Home / Romansa / MISTERY DAGING 15O KG / 6. KEGELISAHAN RADITYA

Share

6. KEGELISAHAN RADITYA

last update Last Updated: 2022-02-04 19:32:05

RADITYA

“Bagaimana, Nak. Kau puas dengan hasil yang kau dapatkan sekarang?” tanya ibu dengan wajah berseri.

“Puas sekali, Bu. Terima kasih. Semua berkat ibu yang punya rencana sangat jenius. Akhirnya aku kini sudah mendapatkan semua yang kumau dan tidak harus berpura-pura lagi di depan wanita membosankan itu. Aku bangga pada ibu.” Memeluk ibu dengan penuh bahagia.

“Aku juga dong. Kan sudah banyak bantu kakak juga.” Ucap adikku satu-satunya dengan bibir manyun.

“Iya adikku Sayang. Kakak juga berterimakasih padamu. Makanya seberapapun uang yang kau butuhkan untuk biaya kuliah dan keperluan pribadimu selalu kakak penuhi. Ayo peluk kakak!” Aku melebarkan tangan sembari tersenyum menatapnya.

“Idih bau pengantin baru nih.” Goda adikku saat bersandar pada dadaku. Walau usianya kini sudah dua puluh tahun, tapi masih manjanya minta ampun. Semua keinginannya harus terpenuhi. Kalau tidak dia akan ngambek berhari-hari. Termasuk uang jajan sepuluh juta sebulan di luar biaya kuliah. Itu saja terkadang masih kurang. Tak apalah. Toh aku bisa memenuhinya sekarang.

Pikiranku kembali ke masa silam. Dimana saat kehidupan kami susah sebelum aku menikah dengan putri, gadis bodoh yang maunya aku tipu bertahun-tahun. Setelah ayah meninggal, untuk makan saja kami sulit. Saat itu usiaku baru enam belas tahun. Setelah aku menggantikan tugas ayah yang bekerja pada pria yang kemudian menjadi ayah mertuaku, kehidupan kami membaik. Almarhum  orang yang sangat baik dan menjadikan aku orang kepercayaanya.

Hingga tibalah saat aku sudah berusia dua puluh empat tahun, beliau menjodohkan aku dengan putri tunggalnya yang sudah berusia dua puluh delapan tahun. Sebenarnya aku sudah punya kekasih yang akan kunikahi.

Aku ingin menolak. Namun saat membicarakannya dengan ibu, ibu malah memarahaiku dan meminta untuk menerima perjodohan ini. Padahal hubunganku dengan Neva sedang hangat-hangatnya.

Jelas saja Neva marah besar saat aku mengutarakan keinginan ibu. Catat ya keinginan ibu, bukan aku. Namun lagi-lagi ibu mampu meredam kemarahan sahabat Nena itu. Ibu berjanji akan menyatukan kami suatu hari nanti dalam balutan janji suci.

Neva akhirnya setuju dengan catatan aku tak boleh menyentuh istriku. Namun bagaimanapun aku seoran lelaki. Naluriku tak mungkin membiarkan seorang wanita yang jujur saja lebih menarik dan lebih cantik dari Neva. Kulitnya yang putih mulus sangat menggoda imanku. Sangat sayang kalau aku tak mencicipinya. Toh aku suaminya. Pastinya punya hak dong. Dan aku sangat bangga karena akulah orang pertama yang mereguk nikmatnya madu istriku.

Tak percaya kalau ternyata putri masih bi sa menjaga kesuciannya. Setahuku dia punya hubungan yang cukup lama dengan temannya semenjak di bangku kuliah. Bisa saja kan mereka melakukannya dulu. Tapi ternyata putri berbeda dengan gadis lain. Hubungan mereka tak di balut oleh nafsu. Tidak seperti hubunganku dengan Neva. Kami sudah terbiasa melakukan hubungan terlarang atas nama cinta.

Neva yang merasa takut kalah cantik dengan istriku, dia merengek meminta dijadikan secantik Putri. Akupun memenuhi dengan menggelontorkan dana yang tidak sedikit. Tak apalah toh aku juga yang akan menikmatinya.

Saat tahu putri hamil, Neva marah besar. Dia bahkan menamparku berkali-kali dan memukuli dadaku. Neva memang sedikut kasar. Sangat berbeda dengan Putri yang lemah lembut. Tapi aku membiarkan saja dia melampiaskan amarahnya padaku. Wajarlah. Namanya perempuan. Kita rayu dikit aja juga nanti hilang marahnya.

Sayangnya, amarahnya tak terhenti disitu. Dia meminta tanggung jawab pada ibu yang pernah berjanji untuk menyatukan kami. Dia juga mengancam akan bicara kepada istriku tentang hubungan kami. Sangat berbahaya.

Ternyata ibu juga tak setuju dengan kehamilan putri. Bahkan dia tak suka dengan calon cucu kandungnya. Entah kenapa ibu sangat tidak suka pada putri. Padahal dia wanita baik dan berpendidikan. Jauh lebih berkelas dar ipada Neva. Namun entah mengapa ibu lebih menyukai Neva.

Kedua wanita itupun merencanakan sesuatu untuk menggagalkan kelahiran bayi yang berada di kandungan putri. Aku sih terserah mereka saja. Bagiku anak tidak penting. Yang lebih penting itu enak.

Ibu dan Neva pergi ke paranormal dan meminta biaya yang tidak sedikit untuk membuat istriku keguguran. Mereka memberiku ramuan yang harus dicampurkan pada minumannya. Sudah keluar uang banyak, tetap saja akulah yang menjadi eksekutornya. Jahat gak sih yang sudah kulakukan. Entahlah. Yang penting aku harus selalu menuruti rencana ibu dan Neva.

Setelah mencampurkan minuman dalam ramuannya, benar saja istriku keguguran. Dia mengalami pendarahan hebat. Untung saja nyawanya masih bisa diselamatkan. Kalau tidak bisa saja adik ibu mertuaku mengusut kronologi kematian putri. Habislah aku kalau pria lapuk yang menjabat sebagai kapolres itu ikut turun tangan.

Aku pikir hanya terjadi satu kali saja. Namun entah kenapa istriku selalu keguguran hingga keempat kalinya. Setahuku aku tak pernah memberinya ramuan lagi. Saat aku bertanya kepada ibu, dia hanya tersenyum dan menjawab dengan seringai penuh kelicikan.

“Pokoknya kamu tahunya beres. Si menantu menyebalkan itu takkan mungkin bisa punya anak karena rahimnya sudah di ikat. Kalaupun sampai hamil, pasti keguguran.” ucap Ibu dengan tersenyum penuh misteri.

Aku yang tak mengerti kembali bertanya kepada wanita yang sudah melahirkanku.

“Maksud ibu apa? Siapa yang mengikat rahim putri?” tanyaku penasaran. Benar-benar tak mengerti kemana arah pembicaraan ibu.

“Sudahlah. Biar ini jadi urusan ibu. Yang penting kamu jangan lupa ngasih duit ke ibu lebih banyak lagi. Supaya rencana kita tidak gagal.” Jawab ibu sembari ngeloyor pergi.

Aku bengong dan masih bertanya-tanya apa maksud ucapan ibu tadi. Apa ibu dan Neva masih juga memainkan peran seorang paranormal di sini. Aku mengusap wajah kasar.

Tiba-tiba aku merasakan kegelisahan. Bagaimana mungkin mereka bisa sejahat itu.

“Kak. Jangan melamun. Entar kesambet, lo.” Tepukan Nena di pipi membuatku tersentak. Buyar sudah semua lamunan.

“Oh, mmm ... enggak ... kakak gak ngelamun, kok.” Aku membalas dengan tepukan lembut di pipinya.

“Radit. Kamu kenapa? Ada yang kamu pikirin?” tanya ibu penuh selidik. Mungkin beliau melihat kecemasan pada wajahku.

“Entah kenapa aku tiba-tiba gelisah. Seperti akan ada sesuatu tapi aku sendiri tidak tahu. Apa mungkin ini yang namanya firasat buruk, bu?”

“Halah. Kamu ini. Itu bukan firasat buruk. Tapi karena kamu deg-degan dan gelisah karena mau jadi manten. Kaya bujangan aja kamu. Ini’kan sudah yang kedua kalinya.”

“Tapi ini rasanya beda, Bu. Apa Putri tahu dan kita akan kena karma karena perbuatan kita kepada putri? Aku benar-benar takut, Bu.”

“Radit! Jangan bodoh kamu. Gak ada yang namanya karma jaman sekarang. Lagian apa yang sudah kita lakukan? Toh kita tidak menyakiti siapapun.”

“Kita sudah menyakiti putri dan keluarganya!”

“Ah sudahlah. Toh kita gak sampai membunuhnya. Jadi, hilangkan semua pikiran burukmu itu. Ibu mau ngecek masakan di dapur dulu.” Ibu meninggalkanku sendirian.

Sungguh, rasanya sangat berbeda. Kegelisahan kali ini seperti pertanda akan terjadi sesuatu yang buruk. Apalagi semalam aku juga mimpi buruk sekali. Aku yakin ini ada hubungannya dengan kegelisahanku.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MISTERY DAGING 15O KG   45. TERLENA DALAM BALUTAN ASMARA

    “Apa aku menolak waktu paman ... mencium bibirku?” aku menyapu bibir paman dengan jemariku, membuat paman memejamkan mata untuk menikmatinya.“Jawab paman?” tanyaku kembali masih dengan menyapu bibir sexynya dengan jemariku.“Tadi kau begitu berani. Kenapa sekarang diam? Hmm?” tanyaku kembali.“Aku ... aku .... ““Sst ... “ Aku menutup mulut paman dengan telunjukku. Menatap wajah tampan di hadapan membuatku tak tahan untuk tak menyentuh bibirnya. Tinggi badanku yang hanya sepundak paman, membuatku harus berjinjit untuk memberikan kecupan tipis pada bibirnya. Cup, satu kecupan sukses mendarat di bibir paman.Tak ada pergerakan. Kami saling diam dengan bibir saling menempel. Perlahan paman menjauhkan bibirnya dariku dan membingkai wajahku dengan telapak tangannya.“Ini rumah sakit. Kita tak boleh melakukan hal yang lebih.” Bisik paman dengan tersenyum. Aku merasakan harum

  • MISTERY DAGING 15O KG   44. KECUPAN MESRA

    Wajah paman semakin dekat. Bahkan ujung hidung kami saling bersentuhan. Oh Tuhan, benarkah ini. Apa aku sedang tidak bermimpi. Pria yang sudah menggetarkan hatiku tengah menatapku penuh hasrat.Aku memejamkan mata menandakan dari sebuah kepasrahan. Aku dikejutkan oleh benda kenyal yang menyentuh bibirku membuat jantungku memacu kian cepat. Bibir paman menyapu dengan lembut hingga membuatku terbuai.Entah mendapat dorongan dari mana hingga membuatku membalasnya dengan lebih berani. Sejenak kami saling berpagut dalam balutan rindu.Sayangnya semua keindahan itu harus terhenti karena masuknya perawat yang membawa kursi roda untukku. Kami pun saling melepas pagutan dengan perasaan malu.“Sorry,” ucap paman lirih. Dia menjauh dariku sembari menghapus jejak pada bibirnya yang basah. Lalu menyugar rambutnya dan berdiri membelakangiku. Paman masuk ke dalam toilet. Entah apa yang akan dilakukannya. Aku akan mencari tahu tentang hal itu.“M

  • MISTERY DAGING 15O KG   43. SENTUHAN

    Rasanya tubuh ini sudah sehat dan tak perlu obat apapun. Berdekatan dengan paman pasti lebih mujarab dari obat manapun.Tunggu, bukankah paman sedang marah kepadaku. Bagaimana kalau dia menolak untuk menjagaku. Atau dia mau tapi aku dicuekin. Aduuh bagaimana ini. Aku menggaruk kepala yang tidak gatal.“Put! Cepat telpon pamanmu suruh ke sini. Ibu harus berangkat sebentar lag biar bisa lihat jenazah budemu.”“Hah? Aku. Bu?” aku menunjuk ke arah diri sendiri.“Iya. Cepetan!”“Ibu saja! Nih hapenya!” aku menyerahkan ponsel kepada ibu. Tak mungkin aku duluan yang menghubungi paman.“Kamu aja! Cepetan. Ibu mau beres-beres dulu!”Duh Gusti, bagaimana ini. Ibu benar-benar tak mau mengerti perasaanku.“Cepat puuuttt!!”“Iya!”Aku mengusap layar dan membuka aplikasi berwarna hijau dan mencari nomor paman. Rasanya ragu untuk menyentuhnya. Ja

  • MISTERY DAGING 15O KG   42. BERSELISIH DENGAN PAMAN

    “Oke, Paman tahu. Tapi setidaknya kau masih punya rahim dan bisa hamil. Jangan pernah meremehkan sesuatu yang berhubungan dengan nyawa, Putri!”“Sudahlah, Paman. Aku tak butuh nasehatmu! Yang jelas aku akan memakai jasa pengacara yang hebat untuk memberikan hukuman berat kepada mereka!”“Tapi Put ... ““Tolong, keluar! Aku ingin sendiri!”“Put! Paman seperti tak mengenal dirimu lagi! Hanya karena dendam kau sampai kehiangan jati diri dan juga hati nuranimu! Paman seperti tak mengenalmu lagi!”‘Tolong keluar, Paman! Aku ingin sendiri!” teriakku dengan kesal. Tanpa terasa airmata mengalir deras pada pipiku.“Baiklah! Paman hanya ingin kau menjadi putri yang dulu, yang penuh dengan cinta, kasih sayang. Bukan putri yang memenuhi dadanya dengan api dendam!”“Keluar, Paman! Keluar!!” aku menutup telinga dan tak mau mendengar nasihat apapun dariny

  • MISTERY DAGING 15O KG   41. PERASAAN TERPENDAM

    “I ... Iya Mbak Yu. A-ada apa?” tanya Paman degan terbata. Aku tahu kalau dia masih merasa canggung dengan kejadian tadi.“Radit dan keluarganya sekarang di mana?!”“Mereka sudah di bawa ke kantor polisi untuk dimintai keterangan.”“Baguslah! Kau harus menghukum mereka seberat-beratnya!” ucap Ibu sembari mengepalakn tangan. Rupanya beliau masih terbakar emosi.“Itu bukan kewenanganku Mbak. Nanti pengadilan yang akan menghakimi mereka!” jawab Paman.“Huuch pokoknya aku mau ketemu sama mereka dan bakal tak uwes-uwes mereka nanti!” ucap ibu dengan gemas. Jelas saja dia tidak terima anaknya diperlakukan seperti ini.“Sudahlah, Mbak. Yang penting sekarang kita fokus untuk pengobatan Putri. Mereka sudah ada yang mengurusi!”“Ya sudah. Mbak mau ngurus administrasi dulu. Kamu tolong tungguin Putri dulu, ya!”‘Iya, Mbak! Tapi gak bisa l

  • MISTERY DAGING 15O KG   4O. PERTOLONGAN PAMAN

    Dan tak lama kemudian terdengar suara Radit menjerit sangat keras. Bukan sekali, tapi berkali-kali. Suara bag big bug tak ada hentinya disertai suara jeritan ibunya Radit. Sepertinya paman sedang memukuli Radit dengan brutal. Syukurlah, paman selalu datang tepat pada waktunya.‘Tangkap mereka semua!” Paman memerintah kepada anak buahnya.Sepertinya terdengar penolakan dari Radit dan ibunya. Bahkan aku mendengar suara Radit yang terus memanggil nama istrinya. Aku yakin wanita itu pasti terluka parah, hingga membuat Radit berteriak histeris.Kemudian, aku merasakan tubuhku sedikit terangkat. Rupanya paman menaruh kepalaku di atas pangkuannya.“Putri! Bangunlah!” Paman menepuk-nepuk pipiku. Dia pasti sangat khawatir. Sebenarnya aku masih sadar dan mendengar semua aktifitas di sekitar. Hanya saja aku merasa seperti tak bertenaga. Bahkan untuk membuka mata saja rasanya tidak sanggup.Aku berusaha tetap bertahan. Namun lamba

  • MISTERY DAGING 15O KG   39. MEMBALAS SI PELAKOR

    Radit tahu kemana arah pandanganku. Seketika dia memasang badan untuk istrinya. Dan wanita itu juga bersembunyi di balik tubuh Radit.Rahangku mengeras menahan amarah. Entah apa yang terjadi denganku, sepertinya ada dorongan yang menyuruhku untuk melenyapkan janin yang ada di perut wanita itu. Hati kecilku memngatakan jangan, tapi bisikan itu sangat kuat dan mengalahkan perasaanku sebagai sesama wanita.Aku juga seperti tak bisa mengontrol tubuhku yang terus mendekat ke arah si pelakor yang masih ketakutan.“Berhenti, Putri! Jangan sakiti Neva! Dia tidak bersalah! Kalau kau mau membalas dendam balas saja kepadaku!” seru Radit berusaha menghentikanku. Namun kembali bisikan itu semakin kuat dan tak bisa terbendung.“Kau pikir aku tidak tahu kalau dia juga ikut pergi ke paranormal bersama ibumu! Dan yang lebih membuatku kesal adalah dia mempercantik diri dengan uangku yang kau curi! Dan kini aku ingin melihatmu dan juga ibumu menangis darah

  • MISTERY DAGING 15O KG   38. MENGUNGKAP KEJAHATAN RADIT

    “Berani sekali kau! Rasakan ini!” aku berusaha bangkit untuk menyerang si pelakor. Namun si Radit sialan kembali mendorongku hingga terjatuh.“Jangan berani menyentuh Neva atau kau akan tahu akibatnya!”” seru Radit sembari menunjukku. Jelas saja apa yang dilakukannya membuatku kesal.“Kau pikir aku takut dengan ancamanmu?! Aku ingatkan, Kalian saat ini berada di posisi yang tidak aman. Jadi jangan bertindak bodoh atau kalian menginginkan hukuman yang lebih berat! Pintu gerbang penjara sudah di depan mata dan menanti kalian!” ancamku kepada Radit dan kroni-kroninya. Jelas saja hal ini membuatku makin kesal.“Aku tidak peduli dengan semua omong kosongmu. Sedikit saja kau menyentuh kulit Neva, kau akan menyesal!”“Aku tak takut dengan ancamanmu. Yang sangat membuatku menyesal hanya satu, yaitu pernah menjadi istrimu!”Radit mendengkus kesal. Lalu melangkah ke arah ibunya.Aku ban

  • MISTERY DAGING 15O KG   37. MENGHADAPI PARA MUSUH

    “Aaacchh!”Terdengar suara teriakan dari ibunya Radit. Hal itu membuatku penasaran dan ingin melihat apa yang terjadi di dalam sana. Namun saat aku hampir mencapai pintu, paman menarik lenganku dan membawaku untuk menjauh.Dengan kesal aku menepis tangan paman.“lepasin, Paman! Kenapa Paman menahanku?”“Jangan masuk ke sana! Itu bisa membahayakan dirimu! Di dalam sedang terjadi perkelahian!”“Iih, gak apa-apa. Lagian aku’kan cuma mau lihat ibunya Radit menjerit karena apa. Itu saja, kok!”“Kau lihat sendiri, Radit saja tidak berani masuk ke dalam! Dia berpikir untuk menyelamatkan dirinya sendiri! Jadi jangan nekad! Turuti kata-kata Paman!”Lebih baik aku pura-pura menurut saja. Tunggu saat Paman agak lengah, aku akan berlari menuju ke sana. Paman pasti takkan mampu mencegahku.Paman terlihat begitu waspada. Dia terlihat sedang menerima telpon dari seseorang dan m

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status