Dian.
"Siapa Lilis, Mbak?"
"Dia itu salah satu istrinya Aldi, yang sekarang entah ke mana pun Mbak tidak tahu. Kata Aldi sudah bercerai, tapi Mbak mendapatkan pesan terakhir dari Lilis, kalau dia ...." Mbak Dian membungkukkan tubuhnya untuk berbisik di telingaku.
"Astagfirullah, Mbak, beneran ini, Mbak? Ya Allah," lirihku, tungkai kakiku terasa lemas ketika mendengar ucapan dari Mbak Dian.
"Mbak tidak bohong, Amira. Dulu Lilis juga pernah Mbak peringatkan, tapi dia tidak percaya dan memilih untuk menjauhkan diri dari Mbak. Sekarang, giliran kamu, kamu mau percaya silakan, tidak mau percaya pun tidak apa-apa. Yang terpenting kamu harus hati-hati," terang Mbak Dian.
"Sebaiknya, aku pulang sekarang, Mbak. Sekali lagi, terima kasih atas semuanya. Aku akan mencari tahu, jika itu benar, aku akan segera bertindak."
"Lho, kok pulang? Naik apa?"
"Naik ojek, Mbak." Aku menyahut sambil meninggalkan meja makan. Keluar cafe dan memanggil tukang ojek yang nongkrong di samping cafe tersebut.
Tidak lama kemudian, aku sudah sampai. Lalu aku membayar uang pas ke tukang ojek itu.
Tukang ojek pun berlalu pergi. Aku juga masuk dan melihat motor Mas Aldi sudah terparkir di samping teras. Tumben sekali jam segini sudah pulang?
"Jadi, bayar berapa?" Tanganku yang tengah memutar handle pintu langsung terhenti. Karena mendengar suara Bapak mertua yang mengobrol entah dengan siapa?
Aku pun urung untuk masuk dan memilih untuk menguping pembicaraan mereka, akhir-akhir ini, aku merasakan keanehan dengan apa yang sudah kudengar. Jangan-jangan, aduh, apa ini adalah salah satu jawaban yang sudah Mbak Dian jelaskan tadi?
BERSAMBUNG...
Jangan lupa subscribe dan mampir ke cerbung saya yang lainnya ya♥️
MISTERI VITAMIN YANG DIBERIKAN OLEH SUAMIKU[EXTRA PART]Tahun demi tahun berlalu dengan sangat cepat. Empat tahun mengenyam bangku perkuliahan, kini Zayn Al Fatih dan Nayyara Almahyra telah lulus dengan gelar masing-masing.Zayn mengambil bidang manajemen bisnis, sementara Nayyara memilih bidang pendidikan. Dia ingin menjadi tenaga pendidik untuk mencerdaskan anak bangsa. Kedua buah hati Amira dan Anton itu semringah saat keluar dari gedung tempat mereka wisuda. Nayya pamit pada keluarganya untuk bergabung dengan teman-temannya sebentar. Amira pun mengizinkan.Dia melihat anak perempuannya yang tumbuh semakin dewasa itu setengah berlari ke arah wisudawan yang sedang bergerombol. Mereka berfoto ria sebagai kenang-kenangan sembari melempar toga ke atas pertanda kelulusan. Senyum dan tawa terdengar. Mereka begitu bahagia karena telah menempuh pendidikan ini dengan sempurna.Gelar sarjana tersemat di pundak mereka. Setelah ini mereka akan berpisah dan mungkin akan jarang bertemu. Semua
MISTERI VITAMIN YANG DIBERIKAN OLEH SUAMIKUBAB 117Hari berganti hari. Bulan pun berganti tahun. Kebahagiaan keluarga Amira semakin bertambah. Semua tak lepas dari keikhlasan dan kesabaran mereka menghadapi tiap ujian dariNya. Mereka saling menguatkan satu sama lain, saling mendoakan dan membantu tiap kali masalah datang. Kedua mertua Amira adalah mertua idaman banyak menantu. Tak hanya memiliki keluarga yang diidamkan banyak orang, bisnis kuliner mereka pun berkembang dengan pesat. Tiga cabang restoran telah dibangun di Jakarta. Pak Sugi juga membangun bisnis di bidang jasa ekspedisi, sementara Bu Raheni dan Amira membuat sebuah butik ternama tak jauh dari kantor ekspedisi mereka. "Rasanya, baru kemarin kita menikah ya, Mas. Tak menyangka usia kita tak muda lagi," lirih Amira saat menyiapkan dua cangkir teh untuknya dan Anton di taman belakang rumah mereka. Anton duduk di sebuah kursi rotan dan kini Amira pun ikut menduduki kursi sebelahnya. Meja rotan berbentuk bulat sebagai pe
MISTERI VITAMIN YANG DIBERIKAN OLEH SUAMIKUBAB 116 "Mbak Ambar, apa kabar?" tanya adik iparnya Bu Ambar. Dia langsung mendekat dan bersalaman dengan Bu Ambar dan keluarga Anton."Mau ngapain kalian datang ke sini?" tanya Pak Arman dengan ekspresi dingin. Laki-laki itu masih belum terima dengan perlakuan adik dan keluarga besarnya di masa lalu karena mempermalukan bahkan menghina Amira sedemikian rupa. "Bang, kami keluargamu, kenapa Abang bertanya begitu? Sepertinya Abang tidak suka kalau kami datang." Pak Dolah, adik laki-laki Pak Arman berbicara sambil memandang ke arah Amira dan Anton yang masih berdiri di depannya."Iya, Bang. Kami datang untuk bertemu denganmu dan Amira. Sudah bertahun-tahun kita tidak bertemu." Bu Saroh adik perempuan Pak Arman ikut menimpali. Tak seperti dua tahunan lalu saat mereka menatap Amira dengan pandangan jijik dan angkuh, kini mereka datang dengan wajah sendu. Wajah orang-orang yang berduka dan menyesali perbuatannya. Entah apa yang akan dilakukan
MISTERI VITAMIN YANG DIBERIKAN OLEH SUAMIKUBAB 115 "Lisa sekarang dirawat di rumah sakit." Bu Raheni berbicara pada keluarganya setelah menyelesaikan pembicaraannya dengan Bu Laras di telepon."Dirawat? Sakit apa, Ma?" tanya Pak Sugi yang masih menyeruput secangkir kopinya. "Mama tidak tahu, Pa. Kata Laras, Lisa drop setelah sidang perceraiannya dengan Heru," jelas Bu Raheni."Cerai? Jadi, Lisa sama Mas Heru benar-benar berpisah, Ma?" Kini giliran Amira yang bertanya. Dia tak menyangka jika pernikahan Lisa kandas di tengah jalan, padahal sebelumnya dia sangat membanggakan suaminya itu. "Mertuanya Lisa menuntut Heru untuk cepat ngasih cucu. Jadi, Heru nikah lagi tanpa izin dari Lisa. Lantas Lisa memilih cerai dari pada dimadu." Bu Raheni menjelaskan sesuai dengan cerita Bu Laras barusan. "Aneh-aneh saja. Masa sampai segitu terobsesinya untuk memiliki cucu. Apa nggak mikir kalau Lisa itu baru keguguran dan belum pulih. Butuh waktu untuk mengandung lagi. Perempuan itu bukan mesin p
MISTERI VITAMIN YANG DIBERIKAN OLEH SUAMIKUBAB 114"Lisa, kamu kenapa? Kenapa tadi kamu tiba-tiba pingsan?" cecar Bu Laras ketika Lisa baru sadar setelah dibawa ke klinik terdekat."Mas Heru, Ma." Kedua mata Lisa berkaca-kaca saat mengingat foto yang dikirimkan sahabatnya itu. "Kenapa? Memangnya ada apa dengan Heru?" Bu Laras bertanya lagi dengan sedikit panik. Lagi dan Lagi Lisa menyeka kedua pipinya yang basah. Rasa nyeri dan sesak kembali menghimpit dadanya. Terlalu sakit jika dibayangkan apalagi diceritakan. "Kenapa dengan suamimu, Lisa?" ulang Bu Laras sambil mengusap kening anaknya yang basah oleh keringat. Lisa menatap lekat mamanya yang tampak begitu khawatir dan penasaran. "Mas Heru," lirih Lisa sambil menghela napas berat. Dia memejamkan mata sesaat untuk mengontrol emosinya yang nyaris meledak. "Heru Kenapa? Apa terjadi sesuatu dengannya? Dia baik-baik saja 'kan? Cepat katakan, Lisa. Jangan bikin Mama makin penasaran." Bu Laras sedikit mendesak karena terlalu khawatir
MISTERI VITAMIN YANG DIBERIKAN OLEH SUAMIKUBAB 113"Silakan lanjut menikmati hidangannya, Jeng. Saya ajak dua cucu saya ke kamar dulu," ucap Bu Raheni dengan senyum tipis lalu mengajak Bu Ambar kembali ke kamar Amira. "Jadi orang kok julid terus," lirih Bu Raheni saat melangkah pergi. "Namanya manusia. Benar pun rasanya selalu salah di mata pendengki." Bu Ambar menyahut. "Benar, Bu Ambar. Mereka memang begitu. Makanya saya sengaja nggak bilang kalau punya cucu kembar laki-laki dan perempuan. Mau coba mereka julid apa nggak. Eh ternyata memang sudah wataknya begitu, ya susah berubah. Lihat saja mereka sekarang shock setelah tahu saya punya cucu kembar sekaligus." Bu Raheni sedikit menoleh ke belakang di mana kedua temannya masih saling bisik. Bu Ambar pun melakukan hal yang sama."Ekspresi mereka langsung berubah setelah melihat cucu laki-laki kita." Bu Ambar dan Bu Raheni saling tatap lalu tersenyum tipis. Keduanya kembali melanjutkan langkah ke kamar Amira. Bu Raheni mengetuk pi