Melihat ke arah jam dinding. Jarum jam sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Satu jam lagi pernikahan Raditya akan dilaksanakan. Aku harus segera menuju kesana. Tak boleh terlambat walau hanya sedetik saja. Bisa kacau kalau sampai pernikahan mereka sah sebelum kedatanganku.
Aku akan menghubungi orang-orang yang sudah bekerja untukku. Mereka sudah profesional dalam mengerjakan tugas rahasia. Aku mengenal salah satu dari mereka dari paman. Untung saja aku masih menyimpan nomornya.
“Bagaimana, semua pekerjaan beres?” tanyaku setelah mendengar suara dari seberang.
“Sudah,bu. Semua sudah berjalan sesuai dengan yang kita rencanakan.”
“Oke. Setengah jam lagi saya sampai di lokasi.”
“Siap. Saya tunggu.”
Menutup sambungan telepon. Lalu menyambar map yang ada di atas nakas dengan tergesa. Bersamaan dengan itu terdengar suara nyaring seperti pecahan gelas.
Aku menoleh ke arah s
PUTRISuara ketukan halus di kaca mobil membuatku tersentak. Ternyata salah satu orang kepercayaanku. Lalu sedikit menurunkan kaca mobil.“Bagaimana?” tanyaku padanya.“Ini buku tabungan yang ibu inginkan.” Pria itu memberikan buku tabungan atas nama Radit. Penasaran dan membuka saldo akhir. Astaga. Aku menutup mulut yang menganga lebar. Bola mata membulat dengan sempurna. Delapan ratus juta. Nominal yang cukup besar walau sudah terpakai untuk biaya resepsi semewah ini.“Haach!!” aku membuangnya dengan kesal. Lalu memukul kemudi dengan kuat.“Tahan, Bu. Jangan emosi.”“Diam! Jangan mencoba mengaturku!” aku menunjuk orang suruhanku. Dia hanya terdiam dan menundukkan kepala.Aku melihat buku tabungan yang sudah kubuang berada di tangannya.“Berikan padaku!” Aku mengulurkan tangan untuk meminta buku yang membuat emosiku memuncak.Pria itu
“Saya terima ....”“Hentikan pernikahan ini! pernikahan ini tidak sah!” aku segera bangkit dan membuang kacamata hitam dan melepas topi juga masker. Orang-orang menatap tajam ke arahku.“Pup ...putri?!” Mata Mas Radit membulat seolah tak percaya dengan penglihatannya sendiri. Dia berdiri dan terlihat raut wajah penuh kecemasan.“Iya. Ini aku, istri sahmu!” jawabku dengan penuh penekanan. Lalu melangkah mendekat ke arahnya.“Apa benar anda istri sahnya?” tanya pak penghulu sembari membaca kertas yang ada di hadapannya.“Benar, Pak! Pernikahan ini terjadi tanpa persetujuanku!”‘Tapi di sini tertera kalau Pak Radit itu duda yang istrinya meninggal.”Mendengar keterangan dari penghulu, membuat emosiku makin memuncak. Tanganku mengepal menahan amarah. Teganya dia membuat surat kematian palsu demi bisa menikahi kekasihnya.Plaak. Tanganku bergerak den
“Nena!” Radit mencoba menolong adiknya. Terdengar juga teriakan dari ibu mertuaku yang terlihat mengkhawatirkan putri bungsunya.Darah kental mengalir dari sudut bibir adik kesayangan Radit. Apalagi pipinya juga terbentur tiang tenda. Tentunya membuat lukanya semakin sakit. Aku tersenyum sinis dan menatapnya puas.“Pergi kamu dari sini!” Si Pelakor mendorong tubuhku dengan keras. Karena aku tidak siap hingga membuatku terjatuh.Shiit. Aku melepas jas yang kupakai dan melempar ke arah wanita murahan itu. Lalu melangkah menuju ke arahnya.“Berani kau mengusirku dari rumah ini?!” tanyaku dengan gemerutuk gigi menahan emosi yang sudah mencapai ubun-ubun.“Ya! Ini rumahku dan aku berhak mengusirmu!” jawab Neva dengan angkuh.Aku menaikkan sudut bibirku. “Rumahmu?! Dengan bangga Kau menyebut rumah yang sudah di beli dengan uang hasil merampok adalah milikmu?! Dasar keluarga parasi
“Kau tidak mungkin melakukan itu!”“Aku berani melakukannya! Bahkan detik ini pun kalian semua sudah kehilangan apa yang kalian miliki! Semua surat tanah dan juga mobil sudah ada padaku. Dan kalian akan segera terusir dari rumah kalian!”“Kau takkan mungkin berani melakukan itu. Dan sebelum itu terjadi aku akan menghancurkan hidupmu! Kau pasti akan menyesal wanita jalang!”Dadaku meradang kala ibu mertua yang selama ini aku hormati memanggilku dengan sebutan yang sangat menyakitkan. Aku sungguh-sungguh tidak terima. Gigi gemerutuk menahan amarah. Tanganku mengepal dengan kuat. Dan Plaak. Aku menampar wanita paruh baya itu dengan punggung tanganku hingga membuatnya terjungkal.“Aw!” Terdengar pekikan dari mulutnya. Suasana semakin kacau. Bahkan para tamu undangan ada yang membubarkan diri. Aku tak peduli. Ada atau tidak ada orang di sini itu bukan urusanku.“Putri!” Radit meng
“Dengar putri! Kau bukan saja sudah mengacaukan acara pernikahanku, tapi kau juga sudah menginjak-injak harga diriku!”“”Lalu apa yang salah?! Aku melakukannya karena kau yang memulainya! kalau kau tak melakukan kebodohan dan menghianatiku, aku juga takkan berbuat seperti ini! bagiku kau sangat menjijikkan!”“Tutup mulutmu atau aku ....”“Aku apa?! Kau akan menjatuhkan talak padaku?! Silakan! Dengan senang hati aku menerimanya! Aku tak butuh pria yang penuh kotoran sepertimu! Sangat menjijikkan!”“Kurangajar sekali kamu!”Radit sudah mengangkat tangannya tinggi dan siap mengayun ke arahku. Untung saja orang suruhanku menghentikannya dengan mencengkeram lengan Radit. Dan yang lainnya membentuk formasi melingkar untuk melindungiku.Aku sangat puas dengan kerja mereka. Tanpa harus dengan kekerasan mereka sudah sigap menjagaku.“Berani kau menyentuh Putr
“Bukti apa?! Sebaliknya Aku yang bisa melaporkanmu karena kau dan keluargamu berniat melenyapkan aku! Aku punya videonya. Dan itu bisa menjadi satu bukti. Sangat mudah bagiku memasukkan kalian ke dalam penjara! Tapi itu belum waktunya. Terlalu mudah untuk kalian. Akulah yang akan menghukum kalian dengan caraku!”“Bukti apa?!”“Tunggu sebentar!”Aku mengambil ponsel dan memperlihatkan video percakapan Radit bersama ibu dan juga Nena. Wajah Radit berubah masam lalu membanting ponselku hingga hancur berkeping-keping. Sial dia beusaha menghilangkan barang bukti. Untung saja aku sudah tersimpan di laptop.“Kau tak bisa mengancamku! Akulah yang akan melaporkanmu yang sudah mencuri surat-surat tanah milikku!”“Ayo silakan! Laporkan saja! Dengan senang hati aku akan menunggunya! Dan yang lebih penting bayar dulu tagihannya kalau tidak ....”“Kalau tidak apa?! aku sudah k
POV RADITYADengan penuh kekesalan dan menanggung malu yang luar biasa, aku berlari dan masuk ke dalam kamar untuk menumpahkan kekesalanku. Bahkan tak peduli dengan ibu yang masih menangis dan berteriak-teriak seperti orang kesetanan.“Haacch ...” Aku berteriak sembari meremas rambut dengan kesal serta membuang barang-barang yang ada di sekitar.“Hentikan, Mas!” Neva berusaha menghentikan dengan memelukku. Aku terus berontak dan berteriak hingga mengundang orang-orang datang ke kamarku.“Diamlah, Radit!” teriak ayah Neva.“Tenang, Nak. Jangan berbuat sesuatu yang bisa merugikanmu.” Entah siapa lagi yang berusaha menenangkan. Namun apa yang mereka lakukan justru membuatku makin naik pitam.Melepaskan tubuhku dari Neva dan menatap tajam ke arah orang-orang yang berusaha menasehatiku.“Kalian menyuruhku untuk tenang dan diam?! Bagaimana caranya aku bisa tenang?! Ka
“Bang, aku siap menikah dengan Neva sekarang. Apa penghulu masih menunggu di depan?”“Tidak. Mereka sudah pergi.”“Kok bisa sih. Kenapa mereka tidak menunggu? Gak profesional banget sih!” Neva cemberut dan terlihat kesal.“Penghulu manapun takkan mau menikahkan sepasang pengantin yang memalsukan surat-surat tentang statusnya. Tapi jangan khawatir, kalian tetap bisa menikah. Tapi di bawah tangan.”“Nikah siri maksudnya?”“Iya, dek. Hanya itu jalan satu-satunya. Itupun kalau kau mau, Abang akan cari orang yang mau menikahkan kalian!”“Aku setuju, bang. Tak ada jalan lain. Penghulu tak mungkin mau menikahkan kami. Apalagi setelah tahu aku memalsukan dokumen tentang statusku.”“Itu betul sekali. Ayo, kita ke sana sekarang!”“Baik. Tapi aku ingin lihat keadaan ibu dan juga Nena.”“Mereka sedang di ta