"Tuan muda akhirnya kami menemukan anda."
Kedua centaur yang menjadi utusan dari wilayah magnesia mengambil bentuk mereka sebagai seorang manusia dan memberikan hormat kepada Archer yang termenung, bahkan Lucien memang ke arahnya dengan penuh tanda tanya, mengapa keduanya menyebutnya sebagai tuan muda, dan mengapa archer tidak mengatakan apapun sebelumnya, Lucien mengambarkan semua itu dalam pandangan matanya.
"Bagaimana kalian mengetahui aku berada di sini?" tanya Archer setelah tersadar.
Keduanya menatap satu sama lain, kemudian salah satunya membuka mulutnya, "kedua pengawal yang mendampingi anda telah berhasil kembali ke dalam inti Magnesia, tetapi dalam keadaan terluka parah, tuan dan nyonya begitu ketakutan dan berusaha untuk menemukan anda. Kami membutuhkan waktu untuk menelusuri hal tersebut dan petunjuk dari kedua pengawal untuk dapat sampai kemari."
Terima kasih telah menunggu, maafkan moodku yang membuat kalian harus nunggu lama (╥﹏╥) Jangan lupa tinggalkan jejak. By the way, tokoh siapa nih yang paling kalian minati dari cerita ini? Dan alesannya jangan lupa yaa. Thank you.
"Apakah kau benar-benar melihatku sebagai matemu, Garen?" Semua orang menatap ke arah Garen yang tengah merengkuh Habsa di pelukannya, menunggu konfirmasi tentang semua yang telah dikatakan Habsa. Untuk sesaat, bahkan Isaura mengesampingkan Neo yang tengah terluka, untuk menggali apakah itu yang telah menjadi penyebab Garen membenci tubuh ini begitu lama? Ataukah itu hanyalah salah satu tipu daya yang dikenakan oleh Sada, yang menggunakan tubuhnya. Dihadapan semua orang, Garen menggeleng. "Tidak. Mate ku adalah Habsa, dan itu sudah kenyataan mutlak." "Kau berbohong!" Teriakan datang dari Habsa yang memukul dadanya dan melepaskan diri dari pelukan Garen masih dengan air mata di wajahnya. "Aku mengetahuinya, Garen. Aku jelas mendengarkannya
Daun-daun kering yang semula bergantung pada pepohonan rindang di sekitar mereka tiba-tiba berguguran dan menghasilkan pemandangan yang indah, jika saja mereka semua dapat mengabaikan suasana yang agak salah di antara mereka. Itu mungkin saja disebabkan oleh angin yang berhembus terlalu keras, jika saja Evander tidak merasakan sorot mata Isaura yang tampaknya sedikit salah. Ia bergerak untuk mengangkat wajahnya dan mengamati puncak pepohonan, perlahan mereka mulai bergetar, bahkan ia dapat merasakan akar-akar yang mulai menggeliat dan berjuang untuk merayap di bawah sana. Ketika akar-akar itu mulai menembus permukaan tanah, akhirnya ia menyadari bahwa pemandangan ini tampaknya salah. Evander bergerak, merengkuh kedua bahu Isaura, "hei, apa yang kau lakukan? Mereka semua terbangun." Sebelumnya, seorang Isaura akan selalu mendengarkan ap
Isaura duduk di seberang tempat tidur dimana Neo berbaring dengan mata yang masih terpejam rapat, juga wajah pucat yang begitu mencolok. Ia merasa sangat rumit, beberapa saat yang lalu, dirinya yang terbaring karena luka, dan Neo menjaganya. Hanya beberapa saat waktu yang berlalu, dan keadaan berbalik begitu saja. Sebenarnya, ia juga khawatir, bagaimana jika Neo tidak bisa mengalahkan aura kegelapan dari dark elf yang berada di dalam tubuhnya? Bagaimana jika Neo bukan lagi Neo yang ia kenal? Bagaimana ... Puk! Tangan yang menepuk bahunya dengan lembut membawanya keluar dari lamunannya yang terlalu jauh. Ia segera menatap Evander yang berada di belakangnya, dan tersenyum lembut untuk menunjukkan bahwa ia baik-baik saja. "Dia orang yang kuat." Ucap Evander. "Hm, kau benar." Sahutnya. Lucien yang berada di sudut ru
"Vilaevils! Aku meminta kepadamu untuk keluar sekarang secara baik-baik. Kita harus menyelesaikan semuanya saat ini juga!" Isaura, bersama dengan Archer dan juga Evander, meninggalkan Lucien untuk menjaga Neo yang masih belum sadar dari koma. Mereka berkumpul di atas tebing bersebelahan dengan air terjun, dimana dirinya telah mendapatkan kembali ingatannya setelah bertemu dengan Grimnir. Vilaevils ingin dia mati di tebing ini, menggunakan suara di dalam pikirannya untuk membujuknya segera melompat. Maka dari itulah, ia yakin bahwa Vilaevils tentu dapat mendengarkan panggilannya saat ini.Archer yang berada di belakang bersama dengan Evander hanya menunggu dalam keheningan, kepribadian seorang Evander tidak memungkinkan baginya untuk berbincang dengan akrab, dan lagi sepertinya pihak lain juga tidak ingin memulai pembicaraan sama sekali. Tepat ketika ia masih berdebat dengan pemikirannya sendiri, pria di sebelahnya beranjak maju dan menghampiri Isau
"Um, jadi bisakah aku bertanya sekarang?" Mereka bertiga tertegun untuk sementara waktu setelah kepergian Vilaevils yang meninggalkan banyak tanda tanya. Tidak ada pilihan untuk mereka, Vilaevils mungkin kembali ke Niflheim atau memiliki persembunyian yang tidak dapat mereka ikuti. Setelah barang sementara waktu, ketika tidak ada satupun dari mereka yang ingin memecahkan keheningan, Archer yang pada mulanya tidak mengatakan apapun sebelumnya, menjadi yang pertama berbicara. Isaura mengangkat wajahnya dengan raut penuh tanda tanya. Menunggu pihak lain untuk berbicara. Lantas Archer mengusap tengkuknya sejenak, "mengapa dia menyebutmu dengan ... Lakhesis? Tujuh abad yang lalu, apa yang telah terjadi saat itu?" "Kau tidak mahir membaca suasana?" sahut Evander tanpa raut apapun di wajahnya. Pada waktu dimana mereka baru saja bertukar selisih dengan musuh seperti itu, dan orang ini justru bertanya dengan begitu langsung tentu saja ti
"Begitu menarik." Vilaevils merebahkan dirinya di atas takhta dengan senyum samar yang terulas di bibirnya. Bahkan semua anak buahnya yang menunggu di bawah panggung takhtanya tidak bisa meragukan lagi bahwa sang tuan sedang berada dalam suasana hati yang baik. Beberapa dari mereka yang memiliki keberanian diam-diam mengambil barang sekali dua kali lirikan kepada sang tuan, sedangkan yang lain hanya menunduk atau sesekali bertukar dengan yang lain, seakan-akan memastikan apakah mereka melihat hal yang serupa. Vilaevils masih bergumam di atas sana, "Lakhesis, bahkan setelah tujuh ratus tahun, kau masih tidak juga berubah. Tidak mengejutkan bahwa saudaraku bahkan jatuh begitu dalam karena dirimu, ck, ck." Salah seorang anak buahnya dengan tubuh manusia tetapi berkepala kerbau, seekor minotaur, memberanikan diri untuk berbicara kepadanya. "Tuanku, adakah kabar gembira yang layak untuk dirayakan? Karena tampaknya Tuanku sedang berada dalam suasana hat
Ketika mereka telah berada di dekat rumah, Archer tiba-tiba mengatakan bahwa dia memiliki sesuatu untuk dikatakan kepada Isaura. Dia menatap Evander dengan sedikit kegugupan, berharap bahwa pihak lain akan mengerti dan menjauh dari mereka untuk beberapa saat. Isaura juga melemparkan petunjuk kepada Evander dan memintanya untuk menunggu.Sehingga Evander, yang tidak tahu bagaimana harus menolaknya, hanya bisa mengatakan bahwa dia akan masuk terlebih dahulu dan meminta mereka untuk tidak terlalu lama berada di luar. Keduanya mengangguk dengan raut berterimakasih. Setelah mereka berdua berada di dekat taman bunga, dan duduk di kursi yang berada di tepian taman, ia melihat ke arah Archer dengan tanda tanya di wajahnya. "Jadi, apa yang ingin kau katakan padaku, Archer?" Centaur di depannya itu telah kembali ke bentuk manusia dengan kedua kakinya, dan memiliki telingan yang memerah begitu parah, memberinya ilusi bahwa itu aka
"Neo! Apa yang kau lakukan?!" Teriakan yang mengejutkan datang dari kediaman dimana Aryua seharusnya tengah membantu Neo dalam pemulihannya. Membuat semua orang segera panik dan bergegas untuk beranjak ke sana. Begitu pula dengan Archer dan Isaura, keheningan mereka segera terlupakan dengan kegugupan untuk menemukan apa yang sebenarnya terjadi. Evander menjadi yang pertama menerobos masuk untuk menemukan Aryua di tekan oleh seekor serigala, itu seharusnya Neo, tetapi entah bagaimana Evander merasa tidak ada sorot kehidupan seperti Neo yang ia kenal. Ia bergegas mendekat, "bodoh, dia membantumu untuk sembuh dan apa ini cara kau membalasnya?" "Grrrrmm!" Serigala itu menatap Evander, menguarkan geraman marah, dan bersiaga untuk menerjangnya kapan saja. Bahkan Lucien yang menyusul di belakangnya merasakan keanehan tersendiri, dia menunjuk ke arah serigala pemarah itu dan bertanya pada Evander, "apakah dia adalah Neo yang kita kenal?" "Seharusnya begitu." "Tetapi mengapa aku merasa