Share

BAYANG-BAYANG HAMIL

Anna terbangun. Dia sudah kembali rapi dengan style formal sebelumnya. Kepalanya masing agak pusing. Mata menyorot Dae Song dan Minzi duduk mematung. Kembaran Dae Jung itu tak berani memandang ke Anna. Minzi pun hanya bisa memilinkan jemari karena gugup. Dia tahu, perempuan berhijab itu menguasai teknik beladiri, bila istri presdir korain tahu ulahnya, tulang-belulangnya pasti di patahkan.

"Apa aku tadi tertidur?" tanya Anna.

"Ya, Nona," jawab Minzi.

Anna beranjak ingin turun dari ranjang, tetapi dia merasa ada aneh di kemaluannya. Agak perih, juga membuatnya tidak nyaman. Dia segera berlalu ke toilet, meraba bagian bawahnya. Ada cairan kering menempel di miss V nya.

"Apa karena tadi aku mimpi Dae Jung .. Ah, kotornya aku," Anna mengerutu lalu segera membersihkan sisi kemaluannya.

Di luar, Dae Song tak henti melotot tajam ke Minzi, mata sipitnya mengisyarakat dia ingin membunuh sekertaris asal Indoensia itu. Namun dia kembali seolah-olah bersikap tanpa salah ketika Anna nampak keluar dari toilet.

"Aku ingin pulang, Haneul dan Micha pasti menungguku," ajak Anna yang bergegas merapikan tas jinjitnya.

"Kita semua pulang," ujar Dae Song.

Mereka segera kembali ke Soeul. Di perjalanan, Dae Song yang berada duduk di samping  Anna tak pernah berhenti mencuri pandang ke tubuh adik iparnya itu.

'Apakah benar, aku sudah menikmati tubuh Anna? oh Tuhan, apa aku menumpahkannya di dalam? bagaimana jika Anna hamil? aku bisa di bunuh kakek,' batin Dae Song.

Anna memalingkan wajah ke Dae Song. Dalam sekejap pria berhidung lancip itu membuang pandangan keluar jendela mobil.

 

"Kak, besok  aku harus menemani Haneul dan Micha ke Mosque, disana juga ada pertemuan sesama penulis Indonesia, aku tidak ingin ikut meeting lagi, ya," ujar Anna.

Dae Song berusaha mengasah bakat aktingnya lagi kali ini. Dia harus berpura-pura polos tanpa salah. Meniadakan beban pikiran yang padahal itu tetap menghantuinya setiap saat.

"Sudah tidak ada meeting lagi, besok aku antar kamu, lagi pula aku juga off dari kantor besok," sahut Dae Song.

Dia tak henti menguras memorinya. Dia tidak ingat bahwa apa saja yang mereka lakukan, gaya apa saja yang dia peragakan, tapi dia ingat rasa itu, rasa nikmat yang luar biasa. 

'Ah, andaikan Anna wanita lain aku akan menikahinya malam ini juga, tapi dia  istri adikku, kejamnya aku ini padamu Dae Jung,' lirihnya dalam hati.

 **********

.Setiba mereka di rumah korain. Anna di sambut oleh kedua anak kembarnya. Seharian tak bertemu buat Anna rindu celoteh si kembar.

Dae Song memberikan mainan kesekian kalinya untuk kedua ponakannya itu.

"Ini untuk kalian, jangan suka menangis lagi atau marah pada ibumu dan Bu Nas," kata Dae Song yang beraut wajah tegas. Ini cara agar kedua ponakannya itu tak selalu tantrum.

Dae Song berlari kecil menyusuri tangga. Dia ke kamarnya. Menghempaskan tubuhnya di atas kasur. Tak henti memutar memori atas kejadian tadi siang menimpanya dengan Anna.

Ada moment yang tiba-tiba menggeliat di benaknya. Moment di saat dia mencium Anna penuh kelembutan. Pria itu mulai lagi memfantasikan adik iparnya.

"Anna, aku ingin mengulang itu sekali lagi," gumamnya yang tidak normal lagi berpikir.

Tok! Tok! Tok!

Ada yang mengetuk pintu kamarnya. 

"Shamcon, ayo makan .." suara Haneul memanggilnya.

Dae Song beranjak membuka pintu, di luar sudah ada Haneul di gendong pelayan. 

"Paman ganti baju dulu, ya," kata Dae Song.

Beberapa menit berselang, dia sudah turun ke bawah. Di meja makan sudah ada kakek, Anna, juga si kembar. Melihat Anna, Dae Song bergetar lagi. Takut bila Anna mengingat sedikit moment indah mereka di hotel Inchaeon.

"Samchonga ..kami dari tadi menunggu," protes Haneul.

Dae Song tersenyum mendengar guyonan keponakannya. Dia ikut duduk di kursi kebiasaannya, tepat di depan Anna. Pada saat itu Anna sudah memakai baju terusan dan kerudung instant. Sudah polos tanpa make up, sangat sahaja.

Anna sibuk makan sesekali menyuapi anak kembarnya di sisi kiri dan kanan. Bu Nas di biarkan untuk makan lebih leluasa, karena beliau sudah seharian menjaga si kembar bersama kedua pengasuh.

Tiba-tiba Micha berkata mengejutkan pada semua pasang telinga saat itu.

"Oemma, aku mimpi melihat adik bayi, adik bayi ada di perut oemma," kata Micha dengan polosnya.

Dae Song langsung tersedak mendengar celetuk keponakannya itu. Dia mulai parno lagi dengan ucapan Micha yang berkata demikian. Sementara itu Anna tertawa mendengarnya.

"Micha jika ayah sudah bangun, Haneul dan Micha akan punya adik bayi," tukas Anna.

Dae Song menelan paksa makanannya. Sangat jelas kepanikan itu teraut di wajahnya. Mata kakek Hang menyelidik.

"Dae Song, kau sedang ada masalah?" tanya Kakek Hang dengan berbahasa Korea.

Dae Song gelagapan. Ah, dia mulai terjebak di situasi yang akan menciptakan kebohongan kecil lagi demi menutupi aib besarnya.

"Aku melihat ibu hamil," lanjut Micha lantang. Anak Dae Jung itu memang memiliki kelebihan melihat yang terjadi di masa akan datang lewat mimpi.

Dae Song meneguk habis air di gelasnya.

"Aku sudah makan, aku lelah mau tidur," pamitnya naik ke atas kamar.

Tapj sebelum ke kamar, dia mampi ke ruang perawatan Dae Jung. Di sana dia memandangi adiknya dengan setumpuk rasa bersalah. Ini bukan kesalahan dia sepenuhnya, dia hanya mendapat musibah karena obat yang salah alamat, tapi bagaimana pun dia sudah mengerayangi istri adiknya sendiri. 

"Aku minta maaf ..bagunlah segera agat kita bisa menyelesaikan masalah ini," lirih Dae Song pada Dae Jung yang terlelap.

Tidak lama kemudian, ada Anna yang memasuki ruangan rawat suaminya pula. Dae Song tersentak bila ada Anna di dekatnya.

"Kak, ada disini ternyata," sapa Anna.

Dae Song hanya melempar senyum. Anna menarik kursi untuk duduk di samping suaminya.

"Sayang, tadi Micha mengatakan dia akan punya adik, aku tahu itu pertanda kamu akan segera bangun," tutur Anna.

Dae Song mendongakkan wajah ke atas. Mengelabui rasa paniknya. Tapi ada sesuatu yang ingin ia pastikan, bertanya adalah solusi terbaik untuk mengetahui itu.

"Anna, jika menggunakan alat kontrasepsi, apa wanita masih bisa hamil?" tanya Dae Song memberanikan diri.

Sebenarnya Anna agak geli ingin menjawab itu. Namun di pikirannya Dae Song sedang memiliki hubungan dengan perempuan yang mengharuskannya memakai alat penunda kehamilan itu.

"Tidak akan bisa hamil, Kak. Itu cara menunda kehamilan," jawab Anna.

Ada satu kalimat lagi yang harus ia Anna jawab untuk menepis keraguannya.

"Anna, kau juga memasang alat itu? oh ya, bagaimana caranya?"

Anna memasang mimik masam. Baginya itu hal lancang, tapi dia harus menjawab, mungkin saja jawabannya  sangat di butuhkan kakak iparnya. Pikir Anna.

"Buat apa aku pasang, lagi pula aku tidak pernah berhubungan dengan suamiku, aku tidak memakai itu."

Deg!

Dae Song keluar dari ruang rawat adiknya tanpa pamit dari Anna. Dia langsung ke kamarnya lalu mengunci rapat-rapat.

"Ya, Anna pasti akan hamil, dia akan mengandung anakku, semua orang pasti akan tahu kejadian di hotel itu. Tuhan ..aku bisa gila ini," Dae Song meremas rambutnya sendiri.

Ini hanya menunggu waktu, dalam hitungan dua bulan ke depan, dia akan mengetahui hasil perbuatannya itu, apa akan membuahkan hasil atau malah meredam musibah, lalu  menyimpannya sebagai hadiah terbaik dari Anna.

*************

Keesokan pagi, Anna bersiap-siap menghadiri acara pertemuan sesama penulis Indonesia. Haneul dan Micha juga sudah rapi. Seperti janji pamannya, Haneul dan Micha menunggu Dae Song di ruang tamu.

Kembaran ayahnya itu turun dengan kaos santai. Dari jauh matanya menyorot Anna yang sedang merapikan kerudungnya di cermin dinding.

"Kita berangkat sekarang," kata Dae Song menenteng kedua tangan keponakannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status