Home / Fantasi / MOIROE / CHAPTER 01 : TRANSMIGRATION

Share

CHAPTER 01 : TRANSMIGRATION

Author: Zhi
last update Last Updated: 2020-08-30 12:43:00

Bagaimana bisa rasanya begitu dingin?

Apakah dia mungkin saja tidak sengaja menendang jatuh selimutnya saat ia sedang bermimpi? Tapi dia mengingat dengan baik bahwa dirinya adalah orang yang tenang bahkan saat dia tidur, dan juga dia tidak pernah menemukan selimutnya menghilang dari tubuhnya setiap kali dia bangun di pagi hari. Jadi rasa dingin ini benar-benar membuatnya merasa tidak nyaman. 

Dan lagi, kenapa telapak tangannya terasa agak perih?

Akhirnya dia memaksa matanya yang terasa sangat berat untuk terbuka. 

Setelah bekerja seharian penuh, dengan segala rutinitas biasa yang kadang terasa semakin membosankan, untuk terbangun karena kedinginan dan rasa perih seperti ini ... rasanya tidak pada tempatnya. 

Ketika matanya masih setengah terbuka, dia mengangkat telapak tangannya dengan asal untuk memeriksa mengapa telapak tangannya bisa terasa perih saat dia sedang tertidur, tidak mungkin kalau dia bermimpi dan tidak sengaja mengigit tangannya sendiri kan?

Menatap tangannya, dia melihat beberapa goresan yang mulai berdarah dan saat dia mencari ke sekitar tubuhnya, dia menemukan goresan itu tampaknya disebabkan oleh rerumputan yang sedikit lancip dan berduri yang berada di sekitarnya itu, jadi dia tidak sengaja terluka karenanya. Begitu saja, dia tidak peduli dan ingin melanjutkan tidurnya lagi. 

Tunggu!

Dia bergegas bangun dalam posisi duduk dan membuka matanya lebar-lebar. 

"Bagaimana bisa ...."

Bagaimana bisa ada rerumputan di sekitarnya? Ah, lebih tepatnya bagaimana dia bisa berada di atas rerumputan seperti ini? 

Dia jelas mengingat dengan amat sangat baik bahwa setelah selesai berkutat dengan pekerjaan sampai seharian penuh yang melelahkan, dia langsung pulang menuju rumahnya dan segera membersihkan diri, makan, lalu tentu saja jatuh tertidur saking lelahnya. 

Jadi bagaimana dia bisa terdampar di rerumputan ini? Apakah dia tanpa sadar tidur sambil berjalan? Tapi selama sembilan belas tahun dia hidup, jelas dia tidak pernah tidur sambil berjalan atau sleepwalking, jadi bagaimana dia bisa tiba-tiba seperti ini?

"Jelas aku tidak pernah mempunyai penyakit jenis ini. Rasanya terasa aneh."

Ketika dia mengangkat kepalanya untuk melihat ke sekitar, dia baru menyadari bahwa di sekelilingnya sebenarnya adalah pepohonan yang sangat besar dengan akar besar yang mencuat di atas tanah. Dia jelas berada di sebuah hutan.

Baiklah, sepertinya dia memang tidur sambil berjalan. 

Tapi, Tunggu! Sejauh mana dia tidur sambil berjalan? Seingatnya tidak ada hutan di kotanya. Mungkin ada pepohonan, tapi jelas sekali tidak ada hutan. Dia yakin sekali. 

Dia mencoba untuk bangkit dan menemukan bahwa kakinya yang tampak kotor seperti terkena lumpur, sebenarnya itu berdarah. Astaga, apa yang sudah dia lalui untuk sampai kemari hingga membuat tangan dan kakinya terluka seperti ini. Penyakit tidur sambil berjalan ini sudah sangat keterlaluan bahkan sampai dia tidak menyadari apapun. 

"Rasanya sedikit sakit, bagaimana bisa aku tidak menyadari apapun dan justru sampai kemari. Apa mungkin aku hanya bermimpi? Tapi bahkan luka ini terasa sakit, jelas sekali ini nyata." Gerutunya.

Disaat ia berniat untuk memeriksa kakinya, dia menemukan bahwa dia sebenarnya menggunakan gaun panjang mencapai betis yang berwarna putih namun terlihat sudah sangat kusam sehingga sedikit kecoklatan, dan mungkin juga sudah terlalu sering dipakai hingga rasanya itu bisa sobek kapan saja. 

"Apa yang terjadi disini, bagaimana mungkin aku ...."

Baiklah, dia tidak lupa bahwa dia pergi tidur dengan pakaiannya yang biasa tadinya, bagaimana itu bisa berubah menjadi gaun seperti ini? Dan gaun macam apa ini? Apakah di era modern ini masih ada yang berpakaian seperti ini? Dia rasa tidak. Ini semua pasti omong kosong. Dia tidak menemukan jawaban apapun untuk semua pertanyaan yang rasanya membuat dia semakin pusing.

Atau jangan-jangan ... ah, itu mustahil.

Mana mungkin ada yang berpindah tubuh seperti itu? Meskipun dia banyak membaca kisah fantasy dan juga supranatural, dia masih berpikir bahwa semua itu tidak mungkin menjadi kenyataan.

"Apakah aku berhalusinasi? Karena aku terlalu banyak berimajinasi. Jangan bilang ini adalah dunia lain? Atau mungkinkah aku memasuki portal ke dunia seperti ini? Baiklah sudah cukup, aku mulai kelewatan lagi, itu jelas tidak mungkin. Tapi ...." Dia mulai berpikir lagi. 

Dia memeriksa rambutnya, masih berwarna hitam dan panjangnya juga masih mencapai pinggang. Jadi sudah pasti ini tubuhnya. Tapi untuk sesaat dia ragu, sebaiknya dia mulai berjalan dan menemukan seseorang atau sebuah tempat dimana dia bisa meminjam cermin untuk memastikan wajahnya masih miliknya dan yakin bahwa dia tidak berada di tubuh orang lain, seperti cerita fantasy kebanyakan. 

Ketika dia mengangkat pandangan untuk melihat beberapa semburat cahaya yang menyusup melewati celah pepohonan, dia menyadari sekarang waktunya menjelang pagi, dan sebentar lagi hutan di sekelilingnya akan sedikit cerah dan terang sehingga dia bisa berjalan setapak untuk menemukan bantuan. Walaupun dia akui, dia tidak mengenal tempat ini sama sekali. 

"Tidak peduli, cari jalan yang mungkin saja terlihat pernah dilalui manusia."

Dia mulai berusaha untuk berdiri tegak, dan menemukan bahwa kaki kanannya terasa lebih menyakitkan saat dia akan berjalan, sepertinya kaki sebelah kanannya lebih parah. Dia melihat sekitarnya, dan tidak menemukan sepatu atau alas kaki di sekitarnya. Dia berlari ke hutan ini sambil telanjang kaki? Kemudian dia menepuk dahinya, bagaimana mungkin dia bisa ingat untuk memakai sepatu saat dia sadar mungkin saja dia kemari sambil tidur. 

Dia mulai berjalan dengan pelan karena harus sedikit menyeret kaki kanannya yang tidak bisa dipakai untuk tumpuan saat berjalan, dia tidak punya pilihan lain. Pertama-tama dia harus menemukan jalan keluar dari hutan ini, baru setelah itu dia bisa mengobati tubuhnya dan mencari cara untuk kembali ke rumahhnya. Dengan itu dia semakin bersemangat saat berjalan. 

~~~

Selesai sudah, sepertinya dia tersesat. 

Dia hanya terus berjalan tanpa menemukan jejak manusia sama sekali, dan justru merasa bahwa  sepertinya dirinya mulai memasuki hutan bagian dalam. Hal itu bisa dilihat dari semakin sunyi dan dinginnya udara disekitarnya, dan lagi cahaya matahari semakin lama semakin menghilang. 

"Apakah aku kembali saja ke arah yang tadi? Tapi jelas tidak ada jalan sama sekali disana. Tapi, jika aku melanjutkan ke arah sini, rasanya seperti tidak seharusnya aku kemari."

Apa yang harus dia lakukan? 

Kakinya terasa semakin menyakitkan dan dia juga mulai merasa lelah. Tapi dia benar-benar tersesat dan tidak tahu harus mengambil langkah apa atau kemana. Setelah beberapa pertimbangan dia memutuskan untuk kembali ke arah sebelumnya, dia tidak bisa mengambil resiko dan memasuki hutan yang lebih gelap, dia hanya takut sebelum  menemukan jalan dirinya sudah terlebih dahulu menjadi santapan hewan buas di dalam sana. Dia akhirnya berbalik dan mulai berjalan kembali.

"Tunggu, siapa kau?!"

Langkahnya terhenti. Apakah baru saja dia benar-benar mendengar suara manusia? Bagaimanapun dia ragu itu nyata, bagaimana jika itu hanya ilusi karena keinginannya untuk segera menemukan manusia yang lain selain dirinya. Tapi, bagaimana jika itu nyata? Setidaknya dia harus memastikannya. 

Dia membalikan badan dengan perlahan. 

Apa yang berada di hadapannya benar-benar diluar harapan maupun dugaannya, entah dia harus bahagia atau terkejut dan juga sedikit merasa takut. Dihadapannya adalah ... bagaimana dia harus menyebutnya, manusia yang bukan merupakan manusia? 

Sebab, sulit untuk dijelaskan bahwa di hadapannya sekarang adalah, seorang pria berumur sekitar dua puluh tahun dengan postur wajah kaku dan rambut hitam yang berombak sepanjang bahu, dan dari bahu hingga perutnya bisa terlihat dia memiliki bentuk tubuh yang cukup kekar hingga tidak bisa disembunyikan oleh pakaian tanpa lengan dari kulit berwarna kecoklatan dengan garis-garis hitam di tepiannya. 

Ini jelas contoh dari tubuh pria yang paling diidam-idamkan oleh para wanita. 

Namun, masalah utamanya bukan berada disitu. Dia menemukan bahwa tubuh pria ini ... dari batas pinggang menuju ke bawah adalah tubuh seekor kuda. Benar! Seekor kuda berwarna coklat tua yang nampak gagah perkasa, sangat mencerminkan bentuk tubuh manusia diatasnya. Sebagai pengemar fantasy jelas dia ingat makhluk apa sebenarnya pria ini, dia adalah ....

"Centaur ...?!"

Pria Centaur ini mengerutkan kening melihat gadis di hadapannya. 

"Ternyata, seorang manusia? Kau hampir memasuki Magnesia atau wilayah inti Ras Centaur yang tidak boleh dimasuki oleh sembarang manusia. Dari nada penuh pertanyaanmu saat melihatku, jelas kau tidak tahu itu."

Irisha hampir saja memukul kepalanya untuk memastikan bahwa dia tidak sedang bermimpi, bagaimana mungkin Centaur ini benar-benar ada di hadapannya sekarang? Dan juga berbicara kepadanya. Apakah dia benar-benar masuk ke portal dunia lain? 

"Seorang Centaur ... kau nyata?"

Pria Centaur ini semakin mengerutkan keningnya. Gadis ini benar-benar aneh, apakah dia begitu bodoh atau apa? Jelas dia ini Centaur dan ini wilayah Centaur apakah masih ada yang perlu dipertanyakan?

"Kamu pikir aku ilusi? Kau berada di wilayah Centaur, memangnya apa yang akan kau temui jika bukan Centaur? Atau ... benar! Kau pasti manusia dari Bangsa Midgard, tidak heran."

"Bangsa ... Midgard?" Apakah ini sebutan untuk bangsa manusia?

"Kau bahkan tidak tahu bangsa Midgard? Disana adalah tempat semua manusia yang hampir mayoritas tidak mempercayai keberadaan makhluk-mahkluk seperti kami tinggal. Kau bukan berasal dari sana?"

Pria Centaur ini benar-benar heran dengan gadis yang berada di hadapannya. Dia heran melihat Centaur, tapi dia sepertinya bukan berasal dari bangsa Midgard. Lantas, darimana dia berasal?

"Apa mungkin ... kau justru tinggal disini?"

Irisha mengangkat kepalanya, bagaimana mungkin dia tinggal disini. Jelas-jelas dia mengatakan bahwa ini wilayah bangsa Centaur. Atau ....

"Disini, yang kau maksud ...?"

"Ah maksudku apakah kau tinggal di Bangsa Vanaheimr ini? Karena disini adalah satu-satunya tempat semua ras berkumpul dan tinggal bersama juga termasuk manusia. Hanya saja, masing-masing dari setiap Ras memiliki wilayah inti yang tidak boleh disentuh oleh makhluk lain di Vanaheimr ini, termasuk wilayah yang hampir kau masuki tadi."

Irisha merasa semua kenyataan ini masih sulit diterima, bagaimana bisa Centaur yang jelas-jelas adalah makhluk yang selama ini hanya dia ketahui berasal dari mitologi Yunani dan dia lihat di film Fiksi bisa muncul dan berdiri gagah di hadapannya, apa dia sudah gila dan mulai mengidap Skizofrenia? Dan lagi Magnesia? Midgard? Vanaheimr? Semua istilah itu ... dia tidak merasa mampu untuk memahaminya sama sekali. 

Namun, Irisha merasa bahwa dia memang berkewajiban untuk meminta maaf atas tindakannya yang hampir menerobos wilayah yang bahkan tidak dia kenal. 

"Begitukah? Maafkan aku. Sebenarnya kurasa aku mengalami amnesia." Irisha rasa akan lebih baik jika dia berpura-pura bodoh untuk saat ini, karena dia menyadari bahwa ini bukan dunianya. Bahkan jika dia menjelaskannya dia yakin mereka tidak akan mengerti. 

"Apa itu Amnesia?" Pria Centaur ini bertanya dengan wajah penuh tanda tanya.

Irisha menepuk mulutnya sendiri, ini adalah dunia yang berbeda. Jelas sekali mereka akan merasa asing dengan istilah Amnesia. 

"Ah! Maksudku sepertinya aku kehilangan ingatanku."

"Apakah kamu terjatuh dan membenturkan kepalamu?"

"Aku sendiri tidak tahu."

"Aku bisa membantumu ke Arkadia dan mungkin saja kau bisa menemukan keluargamu disana. Tidak baik jika kau terus disini, Centaur lain mungkin akan berpikir kau berniat untuk menyusup ke Magnesia dan kau tidak akan diampuni."

"Keluargaku ...?" Benar saja, dia terbangun dalam keadaan sudah memakai gaun dari dunia ini, dan terluka tanpa alasan yang jelas. Sekarang, mungkinkah dia menempati tubuh seseorang di dunia ini dan memiliki keluarga? 

"Baiklah dimana itu Arkadia? Bisakah aku meminjam bantuanmu untuk mengantarku ke sana?" Lebih baik mencari tahu daripada berakhir di tempat ini. 

"Arkadia seperti inti bangsa Vanaheimr. Letaknya agak jauh diutara, jadi mungkin butuh hampir satu hari dari perhitungan kami para Centaur, tapi untukmu ... apalagi dengan keadaan kakimu, aku tidak tahu berapa banyak hari akan berlalu."

Irisha menatap kakinya, dia melupakan fakta bahwa kakinya terluka. Tadinya dia sudah merasa yakin meskipun perlu berjalan hingga beberapa hari dia tetap harus mencapai Arkadia untuk mencari tahu. Tapi melihat keadaannya sekarang, mungkin butuh hampir satu minggu untuk sampai ke Arkadia, dan dia kembali merasa lesu.

"Apakah kalian tidak memiliki sesuatu untuk membantu lukaku cepat pulih?" Dia menatap Centaur itu. 

Centaur itu mengelengkan kepala, "ini hanyalah wilayah perbatasan luar Magnesia, jadi kami jarang menemukan ramuan atau semacamnya. Jika ada salah satu dari kami yang terluka kami akan mengirimnya ke wilayah inti untuk menerima penyembuhan di sana."

Irisha menunduk, dia kehabisan ide sama sekali. Tidak mungkin untuk masuk ke Magnesia jadi jelas dia tidak bisa menyembuhkan lukanya. Menunggu lukanya sembuh? Itu akan memakan waktu yang sangat hingga membuat Centaur lain curiga, dan dia tidak mau berakhir disini. Menunggu keluarganya mencarinya? Di bahkan tidak tau apakah dia memang memasuki tubuh orang lain atau tidak, jika tidak, maka dia tidak punya keluarga dan itu berarti menunggu adalah hal sia-sia.

Centaur itu menatap gadis yang menunduk di hadapannya kemudian ke arah kakinya yang telanjang tanpa alas kaki, kakinya yang mungil dan pucat yang sudah berdarah. Dia baru manyadari bahwa gadis ini memang memiliki kulit putih pucat yang mencolok karena bajunya yang kusam, dan juga badan ramping yang rapuh. Tetapi dia memiliki tatapan mata dan ekspresi yang penuh keyakinan dan kepolosan yang tidak mengandung kebohongan sama sekali. 

Dia menghela nafas.

"Emm, jika kau mau, kau bisa menaiki aku?"

Irisha mengangkat kepalanya, wajahnya sedikit memerah. Dia adalah gadis yang berumur sembilan belas menuju dua puluh tahun. Dia merasa istilah 'menaiki' disini terdengar sedikit ambigu di teliganya. Astaga, dia harus mengurangi membaca bacaan yang mengandung konten seperti 'itu' jika di masih bisa kembali ke dunianya. 

"Apakah tidak apa-apa? Aku merasa terlalu merepotkanmu, kau sudah berbaik hati membantuku ke Arkadia, kurasa tidak pantas aku masih harus meminta tenagamu." 

"Seharusnya tidak masalah, kau bisa naik sekarang hingga kau juga bisa cepat bertemu keluargamu." Centaur itu mengulurkan tangannya. 

Irisha berpikir sebentar, sebelum menyambut uluran tangan itu dan dia diangkat ke tubuh Centaur itu. 

Dengan itu, mereka resmi memulai perjalanan menuju Arkadia. 

✓✓✓

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
ninggalin jejak karena sepertinya oke!!!
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • MOIROE   EPILOG

    Hingga ratusan tahun kemudian, Moiroe masih akan menjadi Dewi yang paling dipuja. Meskipun mereka tidak menghendakinya, namun baik dewa ataupun manusia menghargai mereka begitu banyak. Kisah Sang dewi penengah yang menghilang selama tujuh ratus tahun untuk menghentikan musuhnya pun menjadi kisah yang diceritakan turun temurun dalam berbagai ras. Bangsa Centaur menjadi yang paling menghormati keberadaan sang dewi, sebab salah satu pemimpin mereka yang paling berani, dikenal sebagai Xantha Archer, menjadi yang pertama memegang teguh keyakinannya terhadap sang dewi, kemudian keyakinan ini akan berlangsung hingga generasi setelah dirinya. Niflheim masih terasa sangat dingin dan mencekam, tetapi setelah peristiwa penaklukan, sungai beracun yang ada di dalamnya tidak pernah lagi bergejolak, meninggalkan Ygdrassil dalam kedamaian. Perlahan, bangsa Dark Elf juga tidak lagi memangsa atau menghancurkan ras lain, meskipun keberadaan mereka masih mengalami penolakan oleh beberapa pihak. Kini

  • MOIROE   CHAPTER 68 : AKHIR KISAH

    Ada suara kepakan burung di atas rumah, beberapa dari mereka nampaknya memutuskan untuk hinggap di jendela ataupun pagar rumah. Dari kejauhan terdengar gelak tawa anak-anak yang bermain dan berlarian di sepanjang jalan. Suara ketukan dari kuda yang berlarian dengan santai di Padang rumput juga ikut meramaikan suasana. Kupu-kupu berbagai warna sibuk terbang dan hinggap di antara puluhan bunga yang mekar dengan begitu indah. Salah satu kupu-kupu dengan sayap berwarna biru murni, dan garis-garis keperakan di sepanjang tepian sayapnya terbang sejenak menuju di puncak bunga berwarna putih bersih sebab tergoda oleh baunya yang begitu harum. Nampaknya itu tidak peduli bahwa bunga yang ia tempati tampaknya tengah berada pada tangan seseorang. "Isaura, setelah melewatkan tujuh ratus tahun perpisahan, aku masih tidak menyesal memiliki hatiku untukmu. Sudah begitu lama dan aku belum memiliki kesempatan untuk memberikannya, jadi, Isaura ... Sang dewi yang begitu ku cintai, maukah kau menerima h

  • MOIROE   CHAPTER 67 : VILAEVILS

    Sejak kapan tepatnya ia mulai merasa iri terhadap saudaranya? Jika itu sejak kecil, ia sendiri tidak yakin. Sebab, sepanjang ingatannya, mereka berdua bergaul dengan sangat baik, karena hidup mereka bergantung kepada satu sama lain. "Saudaraku, suatu hari nanti kita akan tinggal di rumah yang hangat, dengan banyak bunga berbagai warna dan juga pepohonan, sehingga kita hanya akan merasakan angin yang segar bergulir, bukan dingin yang begitu mengigit seperti saat ini." Ia mengatakannya dengan penuh keyakinan saat itu, seakan-akan segala yang ia ucapkan sudah pasti. Saudaranya tidak banyak berbicara, tetapi masih mengiyakan. "Um, mari melakukannya." Sahut saudaranya saat itu. Meskipun tidak banyak berbicara, tetapi ia bisa melihat keyakinan yang sama ada di mata saudaranya. Mereka sama-sama ingin mewujudkannya. Mereka selalu tidur bersama, sebab Niflheim bukanlah tempat yang ramah, dan segala sesuatu dapat terjadi yang mungkin bisa memisahkan mereka berdua. Niflheim sangat keras. O

  • MOIROE   CHAPTER 66 : PENAKLUKAN

    "Jadi, inikah yang kau katakan dengan tidak akan ragu-ragu lagi?" Isaura menatap pemandangan dihadapannya, mereka di kelilingi dengan salju yang terhampar di sepanjang mata memandang, udara dingin yang mengigit segera menyelimuti mereka. Tempat ini adalah Niflheim dimana Vidar dan juga Vilaevils pernah tinggal di sini. Tentu saja, Isaura segera berbalik ke arah Forseti, dengan raut penuh tanda tanya. Evander melangkah maju, dengan kewaspadaan di wajahnya, ia berdiri di depan Isaura, "mengapa kau membawa kami kesini?" Forseti menyadari kecurigaan pihak lain, bahkan ia juga melihat bahwa Nouna dan Morta yang mengikuti mereka juga menguarkan udara berbahaya di sekitar mereka. Ia segera angkat bicara, "tunggu dulu, biarkan aku menjelaskannya." Morta membalas ucapannya, "jangan bertele-tele, Forseti." Forseti segera melangkah sejauh sepuluh langkah di hadapan ketiganya, setelah memastikan bahwa jarak di antara mereka baik-baik saja, Forseti mulai berbicara, "alasan mengapa aku membaw

  • MOIROE   CHAPTER 65 : KEJUJURAN FORSETI

    "Lakhesis, beraninya kau baru kembali saat ini!" Teriakan ini bergema bersamaan dengan satu sosok yang melesat dan menabrak Isaura, pelukan erat segera dirasakan olehnya saat itu. Membalas pelukan sosok di hadapannya, Isaura tertawa kecil sebelum kemudian berbicara, "Nouna, bagaimana kabarmu bisa memarahiku seperti ini?" Satu sosok lain yang baru saja muncul menyela keduanya, "meninggalkan kami selama tujuh ratus tahun tanpa ucapan selamat tinggal sama sekali, menurutmu apakah kami akan menyambutmu dengan perayaan?" Isaura melirik ke arah sosok yang baru saja berbicara, Isaura merentangkan satu tangannya dan memberikan isyarat mata kepada pihak lain untuk datang padanya. Sosok itu berjalan dengan teguh, tetapi pada akhirnya ia masih bergabung dalam pelukan itu. Dan mereka bertiga segera jatuh dalam keheningan guna melepaskan rindu yang telah menunggu selama tujuh ratus tahun. Sosok terakhir, Morta, dewi yang menentukan kematian mengusap puncak kepala Isaura setelah melepaskan pe

  • MOIROE   CHAPTER 64 : BANGKITKAN SAUDARINYA

    "Jadi kau bermaksud mengatakan, bahwa aku harus membangunkan saudariku sebelum aku memutuskan untuk menyelesaikan masalahku dengan Vilaevils?" Isaura bertanya, sembari meletakkan cangkir teh pada masing-masing dari mereka. "Kukira keduanya hanya mengasingkan diri dan bukannya tidur abadi." "Tadinya aku juga berpikir demikian," Sang Odin mengambil cangkir teh bagiannya ketika berbicara. "Setidaknya sampai mereka juga ikut menutup sumur Urd bersamanya." Keheningan jatuh untuk beberapa saat. Sampai Isaura bergumam kepada dirinya sendiri, "aku tidak menduga hal itu sama sekali." Sang Odin menanggapi dengan anggukan, "jadi itulah mengapa, sepertinya hanya kau yang bisa membuat mereka memiliki keinginan untuk bangun lagi. Sumur Urd juga sudah mencapai waktunya untuk dibuka kembali." "Um, kurasa juga begitu." Sahut Isaura. "Setelah ini, sepertinya aku harus kembali ke Asgard dan menemukan mereka." Sang Odin segera setuju, "kembalilah bersama denganku nanti." "Haruskah kau segera kembal

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status